Pulang adalah hal yang paling tepat ketika merasa telah cukup mengunjungi suatu tempat, ini adalah keputusan paling tepat menurut pikiran. Tapi hati mengungkapkan keputusan lain dimana pulang adalah keputusan yang paling buruk berkemungkinan kehilangan orang yang sama lagi untuk kedua kali. Tapi logika mengalahkan hati yang pernah terluka bertopeng dengan keselamatan ketika dia bersama jasad yang ditinggali si hati.
Pulang tak membuat semua jadi lebih baik, tapi hanya menambah tanda tanya yang sangat besar yang merundung hati dan pikiran. Di perjalanan pulang hingga sampai ke tempat ku tinggal yang kusebut rumah.
Tak pernah luput ku memikirkanmu, mendoakanmu."kamu sekarang dimana, semoga kamu selamat sampai rumah, tak bertemu orang yang jahat" ungkap si hati.
Kurasa kamu sudah bertemu dengan orang jahat, dirikulah si jahat itu. Sanggup meninggalkan mu di tempat itu.
Tidur adalah pilihan yang tepat untuk mengakhiri hari ini setelah menjalani hari yang sangat jauh dari garis prediksi. Tapi pikiran masih kemana mana, membuatku tak bisa memejamkan mata. Memikirkanmu yang membuat diriku menginap sindrom eksotisme. Semua peristiwa tak satupun terbidik sempurna dari sasaran. Aku ingin menikmati pantai seorang diri, tapi tuhan menghadirkanmu. Dan disaat aku masih menutup hati untuk siapapun kau datang dengan keluguan. Mungkin ini sudah hampir klimaks dari skenario yang dibuat tuhan untukku setelah melalui hari-hari monoton. Sungguh hanya tuhan yang dapat membolak balikkan isi hati.
"kak sudah pulang?, Ayu boleh masuk? Kalimat yang penuh makna kepedulian membangunkan tidur ku
"masuk, Ayu" kataku pada adik kecilku
"kak maaf aku pulang telat, belum menyiapkan makanan, malam ini aku ada kerja kelom...." seketika terdiam melihat alis kiriku terdapat penutup luka.
"kakak nggak apa-apa?"
"iya, kakak nggak apa-apa."
"kok bisa kaya gitu kenapa kak?"Kuceritakan semuanya kepada adikku kenapa bisa jadi seperti itu, mulai awal aku datang di pantai, hingga aku mendapat luka ini setelah bertemu denganmu, Kirana. Hingga dia memotong ceritaku dengan ceritanya bahwa dia bermimpi memiliki kakak satu lagi yang lebih tua dariku, dan Ayu mengakhiri pembicaraan dengan berpamitan untuk tidur.
Alarm membangunkanku, kembali menjalani hidup yang monoton mengisi kekosongan hari hingga liburan habis termakan waktu yang sedang merangkak maju. Setiap waktu, hari aku berharap tuhan mengabulkan doaku untuk segera bertemu denganmu.
Mengisi hari dengan mencarimu di di berbagai dunia dan menghasilkan hasil sama di setiap pencarian yaitu tidak ditemukan. Dan aku akhirnya menyadari akan sesuatu, kamu bukanlah orang dari generasi kepala menunduk. Kamu adalah evolusi dari generasi tersebut, yang selamat dari kejamnya teknologi.
Kalender yang berisi tanggal, hari serta tahun yang selalu aku coret setiap harinya menurutku hanyalah sebuah angka yang tak memiliki arti, tak bisa disebut hari. Hanya sekumpulan tulisan penanda waktu yang berlalu dan tak ada kenangan didalamnya.
Sampai aku menyadari ada yang tertinggal dari dirimu di handphone ku, dan itu adalah salah satu alasanku ingin bertemu denganmu dan jawaban tuhan akan pintaku bahwa kita akan segera bertemu tapi kapannya tidak ada yang tahu. Kita akan bertemu, itu yang kutahu. Aku tahu juga bahwa tuhan pasti akan mengabulkan pinta si hamba, mungkin bukan sekarang tapi tuhan punya rencana lain.
"Bra loe ikut ke puncak mahameru?"
"Temen-temen mau ke situ"
"Minggu kita berangkat naik kereta, tiketnya gue yang ngurus, tapi diganti bra, jangan ngutang loe"Pesan yang dikirim Juna, membuat handphone bergetar. Berisi ajakan pendakian ke puncak mahameru, yang berarti petualangan selanjutnya untukku untuk melihat dunia yang lebih luas lagi.
Tanpa memikirkan lagi kujawab pesannya
"ya bro gue ikut"Kusiapkan semuannya, semua kebutuhan ketika pendakian, sampai akhirnya aku mengemas barang terakhir yang sangat berharga yang tak dapat dinilai dari segi harta, bahkan sebanyak apapun nilainya tak akan mendekati kata memberikannya pada orang lain. Itu bukan karena harga yang fantastis bukan juga barang yang hanya dijual terbatas, itu hanyalah sebuah barang yang murah harganya, banyak ditemukan di toko. Hal yang membuat berharga adalah kenangan.
Dimanapun tempatnya, kenangan tak akan bisa dibeli oleh apapun. Uang pun tak sanggup membelinya. Karena kenangan tak bisa diulang, itulah alasan kenapa kenangan mengalahkan uang. Dan barang yang sangat berkenang itu adalah sebuah kompas dari seorang malaikat tanpa sayap dan itu satu-satunya peninggalan yang bisa kuingat.
Kompas itu adalah penunjuk arahku melangkah di jalan kehidupan, yang memandu ku kemana-mana. Yang menunjukkan arti berharga sebuah kehidupan. Dan penunjuk bahwa petualanganku yang selanjutnya ini akan menjadi jawaban atas doaku yang telah ku pinta. Dan saya yakin akan hal itu Kirana.
.
.
.
.
.
"kamu adalah tanda tanya yang selalu saya cari jawabannya"