Part 1

2.3K 162 10
                                    

krystal-ssi, kau dipanggil Cho Sajjangnim.

Kalimat itu mendengung menemani langkah Krystal menuju ruang pemilik Cho Corp. Titik-titik kecil keringat muncul di pelipisnya bukan karena cuaca panas, melainkan karena rasa gugup dan takut. Krystal gugup karena ia hanya seorang staff internship yang tentunya tak memiliki alasan kuat yang membuatnya dapat berhadapan langsung dengan orang seperti Cho Sajjang. Dan gadis itu takut karena mengathui predikat yang melekat pada pria itu. Selain pintar bermain saham, pria itu juga pintar memilih dan memainkan hati perempuan. Dalam hati Krystal berdoa, semoga bukan alasan kedua-lah yang membuatnya di panggil hari ini.

Setelah keluar dari lift, gadis itu di sambut dua orang petugas yang berdiri di belakang counter resepsionis. Mulut Krystal tak dapat menutup karena terkejut melihat kedua orang itu serta merta tersenyum dan membungkuk mempersilahkannya masuk, padahal seingat Krystal, lantai ini adalah area terlarang bagi karyawan biasa.

“Cho Sajjang telah menunggu di dalam, Nona Krys.”

Tidak, ini tidak beres.

****

“Bagaimana kesehatan Nenekmu? Pasti sangat sulit merawat pasien Alzheimer seorang diri.” Cho Sajjang memecah keheningan yang terjadi sejak beberapa menit lalu setelah Krystal masuk dan duduk di ruangan ini.

Krystal meremas ujung rok-nya gugup, darimana pria ini tahu tentang keadaan keluarganya? Seingatnya dulu ia tak pernah menuliskan apapun mengenai kehidupan pribadinya di dalam CV.

“Nenek baik-baik saja, dan merawat nenek bukan beban bagiku.” Jawab Krystal dengan suara bergetar, ia menunduk menatap tepian meja namun tetap dapat merasakan tatapan menyelidik Cho Sajjang, membuat bulu kuduknya merinding.

Cho Sajjang berdeham, ia berdiri dan berjalan menghampiri Krystal. Dengan santainya, pria itu menaruh tangannya di atas bahu Krystal, membuat gadis itu sontak berjengit dan menahan nafas.

“Kau gadis manis dan baik, kau tahu itu Krystal-ssi.”

Mata Krystal membelalak kaget, ia sama sekali tak tersanjung akan pujian itu. Sebaliknya Krystal merasa terhina mendengar kalimat itu keluar dari mulut seorang pria yang bahkan lebih pantas menjadi kakeknya sendiri. Benar, Cho Sajjang adalah pria berusia di akhir enam puluh tahunan. Namun karena kekayaan yang ia miliki ia nampak seperti pria di awal usia kepala lima dan tak sedikit perempuan yang bahkan berusia lebih muda dari Krystal rela bertekuk lutut di bawah kaki pria itu. Tentu, demi uangnya.

“Terima kasih.” gumam Krystal.

“Tak perlu tegang seperti itu,” Cho Sajjang melepaskan pegangannya dan duduk di tepi meja di samping Krystal.

Merasa terdorong, Krystal akhirnya memberanikan diri mengangkat kepala dan menatap langsung Cho Sajjang. Pria itu tengah menatap Krystal intens, dan Krystal merasa ia sedang di x-ray dengan tatapan itu, membuat semua isi kepalanya terbaca langsung oleh Cho Sajjang.

“Maaf, sajjangnim kalau boleh tahu—“

“Alasanku memanggilmu adalah karena kau istimewa.” Potong Cho Sajjang segera.

“Maaf?”

“Kau tak tahu seistimewa apa dirimu Krystal-ssi, dan itulah yang membuatmu istimewa.”

Semakin pria itu memujinya, Krystal semakin merasa tersinggung dan seketika emosinya tersulut. Ia tak lagi memikirkan masa depannya di perusahaan ini, ketika harga dirinya sebagai perempuan di rendahkan tak ada lagi alasan bagi Krystal untuk tetap berada disini, termasuk bersikap sopan pada pemiliknya.

“Maaf, Tuan Cho kurasa—“

“Kemana ia, sejak dulu sama sekali tak dapat diandalkan.” Lagi-lagi Cho Sajjang memotong kalimat Krystal, pria itu kini bahkan mengabaikan Krystal yang menatapnya tak terima dan memilih melihat jam yang melingkar di tangannya.

Breakable HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang