"Kan udah papa bilang coba aja dulu ketemu sama Mari, kamu ga bakal tau bisa cinta apa nggak kalo kamu belum ketemu orangnya. Dia anaknya baik kok, supel lagi. Banyak tau yang suk-"
"Kalo banyak yang suka sama dia kenapa harus dijodohin, dan kenapa harus sama Mic pa? Kenapa?! Udah bertahun tahun aku ga setuju sama perjodohan ini, apa ga cukup buat papa ngerti kalo wanita yang bertahta di hati Mic sampe saat ini adalah-"
"Stop Mic, stop!!! Iya papa tau, tapi yang papa permasalahkan adalah kenapa kamu ga mau mencoba membuka hati. Begitu banyak wanita di dunia ini Mic. Ada banyak keindahan yang Tuhan ciptakan tapi kenapa kamu ga mau meliriknya sebentar saja Mic? Papa begini karna papa khawatir sama kamu, nak." Lantang Arthur dengan suara yang sedikit mulai meninggi.
Memang benar kalau Arthur sangat mengkhawatirkan Mic, ini semua ia lakukan semata mata hanya untuk Helen. Ia berjanji bahwa ia akan membuat Mari lah yang bersanding dengan Mic di pelaminan nanti.
"Pa.. Plis jangan bawa bawa Tuhan. Mic cuma butuh waktu.""Oke kalo kamu butuh waktu, papa kasih kamu waktu setahun! Jika dalam setahun ini kamu tidak juga menemukan wanita yang pantas hidup bersamamu. Kamu harus menuruti perjodohan ini, harus Mic! Papa tidak mau menunggu lama. Camkan itu!" Tegas Arthur lalu ia langsung meninggalkan meja makan itu dan naik ke lantai dua, di mana kamarnya berada.
Ah! yang benar aja! Setahun? Dikira papa aku nyomot cewe di bar apa? Setahun mana cukup?! Rrghh!!
Mic saat itu memang emosi dengan sikap ayahnya namun ia tau dan sangat mengerti bahwa ayahnya membutuhkan waktu untuk sendiri.
Tak ada gunanya jika ia terus memberontak dan menyanggah segala keinginan ayahnya."Udah den.. Kalo si den bingung, kenapa ga mampir ke makam nyonya aja? Siapa tau den lebih tenang lagi menghadapi tuan. Maksud tuan baik. Tapi bibi juga tau kalo den butuh waktu merenung." Usul bi Imah yang sedari tadi memperhatikan mereka berdua dan perdebatan yang tak asing lagi didengarnya.
Memang tak asing lagi karena hampir setiap hari mereka membicarakan hal ini. Arthur yang terus memohon pada Mic agar dia mau mengikuti rencananya dan Mic yang bersih keras tidak setuju dengan niat ayahnya. Apapun niat ayahnya yang berbau hal seperti ini Mic tidak akan selera membahasnya. Baginya hal ini tidak penting. Toh kalo jodoh kan nanti pasti datang sendiri walau hati kita tertutup rapat.
"Nah ini yang benar! Aku harus tanya mama dulu tentang semua ini. Andai mama masih ada, papa pasti habis dijitak mama. Keterlaluan sih."
Terlihat wajah Mic yang sumringah karena usul briliant bi Imah. Bi Imah emang tidak tamat SMP. Tapi soal ini, bi Imah yang paling jago deh. Seringkali Mic lolos dari murka ayahnya karena ide ide kreatif dari bi Imah.
Contohnya saja ketika Mic berulang tahun, ayahnya sengaja mengundang beberapa kerabat kerjanya dan menyuruh mereka membawa anak gadisnya. Ya kalian tau, semata mata hanya untuk Mic.
Namun Mic yang mengetahui hal itu langsung kabur dan tidak hadir di pesta ulang tahunnya sendiri. Nekat? Bukan Mic namanya kalo ga nekat gengs.
Sepulangnya kembali ke rumah, Arthur sudah menunggu di ruang tamu dan bersiap menghajar Mic karena begitu malunya ia sebagai orang yang lumayan terpandang dikejutkan dengan kelakuan Mic yang semena mena ini.
Yah jangan salahkan Mic sepenuhnya kalau ia tak minat dengan pesta itu. Lagipula seluruh gadis yang datang, bukanlah tipe Mic. Ganjen, muka dempul, paha item, udah gitu pake dress mini lagi semuanya. Duh, ini bagaikan neraka bagi Mic.
Dan karena sebelumnya bi Imah menghubungi Mic dan berusaha menyelamatkan Mic dari amarah yang hampir akan meledak dari Arthur. Sepulangnya ia, ia pura-pura memperlihatkan wajah lelah dan meregangkan ototnya di depan Arthur, tentu saja Arthur bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
LDR is FUN! (HIATUS)
Teen FictionDi Sydney.. Kehidupan seorang Michael William Scott di Sydney mengharuskan dia menjalankan usaha yang dipercayakan ayahnya kepadanya. Tak ada waktu untuk mengejar kesenangan. Bahkan temanpun tak ada. Semua ia dedikasikan untuk keluarga tercintanya. ...