Alfredo Alvi

43 8 4
                                    

'karena disetiap kisah akan selalu ada sebuah awal,awal yang menjadi muara dari segalanya'

-unknown

Alvi melangkah cepat menelusuri koridor kampus, beberapa kali dia menubruk mahasiswa yang sedang berjalan karena sibuk menatap arloji yang meliliti pergelangan tangan kirinya. Dia menghapus keringat di dahinya, kelas ekonomi sudah di mulai sejak 2 jam  yang lalu dan hanya akan berjalan selama 3 menit lagi. Alvi menghembuskan  nafas panjang, ah...sudah dipastikan pak Sam akan menyuruhnya menulis makalah reset untuk keterlambatan nya yang terus berulang.

Alvi mengumpulkan semua keberaniannya saat melihat pak Sam sedang serius menjelaskan sesuatu,

"Sekian kelas hari ini, sampai jumpa  untuk pertemuan selanjutnya"

Tangannya tergerak mengetuk pintu untuk selanjutnya menjadi perhatian seluruh penghuni kelas yang sedang bersiap-siap untuk bubar.

"Maaf pak, saya terlambat"
ucapnya pada pak Sam yang sedang membereskan peralatan nya di atas meja.

"Alfredo Alvi?" Alvi mengangguk.
kelas sudah sepi, mahasiswa lain sudah pergi, mungkin mereka ada kelas lain atau mungkin ingin pergi hang out, shopping. Ah apa pedulimu Alvi? pikirkan saja dirimu untuk saat ini, bagaimana nasib nilai ekonomi-mu?

"Sudah berapa kali kamu terlambat di kelas saya?"
GLEKK.....
Alvi menelan ludah, keterlambatannya sudah tak bisa ia hitung lagi. Jangan salahkan dia yang memang mempunyai kadar kemalasan yang tidak wajar dan waktu tidur yang sangat panjang-setidaknya untuk dirinya sendiri-. Pak Sam menoleh ke arah Alvi yang tidak berkata apa-apa,

"Kamu tidak tahu kalau kelas saya penting untuk kelulusan kamu?"

"Maaf, pak. Saya...."

"Alfredo Alvi, saya tidak dapat menjanjikan nilai yang baik untuk kamu. Terhitung sudah empat kali pertemuan yang tidak kamu hadiri"

"Jika terus begini, saya akan pastikan kamu akan mengulang semester ini untuk mata pelajaran saya"

Sialan, gerutu Alvi dalam hati. Pak Sam menghela nafas

"Temui saya di perpustakaan Jam 3 nanti, akan saya beritahu apa hukuman yang pantas di berikan padamu. jangan lupa!"

Alvi mengangguk, pak Sam meraih tasnya lalu melangkah keluar dari kelas meninggalkan Alvi yang telah tertunduk lesu.
                    *       *       *
"Napa muka lo kusut gitu?berantem sama Aisyah?"

Alvi menggeleng,  lalu duduk di samping Ari yang sedang membaca buku hukumnya,

"Lagipula tumben lu ke perpus jam segini, mimpi apa semalam? Lo di ruqyah sama siapa?'
cerocos Ari pada Alvi yang tidak biasanya diam seperti saat ini.
Alvi mendelik,

"Lo kira selama ini gue kerasukan makhluk halus?"
sergah Alvi dengan intonasi yang tinggi sambil bangkit dari tempat duduknya.

"Harap bagi para pengunjung untuk mengecilkan suaranya, karena ini perpustakaan"

Alvi menutup mulutnya spontan lalu kembali duduk ditempat.

"Lo sih bicaranya terlalu kenceng, lo pikir ini pasar apa?'

"Au ah"

Ari tertawa kecil melihat pria kelahiran Bandung itu mencibir kesal.

"Lo mau apa sih kesini?'

Alvi melirik Ari yang bertanya dengan terus menatap buku di hadapannya.

dasar kutu buku.

"Gue disuruh sama pak Sam, gue terancam di suruh mengulang semester ini di mapel dia"

"kagak heran sih."
kata Ari cuek.!Alvi mencibir sekali lagi.

Ari emang sahabat yang baik, ya?

"Trus lu di suruh apa?"

"Tuh dia, Ri. Kalo gue tau juga gue kagak perlu pergi ke tempat sialan ini!" ujar Alvi sembari melemparkan pandangannya ke seluruh penjuru perpustakaan.

Perpustakaan adalah salah satu fasilitas yang cukup mewah di universitas ini, sudah dilengkapi dengan AC yang di pasang di setiap pojok ruangan, beberapa kursi di lengkapi dengan komputer paling canggih untuk memudahkan para mahasiswa untuk membuat skripsi, makalah atau tugas lainnya, serta earphone untuk sekedar mendengarkan lagu saat sedang membaca atau membuat tugas. Tapi, semewah-mewahnya sebuah perpustakaan akan kalah pengunjung sama kafe atau mall-mall yang berjamur di luar sana. Alvi menghitung dalam hati pengunjung perpustakaan, kurang lebih 30 orang dari ratusan mahasiswa kampus. Sebagian besar memang di kenal sebagai kutu buku dengan kacamata tebal mereka atau mahasiswa senior yang sedang menyusun tugas akhir. Dan, siapa itu?

Alvi menatap wanita dengan rok jeans selutut dan baju rajut berwarna abu-abu. Rambutnya dia biarkan terurai sebatas punggung, lipsgloss pink nampak mewarnai bibirnya yang mungil, sedikit rona juga menghiasi pipinya yang putih bahkan tanpa itu semuapun -Alvi yakin- mata almond itu bisa menarik seseorang untuk menatapnya dua kali.

wanita itu nampak hanyut dalam kegiatannya, menulis-sepertinya-.

"Ssstt, Alvi tuh pak Sam dateng"

Ari menyikut lengan Alvi yang masih serius memperhatikan wanita tadi.

"Alfredo Alvi. Lu dipanggil tuh, ogeb!' ujar Ari sekali lagi, Alvi tersentak dan sejurus kemudian dia sudah berada di hadapan pak Sam.

***

Hai 🙋 readers....
Part ini gak nyambung sama yang pertama,yak?kalian kepo nggak?siapa sih Letta itu?apa hubungannya coba sama Alvi?

Mmm....

Biar gak kepo...baca terus,yak?
Jan lupa vote...😘😊

Why Should Love?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang