Calulla POV
Satu minggu telah berlalu dengan cepat. Kamipun kini telah tiba di planet Qualet, tepatnya di kerajaan Xerzyo. Baru saja kami sampai, namun lingkungan sekitar kastil istana sudah di padati oleh penduduk setempat. Terutama Dad. Dad langsung disambut oleh seorang pria yang tidak terlalu tua, namun seumuran dengan kak Teresa.
"Yakatushe, Zakatushe sangat rindu dengan Yaka. Kenapa Zaka ditinggal sendirian di Qualet, sedangakan Yaka, Yama, dan Zaka pergi ke Bumi?" tanya pria itu. "Maafkan Yakatushe, Zakatushe. Yaka tidak bermaksud meninggalkanmu sendiri. Namun, kamu harus mulai belajar memerintah kerajaan. Dan, lihatlah, kau sudah menjadi raja selama genap sepuluh tahun.
"Yaka bangga kepadamu nak. Dan maafkan Yaka yang telah meninggalkanmu sendirian di Xerzyo." kata Dad kepada pria itu.
"Yaka, apakah ini, Zamatushi?" tanya pria itu.
"Iya, ini Zamatuhi Calulla dan Zamatushi Teresa. Dan kalian, ini kakak kalian, Zakatushe Devto." kata Dad saling memperkenalkan kami.
"Kakak?!" kataku dan kak Teresa bersamaan. Terkejut. Ternyata kakakku tampan juga, ya.
"Q" jawab pria itu, yang ternyata adalah kakakku. Kak Devto
"Zakatushe Devto, tolong kamu temani adik-adikmu ini saat nanti bersekolah di Academy Qualet Xerzyo. Karena mereka belum tahu apa-apa tentang dunia sihir. Mungkin kalau kau berkenan, bisa ajarkan beberapa ilmu sihir kepada mereka." kata Dad kepada kak Devto.
"Q Zakatushe. Mari kita masuk terlebih dahulu, nanti kita lanjut bicara di dalam saja." ajak Kak Devto. Kami pun masuk, dan.... WOW!!! Bagus sekali kastil istana Xerzyo ini.
"Kak Devto, eh maksudku kak, eh, pangeran, eh, salah, eh, T, eh, maksudku Zakatushe Devto, emm, di mana kamarku? Eh, maksudku kraso ku?" tanyaku tergagap-gagap antara malu, kagum, dengan susah mengucapkan bahasa aneh dari planet ini.
"Panggil saja kakak kalau kamu kesulitan mengucapkan kalimatnya. Kamu, Teresa atau Calulla?" malah Kak Devto yang balik tanya.
"Calulla. Kalau kak Teresa itu, rambutnya panjang, lebih tinggi dari aku, dan kulitnyapun lebih putih dia sedikit." kataku sambil menundukkan kepala.
"Oh begitu, kraso kamu ada di koridor bagian Utara kastil istana, dengan pintu berwarna ungu." kata kak Devto sambil tersenyum santai.
"Oh begitu kak, eh maksudku Zakatushe. Terima kasih banyak." kataku sebelum pergi meninggalkan kak Devto. Dan bisa aku lihat dari ekor mataku, kak Devto nampak hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah anehku sepersekian menit lalu.***
Kini, jam telah menunjukkan pukul tujuh malam waktu Qualet, atau lebih tepatnya waktu Qualet Tenggara. Kini, waktunya seluruh Oma (keluarga) kerajaan berkumpul. Dan, tentu saja di ruang makan untuk makan malam Di ruang makan, seluruh keluarga sedang berkumpul. Ada Dad, Mom, kak Devto, kak Teresa, Xakatushe, Xamatushi, Nakatushe, Namatushi, Ze Rhota, Ze Thasi, dan Ze Xyo. Ya begitulah kurang lebihnya. Akupun juga belum hafal dengan jelas nama-nama mereka.
Makan malam berlangsung dengan keheningan. Tidak ada yang berani membuka pembicaraan.
Lima belas menit berlalu..
Makan malampun telah usai, maka kamipun segera bergegas pergi ke ruang keluarga. Ternyata, inilah kebiasaan di sini. Kita berbagi cerita, pengalaman, hingga menjadi obat pelipur lara.
"Bagaimana dengan kerajaan, Devto?" tanya Dad kepada Kak Devto.
"Kerajaan baik-baik saja, Yakatushe, semuanya baik-baik saja. Berkat bantuan dari Ze Thasi di bidang pertempuran dan Ze Xyo di bidang pengetahuan. Kerajaan Xerzyo kembali jaya.
"Perang Quatelvo, diperkirakan akan terjadi lagi, jika keturunan Yakatushe Mozarg, dari kerajaan Dastile akan kembali lagi ke planet Qualet." jelas kak Devto panjang lebar penuh kewibawaan.
Bahkan serasa seperti raja-raja yang ada di film-film, gitu. Dad pun hanya mengangguk mengerti.
"Dan bagaimana dengan sekolahmu, Devto?" tanya Dad lagi.
"Sekolahku lancar-lancar saja Yakatushe, tidak ada kendala selama Devto memerintah sambil sekolah. Dan kini, Devto akan lanjut ke Qualet Academy yang berpusat di kota Airus." jawab kak Devto lagi.
"Baguslah kalau begitu Dev, berarti ini ceritanya kamu sudah lulus di Q. Xerzyo Academy?" tanya Dad lagi, mungkin dia kepo.
"Ini baru ujiannya Yakatushe, sekaligus ujian masuk ke Qualet Academy." jawab kak Devto lagi.
"Devto, umur kamu sudah delapan belas tahun kan? Jadi, apa tidak sebaiknya kamu juga sambil mengambil sekolah Sihir dan Ilmu Pengetahuan yang lebih tinggi juga?" tanya mom ikut-ikut.
Aku dan kak Teresa serasa menjadi kacang yang kini telah garing di makan bosan.
"Nanti coba aku usahain Yamatushi." kata kak Devto menurut-menurut saja. Apa tidak lelah jika bersekolah double?
"Calulla, Teresa, kalian mau mulai sekolah kapan? Kalau di sini, hari liburnya itu bukan akhir pekan, tapi awal pekan. Kalau masalah mulai masuknya, itu di mulai saat matahari sudah di atas kepala, terus di mulai saat hari Rabu. Senin dan Selasa libur." kata Mom menjelaskan kepadaku dan kak Teresa.
"Ya sudah Mom, besok hari Selasa kan? Jadi, masih ada waktu satu hari untuk bersiap. Rencananya, Calulla akan mulai sekolah besok lusa. Kalau kak Teresa, Calulla belum tau." jawabku mantap."Baiklah kalau begitu, Mom, Dad, Teresa juga akan mulai masuk besok lusa. Sama seperti Calulla." jawab kak Teresa tak kalah mantapnya.
Lalu, akupun saling bertatap muka bersama kak Teresa selama persekian detik.
"Mom? Dad?" tanya kak Devto bingung. Aku lupa, di sini tidak ada bahasa seperti itu. "Mom itu sebutan untuk Yamatushi, sedangkan Dad itu sebutan untuk Yakatushe. Kamu juga boleh memanggik kita seperti itu biar singkatnya." kata Dad menjelaskan kepada kak Devto.
"Begitu ya, baiklah Dad, Mom. Sebutan yang bagus!" kata kak Devto sambil mengacungkan jempol.
Hening.
Saling tatap. Masih canggung. Tidak ada yang memulai pembicaraan, lagi.
Lalu, tawa kamipun pecah menghiasi ruangan yang mewah nan megah ini. Menambah kesan ceria nan harmonis dalam keluargaku, eh, maksudku oma ku, (aku belum terbiasa mengucap)..
KAMU SEDANG MEMBACA
X E R Z Y O
Fantasybaca aja dulu, kali aja suka.. happy reading guys.. salam manis, dari penulis.. ⭐⭐⭐⭐⭐