04

1.3K 36 2
                                    

* Still Scott POV*

            “kenapa kamu homophobic?” Tanya Mitch

             “tidak. Honestly, i’m gay too,” jawabku

            “oh, i didn’ t know!” ucapnya lucu

            “you’ re the first person, who know i’ m gay,” ucapku

            “how about Rachel?, is she know?” tanyanya

            “like i said, you’ re the fisrt person, who know,” kataku

            “berarti aku beruntung,” ucapnya, sebenarnya aku sudah gay dari dulu. Tapi, aku begitu tertutup dengan orientasi seksualku. Aku hanya membagi keadaanku pada orantuaku sana, Jadi hanya mereka yang tau aku gay. Kerabat dekat-pun hanya beberapa yang tahu aku gay.

            “kau tahu, orientasi seksualku juga berperan dalam kepindahanku disini,” ucap Mitch,” di Indonesia LGBT dianggap tak punya aturan, tak punya adat, dan tak punya malu. Padahal, kaum kita tidak pernah, menyinggung kaum straight. Di Indonesia biasanya, orang yang openly gay dikucilkan dari daerahnya. Jika tertangkap sedang bercinta mereka akan diarak keliling desa,”

            “benarkah, separah itu?” tanyaku

            “ya, bahkan yang lebih parah ada yang sampai di pidana,” ucap Mitch

            “sepertinya kau pergi ke negara yang tepat, meskipun hukum pernikahan sesama jenis sudah dicabut, masyarakatnya masih toleran terhadap kaum LGBT,” ucapku lantang

            “iya, aku tahu, that’ s why I’ m here,” ucapnya lirih.

            “jadi, tujuan kita selanjutnya, “ ucapku, “ the best restaurant in town,”

            ”oh, baik, aku lapar,” ucapnya

            “rumahku,” ucapku menahan tawa

            “dasar,” katanya lucu

            Aku menuju rumahku dengan mobil Mitch. Bukannya aku tak punya mobil, tapi aku lebih suka naik kendaraan umum dari pada naik kendaraan pribadi. Yah, sekalian mengurangi polusi dunia. Sebenarnya, jarak rumahku dengan kampus cukup jauh. ± tiga puluh menit jalan kaki, dan ± dua puluh menit naik kendaraan dengan kecepatan santai.

            Mitch membawa kendaraannya dengan kecepatan normal. Jika aku yang bawa pasti aku sudah melewati batas rata – rata kecepatan. Aku suka dengan mobil Mitch, dalamnya wangi meskipun arsitekturnya agak feminist. Dia memilih warna yang sangat mencolok mata. Tapi, menurutku itu lucu.

            “ngomong – ngomong, mobilmu bagus,” tanyaku basa – basi

            “oh, tidak, maksudku mobil ini payah,”  ucapnya

            “kenapa?” tanyaku

            “ini mobil sport,”  ungkapnya

            “bukankah itu bagus, semua orang ingin mobil sport,” kataku agak terkejut dengan perkataannya

            “aku agak tak suka mobil sport, maksudku mungkin kalau aku di film fast and furious aku akan jatuh cinta dengan mobil ini. tapi, kenyataannya aku tak terlalu suka karena ya untuk mobil sekecil ini harganya cukup mahal, aku lebih ingin mobil biasa,” ucapnya panjang

            “oh. Jadi, apa mobil favoritmu?” tanyaku

            “Volkswagen combi tahun apa saja,” selorohnya,

Feel This Moments (Repost) (Boy X Boy)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang