Hello, there. What's wrong with that smile?
ㅡ
.
.
.Kau tau apa yang paling tidak kusukai ketika jam mata kuliah dimulai? Dosen killer. Entah berapa banyak dosen menyebalkan disini. Dari yang tua hingga yang muda tidak ada bedanya bagiku.
Aku ingin tidur. Aba-aba seorang Yeongsuk dari sudut sana. Aku hanya tertawa kecil lalu melanjutkan mendengarkan dosen berbadan kecil di depan sana.
Penjelasannya sangat panjang sekali. Pantas saja beberapa mahasiswa disini terlihat mengantuk.
Jam mata kuliahpun selesai dengan cepat. Aku menenggelamkan kepalaku pada tasku yang tertata rapih di atas meja lalu memejamkan mataku sejenak.
Tak berapa lama Yeongsuk membangunkanku.
"Kau menggangguku Yeongsuk-ah." Lalu aku menoleh ke arah sebaliknya.
"Ayo pulang. Aku lapar." Rengeknya seperti anak kecil.
Aku hanya mendengus pelan. Kemudian mengangkat kepala beratku dengan malas dan beranjak dari kursi.
Dia menggandeng tanganku erat seakan tidak mau melepaskannya. Aku yang malas hanya mempasrahkan tanganku digenggam dan diseret ke arah dia pergi.
Kami berdua berpisah pada tempat dan lokasi yang sama. Gangnam.
Aku melambaikan tanganku padanya kemudian melangkahkan kakiku malas ke gang menuju rumahku.
Netraku menangkap punggung seseorang yang tengah menenteng sebuah tas yang cukup besar.
"Permisi, Ahjussi. Boleh aku membantumu? sepertinya Anda kesulitan membawanya." Aku segera menghampirinya.
"Ah, tidak perlu. Ini tidak- tunggu. Ahri-ssi?" Ucap Ahjussi tadi. Darimana dia tau namaku?
Tunggu sepertinya aku pernah mendengar suara itu. Aku mendongakkan kepalaku dan mendelik ke arahnya.
"Oh, jeosonghapnida. Aku selalu memanggilmu ahjussi." Aku tersenyum kikuk lalu menunduk.
"Kau tinggal di daerah sini juga?" Tanyanya pelan. Aku hanya mengangguk lalu mengikutinya berjalan.
Aku berhenti di depan teras rumahku dan berbalik menatap lelaki yang tepat di depanku ini. Aku sedikit terkejut.
"Mau mampir?"
"Tidak perlu. Kapan-kapan saja aku akan kemari." Kemudian dia tersenyum. Menampakkan lesung pipinya yang sangat jelas di mataku.
Aku terpesona dengan senyuman itu.
"Yak! Aku tau aku tampan. Pergilah masuk, aku harus segera ke gedung. Bye!" Ucapnya lalu pergi melambaikan tangannya.
Jadi, dia yang mempunyai lesung pipi itu?
Aku menatap punggungnya yang sedang berlari ke arah gedung. Lalu aku masuk ke dalam rumah dan mendudukkan pantat mungilku ke sofa minimalis di ruang tamu.
Senyumannya. Hatiku tidak bisa berdetak dengan normal.
---
BigHit ent. Building.
Mon studio.Aku terus menahan senyumanku hingga sampai di dalam studio. Ku letakkan tas berat yang sedari tadi ku tenteng ke dalam lemari kecil.
Kemudian mendudukkan pantatku pada kursi di depan komputerku.
Mengingat kejadian tadi, kenapa aku selalu memikirkannya akhir-akhir ini. Entah mengapa, jika melihat senyumannya saja membuatku ingin tersenyum pula.
Bagaimana dia bisa semanis itu. Aku terkekeh sendiri di dalam dan mulai gila mengingat hal tadi.
Ah, sial kenapa tadi aku tidak minta ID LINE nya. Aku terus merutuki diriku karena tadi lupa meminta hal terpenting bagiku.
Kemudian pintu studioku terbuka.
"Oh, kau sudah sampai, Namjoon-ah? Aku baru saja ingin mengambil sesuatu. Kalau begitu, biarkan saja. Akan ku ambil nanti." Dasar hyung aneh. Kalau mungkin tidak dengan kegiatan makannya, dia akan bersikap seperti itu.
30 minutes later..
"Akhirnya!" Pekikku pelan.
Aku menarik nafas panjang dan memejamkan mataku sejenak setelah menggerakkan jari-jari tanganku di atas keyboard.
Aku menggoyangkan kakiku malas lalu beranjak keluar studio.
Hari ini tidak ada jadwal latihan. Hanya beberapa member yang memiliki kepentingan dengan staf atau hanya mampir saja ke gedung. Seperti salah satu hyung ku ini.
"Kenapa kau ke gedung?" Tanya Seokjin hyung. Aku mengangkat bahuku acuh.
"Hanya mengisi waktu kosongku di studio." Kemudian kami berdua berjalan ke toko buku.
Aku meminta Seokjin hyung mengantarku ke toko buku terdekat. Setelah sampai dan masuk ke dalam, aku dan Seokjin hyung berpencar.
Aku ke atas dan dia sibuk melihat beberapa music player di bawah.
Aku mulai mencari novel yang ku cari. Dari rak atas, bawah, hingga paling ujung.
"Ooh! Aigoo!" Aku tidak sengaja menyenggol tumpukan buku di sampingku. Dengan cepat ku bereskan dengan rapi meski tidak serapih tadi.
"Namjoon-ssi?" Ucap seorang yeoja di belakangku.
Aku menoleh ke belakang dan ku kira itu salah satu dari ARMY yang mengenaliku. Ternyata bukan.
"Oh, Ahri-ssi." Balasku lalu tersenyum. Senang juga melihatnya disini.
"Sedang memilih novel sejarah?" Tanyanya di sampingku. Aku mengangguk sembari mengambil novel yang akan ku beli.
Terlihat beberapa anak kecil berlarian di sekitar rak yang berhadapan denganku. Kemudian mereka berlari ke arah aku dan Ahri berdiri.
Karena jarak antara rak buku dan rak yang lain berdekatan dan sempit, jadi ku tarik yeoja di sampingku agar tidak terjatuh karena anak kecil tadi. Dengan posisi yang sedikit awkward.
"Gwaenchana?" Tanyaku padanya. Dia hanya mengangguk menundukkan kepalanya.
Segera aku lepaskan dirinya agar tidak terjadi kecanggungan yang paling aku benci.
Aku hanya tertawa kikuk dan dia juga ikut tersenyum. Ah, mulai sekarang aku menyukai senyuman itu. Manis. Kata pertama itulah yang pertama kali muncul di otakku.
Sepertinya, aku juga mulai menyukaimu, Ahri-ssi.
ㅡ
-To Be Continued-
KAMU SEDANG MEMBACA
Who Are You | Kim Namjoon (BTS) | Pindah Akun
FanficSemua orang sudah tentu mencintaimu, tapi bisakah aku mencintai dirimu? -WAY. @deruby_jajan / @jathe.jajan