"Kau membuat pinggirannya terlalu tajam," kata Thorn.
Bryony nyaris tidak mendengarnya. Seluruh konsentrasinya terfokus pada usahanya membentuk pisau baru. Ini adalah yang terakhir dari beberapa usahanya dalam membuat sebuah pedang tarung. Dalam hatinya, ia tahu ini akan gagal seperti semua usaha lainnya. Semakin ia mengasah pinggirannya, semakin cepat pisaunya remuk. Semakin tajam ujungnya, semakin mudah pisaunya patah.
"Ini tidak ada gunanya," kata Bryony akhirnya, melemparkan batunya ke bawah. "Kenapa kita tidak punya senjata sungguhan?"
Terbuat dari logam, maksudmu?" tanya Thorn sambil menyeka seikal kayu dari pancang yang sedang ia raut. Sedang hujan, jadi sedikit yang bisa mereka berdua lakukan selain duduk di Akar Timur dan menunggu awan bergeser "Kenapa kita harus punya?"
"Kenapa kita tidak harus punya? Ada benda-benda logam di Oak."
"Hanya yang tersisa dari Hari-Hari Sihir. Lentera potongan-potongan perhiasan, dan beberapa alat. Tapi sebagian besar terbuat dari kuningan atau perunggu, terlalu halus untuk menjadi senjata. Lagi pula, sang Ratu tidak terlalu suka ada logam di sekitar sini. Kau tidak pernah tahu logam itu terbuat dari apa."
"Apa maksudmu?"
"Besi dingin," kata Thorn tak sabar. Ketika pandangan Bryony masih tampak kosong, Thorn melanjutkan, "Besi dingin menghentikan sihir--kalau murni, begitu. Tapi tidak ada banyak besi di sekitar sini lagi. Sekarang ini kau sebagian besar baja.
"Baja," kata Bryony. "Itu besi dicampur dengan...?"
"Gardener yang tahu," kata Thorn. "Yang kutahu, kalau aku sampai terkena baja, aku masih bisa terbang setelah itu. Itu berarti cukup bagus bagiku."
Tidak pernah disadari oleh Bryony sebelumnya bahwa terbang bersifat sihir, tetapi sekarang ia menyadari memang pastilah begitu. "Jadi kita masih punya sihir."
"Ya, itu tidak banyak gunanya, karena kita tidak bisa mengendalikannya," kata Thorn. "Kadang-kadang salah satu dari kita berhasil membaca mantra secara tidak sengaja. Aku pernah melihat Foxglove berubah ukuran sekali, berusaha menjatuhkan sebuah lubang tikus. Tapi itu selalu hilang dalam satu atau dua jam." la mendengus kecil dan menambahkan, "Kau tidak bisa menggunakannya untuk membunuh Wormwood Tua, kalau itulah yang kau pikirkan."
Bryony mendorong punggung kedua tangannya ke mata. "Pasti ada logam yang bisa kita gunakan," katanya.
"Tidak di Oak," kata Thorn. "Kecuali, kau mau pergi tidak ke Rumah dan memintanya kepada manusia?"
Mulut Bryony merapat saat ia mengambil batu yang baru dan membungkuk untuk bekerja kembali. Meskipun ia telah belajar banyak untuk menghormati Thorn, ada angan saat-saat di mana gurauan gelap peri yang lebih tua itu terlalu berlebihan.
Tapi Kemudian, sebuah pikiran menyambar Bryony. Apakah mereka berdua benar-benar tahu bahwa manusialah yang membawa Keheningan? Bagaimanapun, Bryony sendiri seharusnya sudah mati sekarang, kalau berdekatan dengan manusia sajalah yang menjadi penyebabnya. Bagaimana tahu kalau Thorn salah, dan penyakit itu datang dari sumber lain? Kalau begitu, pergi ke Rumah untuk mencari logam mungkin bukanlah ide yang buruk sama sekali.
Aku perlu berbicara kepada Valerian, Bryony memutuskan. Penyembuh itu telah menangani beberapa kasus Keheningan sekarang. Kalau ada yang tahu cara kerja penyakit itu, Valerian-lah orangnya.
🌳🌳🌳
"Kau mau meminta apa dariku?" kata Valerian. Sikapnya resmi dan sopan. Ia tampak hanya sedikit terkejut menemukan Bryony di pintunya.
"Pengetahuan" kata Bryony.
Kau punya apa untuk ditawarkan kepadaku sebagai gantinya?"
"Tanaman obat, jenis apa pun yang kau mau." Akan cukup mudah untuk memetiknya kali lain ia dan Thorn pergi berburu. Tak diragukan lagi, Valerian akan menghargai bahwa ia tidak harus menunggu para Pengumpul mendapatkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Knife : Pemburu Mantra
FantasíaKnife bertekad untuk mencari tahu kenapa sihir kaumnya telah hilang dan berusaha mendapatkannya kembali. Ia tidak takut terhadap apa pun--tidak kepada gagak yang jahat, para manusia yang hidup di dekat situ, bahkan kepada sang Ratu Peri. Tapi, ketik...