Hanbin tetap duduk diatas motor tapi mesin motornya sudah mati. Ia beberapa kali mendongak ke atas ke arah jendela paling pojok.
"Aduh ni orang kemana."
Hanbin berdecak kesal, lagi lagi mengecek hape. Membuka roomchatnya dengan Lisa yang tidak kunjung dijawab oleh gadis itu.
Lisa
Hanbin : gue dibawah
Hanbin : turun yak
Hanbin : bawa martabak nih gue
Jempolnya terarah ke pojok layar hapenya, disana ada tanda untuk menelfon.
Hanbin ragu sejek, dia menguatkan hati sebentar dengan menarik nafas panjang. Dia menelfon Lisa, menunggu lama sampai dia hampir membatalkan menelfon Lisa. Tapi di detik detik terakhir telfonnya malah diangkat.
"Ya ma?"
Hanbin jadi terdiam, dia mengerjap pelan. Ah jadi Lisa tidur.
"Buka mata dulu cantik, terus liat ke bawah, gue bawain martabak."
"LOH INI SIAPA?!"
Hanbin reflek menjauhkan hapenya dari telinga, dia hampir budeg gara gara Lisa.
"KOK GUE BISA ANGKAT TELFON ELU SIH!?"
Lisa lagi lagi teriak, membuat Hanbin memutar bola mata malas.
"Iya jangan tanya gue, tanya diri lo sendiri. Tapi cepetan turun neh, gue pegel duduk diatas motor sambil bawa martabak."
"Ha? Martabak?"
"Hih mulutnya pengen gue cium ya? Ayo cepetan kebawah."
Hanbin mengernyit ketika Lisa tidak membalas dan sambungan telfonnya terputus.
"Lah?!"
Beberapa detik kemudian pintu gerbang rumah Lisa terbuka hampir membuat Hanbin terjungkal kebelakang.
"Anjir! Ngerepotin aja elo." Kata Lisa setelah melihat Hanbin benar benar ada didepan rumahnya.
Hanbin turun dari motor, mendekat ke arah Lisa.
"Nih martabak buat nemenin elo belajar."
Bukannya menerima, Lisa malah mengernyit. "Apaan sih."
"Elo kan pengen martabak, nih gue bawain lah."
"Nggak gue isiin racun elah." Kata Hanbin lelah melihat Lisa tidak merespon lebih.
Lisa mau tidak mau menerima, ia mengernyit ketika melihat isi martabak itu adalah kesukaannya. "Elo tau dari mana gue suka ini?"
"Oh tebakan gue bener? Bagus deh kalo gitu."
Lisa menipiskan bibir, perlahan berjalan mundur. "Udah kan? Sana pulang."
Tangan Hanbin terangkat, melambai kecil ke arah Lisa yang sudah mau menutup gerbang. "Have a nice dream Lisa!"
Hanbin tersenyum kecil, sambil terkekeh geli melihat raut wajah unik Lisa. Sekarang Hanbin jadi tenang udah bisa liat gadis itu.
Baru aja dia mau balik lagi ke caffe tadi ngelanjutin tugasnya tapi Jay udah tlpn dia, katanya langsung balik aja. Sisanya dilanjutin besok.
Hanbin jadi mengela nafas kecil, melirik jam yang melingkar ditangannya. "Masih terlalu awal untuk pulang."
**
Hanbin bersenandung riang menuju kelas Jay yang dekat dengan kelas Lisa. Dia mengernyit dan langkahnya terhenti melihat Lisa ada diambang pintu kelas Jay, lengkap sedang berbicara dengan Jay.
Dia diam dulu, menunggu Lisa untuk berbalik pergi baru Hanbin mendekat ke arah Jay.
"Kan gue udah bilang, kalo ada apa apa tuh biar gue aja yang berurusan sama lisa."
Jay mendengus kecil, langsung menyodorkan kertas yang Jay pegang. "Nih makan! Pujaan hati lo mau olimpiade lagi."
Begitu Hanbin menerima kertas yang dibawa Jay, dia langsung masuk ke kelas.
Sementara Hanbin tersenyum senang. Kalau ada lomba apapun, osis harus turun tangan langsung entah untuk mempersiapkan segalanya atau menemani untuk lomba.
"My luv lisa, akhirnya ada banyak waktu untuk kita..."
**
Saat pulang sekolah Hanbin sudah lebih dulu bersandar di tembok luar kelas Lisa, padahal kelas Lisanya aja masih belum bubar.
Begitu Lisa keluar, Hanbin menyambutnya dengan senyuman yang amat lebar.
"Makan yuk,"
"Ck! Ah minggir!" Ucap Lisa kesal sambil mendorong tubuh Hanbin menjauh.
"Loh mau kemana? Guenya ada disini."
Lisa berjalan pelan, walau merasa risih Hanbin mengikutinya. "Ke kelas kak Jay."
Tangan Hanbin langsung menahan lengan Lisa, memutar badan Lisa untuk menghadap ke arahnya. "Gue yang urus Lis, sekalian kan bisa berduaan sama elo."
"Bin, cukup gangguin gue."
Hanbin mengigit ujung bibirnya, manatap Lisa dengan tenang. "Gue nggak ganggu elo, gue kayak gini cuma penget liat elo seneng, elo ketawa."
"Coba deh sekali sekali ketawa, senyum yang manis."
"Nggak ada urusannya kan sama lo?"
"Dapetin elo bukan prioritas gue, tapi buat elo bahagia dan tersenyum itu prioritas gue sebenernya."
Mereka berpandangan beberapa detik sampai tangan Lisa menepis tangan Hanbin yang memegang lengannya.
"Basi." Sahut Lisa sambil menggeleng kecil. "Nggak ada, elo kayak gitu cuma karna gue cantik kan? Udah basi tau nggak sih."
Lisa berjalan kembali, meninggalkan Hanbin yang hanya bisa menatap Lisa dari balik punggungnya. Dia menghela nafas panjang.
"Padahal gue serius, banget sama elo."
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
[8] Loved
Fanfiction"Make you happy is my priority." "She happy with me," "I will let you go until you find a new happiness." "Apa karma gue karna cuekin lo bakalan beneran terjadi? Apa bener karma itu ada?"