Happy Reading guys😇
Maafkan banyak typo"Bang" panggil Ica dan duduk di sofa belakang Ale
"Apa sih,Dek" kata Ale yang masih fokus bermain PS.
"Kata lo, kalo gue pengen curhat harus ke elo kan?"
"Hm"
"Udah 5 hari sahabat lo nyuekin gue,Bang. Lo gak kasian sama adek lo ini?"
"Kasian sih"
"Trus?"
"Tapi gue udah janji buat gak ikut campur"
"Yaudah deh"Ica kembali ke kamar dan memilih untuk menonton film. Tiba - tiba Ica teringat oleh Nindya. Ica mengirim chat ke Nindya meminta untuk bertemu.
Ica menelpon Dira,ia ingin tau Dira sedang apa. Ica menyentuh kontak bertuliskan. Upal❤
*By phone
"Halo"
'Hm'
"Judes banget,Pal"
'Ada apa?'
"Lagi apa? Aku kangen"
'Oh'
"Oh doang?"
'Iya,trus?'
"Yaudah,Pal. Aku pergi dulu ya"
'Sama siapa?'
'Oh,ati-ati' kata Dira cepat
"Pergi ke cafe. Sendiri,Sayang"
'Oh'
"Assalamualaikum"
'Waalaikumsalam'Ica kesal,namun Ica juga senang karena setidaknya Dira mau mengangkat telepon dari Ica dan berbincang sebentar. Dan Ica senang bahwa ternyata Dira masih protektif seperti biasanya.
"Bang,gue mau pergi bentar ya" pamit Ica pada Ale yang masih fokus pada PS.
"Kemana,Dek?" tanya Ale menoleh ke arah Ica yang masih membetulkan tas di anak tangga tetakhir.
"Ke Cafe,Bang"
"Gue anter ya,Dek. Gue ganti dulu"
"Gak usah,Bang"
"Ntar gue yang kena omel kakanda lo,Dek. Lagian kaki lo juga masih agak pincang gitu"
"Terserah deh"Akhirnya,disinilah Ica sekarang. Ale memaksa untuk mengantarkan Ica ke Cafe. "Ntar kabarin gue kalo lo mau balik. Gue ke tongkrongan biasa" kata Ale yang dibalas anggukan oleh Ica.
Ica masuk ke Cafe dan berjalan ke pojok Cafe. Ica menunggu Nindya datang,Ica sudah membulatkan tekad untuk bertanya pada Nindya karena ia sudah kehabisan akal untuk bicara pada Dira."Kak" teriak Ica seraya melambaikan tangan kearah Nindya.
"Sorry,Ca. Lama ya?" kata Nindya yang duduk di depan Ica
"Santai,Kak. Eh,mau pesen apa,Kak?"
"Mbak. Saya pesen hot chocolate 1 sama ice vanilla latte 1"
"Di tunggu,Kak"
Setelah kepergian pelayan,Ica langsung bicara apa maksudnya mengajak Nindya bertemu. "Kak"
"Lo mau nanyain Dira kan" kata Nindya menebak
"Gue gak ngerti letak kesalahan gue dimana,Kak. Dia marah,ya elo tau sendiri sepupu lo kalo marah begimana. Diem muluk gitu,Kak. Diajak ketemuan nolak muluk,dichat kadang bales itupun balesnya singkat banget,di telpon juga judes banget jawabnya. Karena dia lagi marah jadi ya gue tahan deh"Tak lama pesanan mereka datang dan membuat pembahasan mereka berhenti sejenak. Setelah pelayan pergi mereka kembali berbincang.
"Gimana ya,Ca. Kita udah janji untuk gak ikut campur. Gue pengen kalian selesein ini sendiri"
"Gue ngerti,Kak. Gue juga gak pengen libatin kalian,tapi disini dia itu susah banget ,Kak."
"Give me one clue,Kak. Pliss" lanjut Ica dengan memohon.
"One clue. Lo inget-inget kejadian apa yang terjadi di hari dimana lo jatoh"
"Ada apa?"
"Ya lo inget-inget aja dulu. Ada gak yang gak lo ceritain ke dia"
"Kita emang belum sempat ngobrol sih,Kak. Tapi gak ada hal aneh yang terjadi kok,Kak."
"Tapi,makasih,Kak." Kata Ica yang dibalas senyuman tulus oleh Nindya
"Ca"
"Jangan pernah bohong ke Dira. Mending lo jujur dan berantem besar dari pada lo tutupin dan pisah."--++--++
Saat ini Ica berada di kelas,Ica sedang menyalin PR matematika yang beberapa nomor belum ia kerjakan,ia menyalin jawaban sang master matematika. Iya,Gilang Fadillah.
"Ca" panggil Melva yang langsung duduk di hadapan Ica.
"Yes,Va" saut Ica. Ica lebih senang memanggil Melva dengan sebutan Va ketimbang Mel seperti teman-temannya yang lain,dan Melva mengijinkannya.
"Waktu lo jatoh itu,tiba-tiba kak Dira sama kak Dimas ke kelas tau"
"Ngapain?" reflek Ica ketika mendengar nama Dira disebut.
"Nanyain tentang fasilitas kelas yang rusak atau harus diganti gitu. Ya gue jawab aja ada dan ya lo tau. Trus dia nanyain Zee,ya gue jawab lagi jemput elo di UKS. Dia pergi kan,eh si Dinda kelas sebelah nanyain kenapa Dira dateng,gue jawab apa yang terjadi. Tapi kata Dinda,kak Dira cuma ke kelas kita doang tau nanyain begituan. Jangan-jangan dia suka lagi ke Zee"
"Hah? Maybe" kata Ica dengan senyum dan suara dibuat setenang mungkin.
"Tu anak udah tunggal,blasteran pula. Iri gue dengan keindahan dia" kata Melva yang diakhiri dengan tawa. Ica tau kekeluargaan kelas ini sangat erat,dan itu membuat Ica nyaman. Dan saling meledek adalah makanan mereka.
"Kenape,Mel. Lo pengen?" tanya Zee yang datang dari luar dengan senyum sombong
"Akan kuperbaiki keturunanku besok" jawab Melva dengan yakin
"Amin jangan?" tanya Zee dengan tersenyum jail
"Aminin lah" kata Melva dengan melas dan sukses membuat Zee dan Ica tertawa melihat ekspresi Melva.
KAMU SEDANG MEMBACA
Backstreet
Teen Fiction"Memiliki,namun tak memiliki. Dekat, namun jauh" Mungkin ini semua salahku,andai aku tidak egois meminta hal itu. Sampai kapan? - Clarissa Aku tau ini sulit buat kita,tapi semua sudah terjadi. Jalani apa yang ada dan tunggu saatnya tiba - Adira