3. L-lo?

26 8 2
                                    

"L-lo?" gumam sang gadis.

Adera menghampiri gadis itu yang kini sedang mematung.

"Lo sekolah disini? Kok gue ga suka liat lo disini? Lo murid pindahan? Ga nyangka ternyata dunia ini sempit" Pertanyaan bertubi-tubi itu Adera lemparkan untuk sang gadis.

Sang gadis bingung harus mulai menjawab darimana, menurutnya ini tiba-tiba sekali. Apakah ia harus senang karena harapannya bertemu dengan Adera tadi terkabul, atau justru ini malapetaka untuk nya.

Seolah mengerti dengan gaya tubuh sang gadis, Adera memutuskan untuk berbicara di taman belakang sekolah. Setibanya di taman, Adera langsung menagih jawabannya.

"Nah sekarang udah aman kan? Gaakan ada yang liat, gaada yang denger. Ayo jawab pertanyaan gue" kata Adera

"Iya gue sekolah disini, gue juga murid pindahan, awalnya gue sekolah dan tinggal di Jakarta, tapi karena nenek gue sakit. Bunda gue bolak-balik Bandung-Jakarta, dia yang ga tega liat gue sering di tinggal memutuskan supaya gue pindah ke Bandung." jelas sang gadis.

"Ternyata seorang Tiara Anastasya bisa manja juga sama orang tuanya" ledek Adera.

'Tuhkan baru juga ketemu, udah nyari ribut ni anak' geram Ara dalam hati.

"Emang kenapa? Masalah buat situ?" sinis Ara.

"Ya jelas lah masalah, orang kayak singa macam lo, bisa manja juga." celetuk Adera.

Ara yang tidak terima di katai singa langsung memukul-mukul bahu Adera dengan keras, sehingga pria itu mengaduh kesakitan. "Eh buset ini tenanga nya mirip banget sama singa" ucap Adera di tengah-tengah melawan Ara.

"HEH" teriak Ara tepat di telinga Adera. "Sembarangan kalo ngomong lo! Tuhkan ketemu lo itu malah bikin malapetaka buat gue" sinis Ara.

Adera terkekeh, tidak merasa tersinggung sedikitpun dengan ucapan Ara. Tetapi ada sesuatu yang berbeda dari gadis ini, ketika matanya melihat leher Ara, sontak Adera terkejut.

"Kalung lo mana?" tanya Adera hati-hati

Ara memegang lehernya yang kosong, tidak ada kalung yang biasanya menjuntai Indah di lehernya. Tiba-tiba air muka Ara terlihat sedih "ilang" jawabnya parau.

Tadinya Adera berniat menjahili gadis ini, karena kalung yang Ara maksud ada di tangannya, tapi karena melihat sikapnya membuat Adera tidak tega dan mengurungkan niatnya.

"Kalung lo ada di gue" ucap Adera tanpa rasa bersalah

Sontak mata Ara membulat sempurna, ia hampir berteriak tetapi mulutnya langsung di bekap oleh Adera. Hingga membuat jarak mereka semakin dekat dan membuat debaran jantung yang hebat di dada Ara.

'Bun, ara kayaknya harus ke dokter deh. Ada yang gaberes sama jantung Ara' batinnya

'Ya allah ini kenapa gue ser-seran ya kalo deket dia, padahal kan gue tau sikap dia itu mirip singa yang bisa kapan aja nerkam mangsanya' Adera membatin

Ara yang sadar akan perlakuan Adera langsung menjauhkan tubuh Adera dengan mendorong dada bidang Adera. "jangan modus lo ya!" ancam Ara.

Adera yang merasa belum siap di dorong langsung terpental ke tanah, ia meringis karena tangannya tergores tanah. "Apa-apaan sih lo?! Asal dorong aja" ucap Adera sambil mencoba berdiri, dan membersihkan bekas tanah yang menempel di seragamnya.

"Lo yang apa-apaan, ngapain kayak gitu ke gue? Bikin gue sakit jantung" Ara mengecilkan suara pada kalimat terakhir.

"Gue juga deg-degan kalo deket lo" ucap Adera menggoda.

True Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang