[5]

23 7 7
                                    

"Kata Mbak Arin, kemaren kamu bawa cowok ke rumah?"

Dara bertanya sembari menegakkan tubuhnya. Sedikit pegal karena daritadi dia tidur di kamar Jesya dengan posisi salah bantal. Sementara Jesya yang sedang memainkan ponselnya itu menoleh. Iya, ternyata Jesya tidak kudet seperti yang dikatakan Yoyo. Jesya cukup bisa mengikuti jaman walaupun isi sosmed-nya tidak asik sama sekali.

"Iya. Arin ember banget sih pake ngasih tau lo segala."

Dara mendengus. "Terus aku harus gimana dong ke Yoyo?"

Iya, ini udah genap seminggu mereka putus. Dan Dara masih galau karena Yoyo mengunjungi rumahnya dan menjelaskan semuanya tempo hari. Tentu Dara merasa goyah, penjelasan Yoyo terbilang tidak masuk akal, tetapi melihat raut muka lelaki itu, Dara jadi tidak tega. Lagipula Dara tidak melihat kebohongan dari mata Yoyo. Ini jelas karena bucin.

"Ya nggak gimana-gimana. Emangnya lo mau gimana? Diselingkuhin lagi?" Jesya hampir melotot mengucapkannya, membuat Dara meringis.

"Tapi kata Yoyo, aku cuma salah paham, Jesya."

"Lo lebih percaya Yoyo, atau apa yang lo lihat sendiri?"

Dara jelas bungkam. Kemudian Jesya dengan sifat lembutnya menangkup pipi Dara yang murung itu. Iya, Dara memang sepolos ini. Remaja yang beranjak dewasa, memang sepolos ini. Kadang Jesya pun geregetan karena Dara berani pacaran dengan sikap polosnya.

"Laki-laki masih banyak, Dar. Lo masih bisa dapetin anak kampus yang jelas masa depannya ketimbang si Yoyo yang jobless."

"Tapi dia udah kerja, berarti dia nggak jobless dong."

"Arghhh, bukan gitu maksud gue, Dara." Jesya meremas tangannya di depan wajah.

Kemudian melanjutkan, "Ya lo bisa nyari yang nggak main-main kayak Yoyo. Yang apa ya, aduh susah deh jelasin ke bucin macem elo."

"Kamu yang nggak ngerti, Jesya. Kamu sendiri nggak pernah pacaran kan?"

"LAH ANJING KOK LO MALAH NYOLOT SIH?"

Dara tertawa. "Jangan galak-galak, kamu bikin laki-laki mundur tau nggak?"

"Idih, bodo amat."

Gantian Dara yang menghadap Jesya dan menangkup pipi perempuan itu. Jesya meronta, tetapi Dara lebih kuat meski kewalahan. "Aku cariin cowok, mau, Jeshie sayang?"

"Lepas ih, lepas!" Jesya meronta sampai berhasil. Lalu cepat-cepat melempar tatapan tajam yang Dara sudah kebal melihatnya. "Nggak usah! Gue nggak perlu cowok!"

Dara terkekeh, kemudian kembali termenung ketika pikiran tentang Yoyo lagi-lagi terbesit di kepalanya. "Jesya..,"

"Hng?"

"Aku mau balikan aja sama Yoyo."

Jesya mendesah, merasa tidak perlu lagi mencampuri urusan mereka. Lagipula dia sudah cukup menjaga Dara, dan dia juga tidak segan-segan melayangkan pukulan kalau Yoyo memainkan Dara lagi. "Gue nggak mau ikut campur lagi deh, Dar. Semuanya terserah lo. Tapi awas aja kalau putus lagi, gue tebas titut nya Yoyo."

Dara hanya tersenyum. Membayangkan bagaimana masa-masa manis kembali padanya. Membayangkan Yoyo yang selalu meneleponnya tiap malam, rela kabur dari tempat kerja hanya karena menjemputnya di kampus, mengajak Dara ke gerai makanan enak rekomendasinya, dan menguploud kemesraannya di sosial media. Dara selalu senang. Dara selalu senang ketika Yoyo men-tag nya disetiap foto yang diunggahnya. Membayangkannya saja membuat Dara tidak berhenti tersenyum.

"Terus kapan lo mau balikan?"

"Ya kalau dia ngajak."

"Ya ampun, Dara!" Jesya menepuk dahinya. "Jadi dia belum ngajak balikan?"

Dara menggeleng. "Dia cuma jelasin dan bilang jangan salah paham."

Sedikit geram, tetapi Jesya mengabaikannya dengan terus menatap ponsel miliknya. Bukan tidak ada kerjaan, tapi Jesya sedang mencari-cari pekerjaan di internet. Kali aja dapat kan? Rejeki mana ada yang tau. Dan nampaknya Jesya sedang beruntung. Karena baru lima menit gadis itu mencari, sebuah perusahaan membagikan brosur online berupa pencarian pekerja perempuan dengan syarat kelulusan SMA. Bingo! Jesya tersenyum begitu lebar. Menampakkan giginya yang rapi. Senyum yang begitu indah, yang sudah lama tidak dia tampakkan. Jesya bahagia.

****

A/N: Aku kecewa. I really hate this day:(( huhu makanya aku kangen nulis lapak ini. Aku double update, dan setelah ini ada Gabyangka. Oke.

HERDERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang