S E M B I L A N

0 0 0
                                        


Cia POV

Setelah berbincang-bincang panjang dengan Tuan Hedre, Ze Ford, dan Nyonya Sora, akupun kembali lagi ke kraso ku. Dan kulihat kak Teresa, ups. Maksudku kak Rena terbaring lemah di atas ranjangnya.
Aku sangat khawatir kepada kak Rena, terlebih lagi keadaannya tidaklah sekuat aku. Begini ceritanya..

#FlashBack#

"Emm, begini Cia. Kakakmu sepertinya tidak memiliki penangkal kekuatan ataupun mantra dari penyihir kegelapan, apakah betul itu?" kata Nyonya Sora memulai pembicaraan yang sama sekali tidak ku mengerti apa maksud dan tujuan sebelumnya. Karena, yang aku inginkan hanyalah satu. Kakakku segera sadar dan pulih kembali.
"Q, Nyonya Sora." jawabku sembari menganggukkan kepala mantap. Ya, ini memang perbincangan yang cukup serius.
"Kalau begitu, mari kita buat penangkalnya. Kita beri kalung sajakah?" tanya Ze Ford meminta persetujuan kami. Dan kami pun hanya mengangguk.
"Kita harus mencari bahan-bahannya terlebih dahulu. Mengingat membuat penangkal kekuatan penyihir kegelapan amatlah kuat. Apalagi, jika yang menyerang menggunakan mantra jahat itu adalah Ratu Az." jelas Tuan Hedre.
"Tapi, amatlah beresiko jika kita yang mencari itu. Karena penyihir kegelapan mengenali betul bagaimana rupa kita." jelas Tuan Hedre lagi
"Mengapa demikian Tuan Hedre?" tanyaku penasaran. "Karena pada satu abad yang lalu, kita pernah mengadakan serangan besar-besar kepada penyihir kegelapan. Ada kisah tersendiri mengenai cerita bersejarah itu. Namun, kita bahas dahulu yang penting.
"Karena waktu kita tidaklah banyak. Dalam satu minggu ini, jika kita tidak berhasil membangunkan Nona Rena, maka kesempatannya untuk kembali hidup sangatlah susah. Bukan apa, Nona Cia.
"Karena sebagian besar roh nya sudah berada di tangan Ratu Az. Dan raganyapun akan menghilang seiring lenyapnya roh. Oke kalau begitu, mari kita lihat dahulu bahan-bahannya.
"Sepertinya, bahan-bahan ini sebagian ada di danden belakang Academy, dan sebagian, juga ada di hutan. Maka dari itu, Nona Cia harus mencarinya segera. Ini catatannya." ujar Tuan Hedre sembari menyodorkan kertas hitam bertintakan putih kepadaku yang kala itu duduk berhadapan dengannya dan Ze Ford.
"Terima kasih Tuan Hedre." ujarku sebelum pamit pergi meninggalkan kraso Ze Ford, dan beralih pergi ke krasoku dan kak Rena.

"Tunggu.." ucap Nyonya Sora menghentikan langkahku.
"Ada satu pesan untukmu. Kakakmu, tak sekuat dirimu, Cia.." itulah yang dikatakan oleh Nyonya Sora sebelum aku benar-benar pergi meninggaklan kraso itu.

#FlashBackEnd#

Tok.. Tok.. Tok..
Terdengar suara pintu kraso ku diketuk, akupun tanpa ragu menyilahkannya masuk.
"Siapa ya? Masuk saja, pintunya tidak saya kunci."
Ceklek.
Pintupun terbuka, dan menampilkan sosok gadis yang sebaya denganku.
"Shapire? Dari mana kau tahu kraso ku?" tanyaku yang masuh heran dan bingung.
"Maaf jika mengejutkanmu, Cia.."
Cia? Dia benar-benar termanipulasi seperti yang tadi para tuan dan nyonya katakan? Batinku dalam hati.
"Cia? Kau tidak apa-apa?" kata Shapire menyadarkanku dari lamunanku. "Ah, Shapire, aku tak apa. Dan, apa yang membawamu kemari?" tanyaku langsung to the point.
"Aku hanya ingin membantumu saja. Aku tahu semuanya kok. Dan, bolehkah aku berbicara denganmu berdua saja? Oh, maaf, aku tahu kalau kak Rena juga tak sadarkan diri.
"Maksudku, berarti sama saja kita bicara berdua. Dan, aku akan membuatkan pelingdung dahulu untuk kraso kalian ini." kata Shapire panjang lebar, yang membuatku tidak terlalu mengerti apa maksud kedatangannya kali ini.
"Demi Dewa Pelindung dan Dewi Kebaikan, lindungilah ruangan ini, baik ketika mentari terbit, maupun mentari tenggelam, Qualet, Xerzyo, Shapire yang meminta!"
Cling! Splash! Tiba-tiba Shapire menghilang. Dan ruangan ini, menjadi seperti ada kabut tipis yang menyelimutinya. Apakah itu?
Splash. Shapire kembali. Aku tak tahu, kalau dia dapat berteleportasi.
"Maaf Cia, aku membuatmu terkejut. Mari kita bicarakan ini." apa sebenarnya yang ia rencanakan?
"Maaf, aku masih ingat namamu. Karena aku tidak terkena efek manipulasi. Calulla Patricia Pricil menjadi Cia?" kata Shapire yang malah membuatku terkejut.
"Dari mana kau tahu?" tanyaku penasaran dan kaget juga sebenarnya.
"Aku adalah Shapire, bisa memanipulas, berteleportasi, tidak terlihat, dan terkadang bisa membaca pikiran." jelasnya yang sukses membuatku melongo. Benarkah?
Sebenarnya, aku pernah bertemu denganmu dulu. Namun, nampaknya kau lupa. Kalau tidak salah, kita pernah bertemu di Bumi." jelasnya yang membuatku terkejut. Kapan?
"Tiga tahun lalu." jawabnya mantap seakan tahu apa yang dipikiranku. Ya, dia bisa baca pikiran seseorang.
"Kapan? Aku tidak pernah merasa bertemu denganmu, Shapire.." kataku sambil mencoba mengingat-ingat dengan betul. Namun, nampaknya sia-sia saja.
"Baiklah kalau kamu lupa. Biar aku ceritakan saja." "Dulu, kita pernah jadi teman dekat-" Shapire mulai bercerita.
"Benarkah?" aku tak sengaja memotong perkataannya. "Ups, maaf. Lanjutkan, Shapire."
#FlashBack#

X E R Z Y OTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang