00;

1K 104 5
                                    

"Hey, jangan cuek terus kamu kira enak di kacangin gini?"

Suara lembut yang berasal dari pemuda yang sekarang sedang duduk sambil menopang dagu. Memandang seorang gadis yang ada didepannya sambil mencuatkan bibir.

Lisa menoleh sesaat, namun tidak membalas. Ekspresi datarnya membuat Hanbin jengah dan kembali merasa tertantang.

"Ya lo kira gue perduli?" Sahutnya kemudian dengan intonasi datar dan tajam. Pandangan gadis itu sudah kembali ke buku rumus rumus favoritenya.

Hanbin melongos, dia menegakan badan dan bersandar pada kursi. Dari awal dia tau mendekat gadis manis ini tidaklah mudah.

"Nggak takut gue pergi ya? ninggalin lo karna gak kuat lagi berjuang."

"Emang gue ada nyuruh lo berjuang?"

Jleb.

Pemuda itu tertembak telak. Ia menyengir dan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal lalu kembali mendongak.

"Lo mah, gue nggk mau jadi tentara, jadi stop diuji ketahanan gini..." katanya dengan suara lemas, bahunya jadi ikutan melemas sambil terus memandang Lisa.

Lisa menghela nafas. Dia menutup buku yang sedang dibacanya setelah melihat halaman berapa yang baru dia baca itu. mata cantiknya menandang Hanbin datar tepat di titik berwarna hitam dimata Hanbin.

"Aduh diliatin, jadi baper deh." Hanbin menyeletuk ringan. Ia menarik sudut bibirnya dengan lebar. tapi membuat Lisa kembali melongos dan berusaha sabar.

"Udah ngebacotnya? lo gak masuk kelas? ini udah bel masuk. Bukannya kelas lo ada ulangan?"

Hanbin terdiam, mengerjap kecil lalu berikutnya jadi terkekeh. "Ah kelas lo aja nggk ada gurunya, tipu tipu lo mah."

"KITA FREE CLASS LOH BIN," Celetukan Jennie sahabat Lisa dari belakang, Hanbin langsung mendelik. Dengan cepat pemuda itu bangkit dan berlari keluar namun baru beberapa langkah cowok itu kembali berbalik ke meja Lisa.

"Jangan balajar terus ya! nanti sakit kayak kemaren." Katanya dengan kalem lalu mengacak rambut Lisa dan tersenyum lebar sebelum benar benar meninggalkan kelas Lisa.

Lisa terdiam, menyaksikan Hanbin berlari keluar kelas dan setelah cowok itu menghilang dia baru kembali melirik bukunya dan kembali membaca.

"Nggk lo tolak aja?Kesannya kayak lo phpin gitu." Jennie duduk di tempat asalnya, tempat tadi yang diduduki Hanbin tadi.

"Udah, tapi ya gitu malah makin lengket ke gue, tau dah tu cowok otaknya terbuat dari apa." Lisa menggeleng, tiba tiba ekspresi riang dan polos Hanbin terlintas dibenaknya.

"Padahal kan ketua kelas ya, tapi malah gitu gitu." Timpal Rose yang baru datang.

***

"Gojek neng?"

Lisa mengangkat dagunya lalu begitu melihat suara siapa itu dia dengan cepat menggeleng. Kembali merunduk melihat hapenya yang menurutnya lebih penting dari pemuda yang kini sedang duduk diatas motor.

"Gue harus jadi apa biar dapet tempat di hati lo?"

Hanbin turun. Melepaskan helm dan menyenderkan badannya diatas motor. Walau cowok itu tau sekarang dirinya ditatap tajam oleh satpam karena mengganggu pintu gerbang.

"Pergi," Balas Lisa acuh. "Gue nggak butuh ojek."

Hanbin bangkit. Sedikit memajukan diri, ia bahkan memasang ekspresi jenakanya. "Pacar? lo butuh pacar kan?"

Lisa mengangkat dagunya, balas menatap Hanbin dengan ekspresi datarnya. "Sekarang gue butuh pulang kerumah bukan ketemu lo,"

Tajam, menyakitkan. Itu yang dirasakan Hanbin tapi cowok itu tetap tersenyum dan malah sangat lebar. Baginya, penolakan dari Lisa adalah semangat utamanya.

"Ayo pulang sama gue! Katanya pengen cepet pulang? iya nanti gue ngebut deh."

Lisa menghela nafas. Kesabarannya jadi hilang. "Lo harus gue tolak berapa kali sih ha? capek gue liat lo terus."

Hanbin tersenyum tipis. "Sampe gue ngerasa gak sanggup dan milih berhenti."

"Terus sekarang?"

Hanbin memakai helmnya, naik ke atas motornya. "Masih belum. Gue masih kuat denger penolakan lo."

Lisa terdiam, menatap cowok didepannya itu dengan ekspresi datar. Lalu fokusnya teralihkan karna seseorang menelfonnya.

"Dek, gue masih dikampus. Pulang sendiri ya."

"Ih gatau apa ya gue nunggu daritadi? mana harus les lagi ihhh bang mino emang nyusahin!!!" Gadis itu memejamkan matanya, berusaha sabar, ia lalu melirik Hanbin sambil bergidig.

Ayolah, Hanbin itu pilihan terakhir Lisa.

Hanbin tersenyum, ia menjurlurkan tangannya. "Ayo naik, jok belakang gue masih kosong nih."

Lisa menatap Hanbin tajam. Ia diam beberapa menit. Gengsi juga karna tadi sempat menolak tumpangan cowok itu.

"Huh... Kali ini doang gue pulang sama lo." Ucap Lisa kesal lalu menepis tangan Hanbin, mencoba naik sendiri namun beberapa saat kemudian akhirnya dia menyerah.

"Mana tangan lo?" Ucap Lisa dengan sedikit kesal, sadar Hanbin kini terkekeh geli dan sedang menggodanya.

"Hehe, motor aja tau lo nggk bisa naik tanpa gue. Itu hati lo nggk ngirim sinyal apa? siapa tau lo nggak bisa hidup tanpa gue."

Lisa mendengus namun tetap naik ke atas motor ninja Hanbin dengan bantuan cowok itu.

"Pengangan ya tuan purti...."

##

Draft lama banget. Baru bisa publis sekarang karena cold tamat yey🎉

Ayo vommentnya guys.

[8] Loved Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang