Monokrom

11 6 0
                                    

'Tak perlu mengatakan kamu mencintai ku,karena aku bisa membacanya sendiri'

-unknown

"Kamu gak apa-apa kan?"

Letta tersenyum,dia mengangguk samar.Alvi menghembuskan nafas lega, sudah 3 hari Letta tidak ke kampus.Tentu saja dia khawatir apalagi saat ini Ari sedang keluar kota untuk menjalani masa KKN bagi mahasiswa yang akan segera wisuda,dan otomatis pria perhatian itu tak akan datang untuk mengunjungi letta.yaa, setidaknya selama beberapa Minggu atau bulan ke depan.

"Kamu nggak perlu khawatir,ini cuman memar dikit.Besok aku bakal ke kampus kok.Besok ada kelas penting..."jawab Letta.

Alvi mengangguk,lalu dengan refleks dia mengecup kening Letta yang tentu saja terkejutnya atas sikapnya itu.

"Eh?"Bola mata Letta membulat,dia sama sekali tidak menyangka Alvi akan melakukan itu.Dia mengerti Alvi hanya mencoba menenangkan dirinya yang mungkin masih shock dengan kejadian beberapa hari lalu.Tapi...ayolah kenapa harus melakukannya dengan cara seperti itu?

Alvi hanya tersenyum,dia mengerti mungkin Letta tidak bisa menerima perlakuannya tadi.Tapi,mau apa lagi?Alvi melakukannya refleks entah kenapa tadi tiba tiba bayangan Aisyah terlintas dan membuat merindukan gadis dengan suara khasnya itu, gadis-nya.

Baiklah,Alvi salah dan dia harus memperbaikinya.Tidak peduli atas dasar apa dia melakukan itu pada Letta,dia harus nya sadar dari awal kalau dia memang tidak boleh mengecup kening gadis dengan manik almond yang selalu tampak manis itu.

"Maaf...."Alvi tersenyum,Letta mengangguk canggung.

Entah kenapa,tiba tiba dia merasa ada yang menghangat dalam dirinya, dadanya.

"Mmm...aku udah lama banget disini,aku pergi ya?aku harus nge jemput Ai"ujar Alvi,

"Ai?"

"Aisyah..."Alvi berdiri,"Lain kali kalian harus bertemu, mungkin kalian akan akrab,dia yaa.... menakjubkan"Alvi menahan tawa,

Aisyah Naina Hazelly.Gadis-nya.
Gadis yang membuat nya merasa jadi pria yang paling beruntung di dunia,gadis dengan senyum dan candaan yang tak pernah habis,dan selalu sukses membuat orang lain yang berada di dekatnya selalu merasa bahagia,atau setidaknya melupakan kesedihannya sementara.

Ahh...Alvi semakin merindukannya.

Apa yang kamu pikirkan, Letta?Kenapa kamu masih bisa merasakan hatimu seperti tertinju?Dia hanya Alvi,pria bodoh yang kebetulan saja menjadi partnermu untuk kelas ekonomi...Tapi,kenapa sekarang semuanya terasa berbeda?Kenapa Alvi tiba tiba mengingatkan nya pada Evans...

"Hmm..Letta?"Letta mengangkat kepalanya yang sedari tadi tertunduk,

"Ya?"

"Mungkin kamu harus mulai mengecat kamar mu dan seluruh ruangan ini dengan warna yang lebih cerah...aku tidak pernah berpikir ada gadis yang tinggal di rumah seperti ini..."

"Seperti ini?apa maksud mu?Letta tiba tiba saja merasa tersinggung,

"Eh...bukan seperti itu"Alvi menyadari pemilihan katanya sangat salah"maksudku, sebagian gadis menyukai warna cerah.Aneh saja kalau kamu hanya memilih monokrom untuk segala barang barangmu... bahkan kamu sama sekali tidak punya benda berwarna selain hitam putih disini,kecuali vas bunga..."

"Seperti itu,ya?"Alvi mengangguk,

"Bagaimana dengan ungu?bukannya cocok dengan namamu, Violetta?"Letta terdiam sejenak,lalu bergumam

"Akan kupikirkan... sekarang pergilah,bukannya Ai sudah menunggumu?"

"Hei,apa kau mengusirku,Letta?"

Why Should Love?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang