Terlalu manis untuk dikatakan perubahan.
💋💋💋
Mora duduk diam di Taman Kelas X Bahasa. Cewek itu mengabaikan tatapan yang membuatnya kesal. Dia sedang berpikir tentang perubahan yang harus dia dan teman-temannya lakukan.
Cewek itu memperhatikan Taman bunga yang berada disekitarnya, belum dihias, mungkin karna mereka baru di Sekolah ini. Yah, lebih tepatnya baru tiga bulan.
Mora berpikir keras, mencoba membangunkan otak cantiknya yang sedang beristirahat semenjak ujian kelas tiganya waktu smp.
"Lu ngapain coba disini, Ra?" tanya Aldi yang sudah duduk disamping Mora. Cewek itu hanya menatap sekilas tanpa berniat menjawab pertanyaan Aldi. Merasa diabaikan, cowok itu memukul kepala Mora pelan.
"Aduh, lu bego apa? Sakit bege." kata Mora sambil memukul Aldi lumayan keras. Cowok itu hanya mengadu tanpa berniat membalas Mora.
"Lagian ditanyain kek taik," kata Aldi sambil mengangkat kakinya diatas meja kayu yang berada ditengah-tengah mereka.
"Lu gak liat apa gue lagi duduk?" tanya Mora kesal. Aldi mengelus dadanya agar bersabar dengan jawaban Mora.
"Kan di Kelas ada banyak kursi, Ra." kata Aldi pelan. Cowok itu bersiap menutup telinganya karna berpikir jika Mora akan berteriak kesal.
"Kaga, gue lagi mikir aja. Taman Kelas kita dibuat gimana yah supaya bisa keliatan bagus tapi gak mainstream?" tanya Mora sambil menatap bunga-bunga yang mati karna kekurangan air. Aldi menatap Mora mengerti, dia tau jika kata-kata Bu Ulfa melekat dihati dan pikirannya. Mungkin bukan hanya Mora tapi juga teman-temannya yang lain.
"Gue punya ide!" teriak Mora. Cewek itu mengabaikan Aldi dan berlari kedalam Kelas. Aldi mendengus kesal melihat Mora yang terlalu mendengarkan kritik tentang mereka.
💋💋💋
Mora menyeka peluh yang mulai membasahi kening dan pipinya. Cewek itu memutar bola matanya saat melihat teman-temannya mencoba menggodanya saat kakak kelas yang pernah dia suka lewat didepan mereka.
"Gila, alis tebel makin lama makin menggoda iman aja," kata Anisa sambil terus menatap Kak Fitra.
"Makan tuh player kelas kakap." kata Mora sambil mengangkat pot kecil dan meletakkannya diatas pembatas Taman.
"Oh, jadi alasan lo gak suka dia lagi karna dia player? Trus lo suka dia karna apa? Cakep? Atau karna dia termasuk dalam anggota pramuka?" tanya Mawar. Mora berdecak kesal lalu menatap Mawar tanpa minat.
"Yah, alasan gue gak suka dia lagi karna itu, gue pernah nangis gak jelas karna cowok yang gak tau suka sama gue atau gak," jawab Mora. Cewek itu menarik nafas pelan.
"Dan untuk alasan gue suka sama dia, yah gak ada alasannya. Cakep? saat gue suka sama dia, banyak yang lebih cakep dari dia deket sama gue. Termasuk dalam anggota pramuka? kak Haikal ketua Bantara tuh, tapi gue biasa aja." lanjut Mora. Cewek itu berjalan meninggalkan Mawar yang mengangguk mengerti.
"Ini kenapa bisa jadi warna hijau?" tanya Mora sambil menunjuk ember polos yang akan dijadikan pot. Akmal hanya tersenyum kaku sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Mora mengerti, ini mungkin karna cowok itu lupa warna untuk pot itu warna kuning."Yaudah, gak pa-pa. Warna kuningnya jadiin bulat kecil-kecil sebagai hiasan hijau polos itu." kata Mora tanpa memberi kesempatan kepada Akmal untuk menjelaskan kesalahannya.
"Botolnya udah selesai?" tanya Mora sambil mendekati Fara, Aldi, dan Putri yang sedang menggunting botol aqua yang akan dijadikan pot.
"Dikit lagi. Kalo udah selesai mau dicat warna apa?" tanya Aldi meminta pendapat. Mora membuka kertas kecil yang sudah ditulis kesepakatan mereka kemarin.
"Merah, hijau, kuning, biru, dan ungu." jawab Mora.
"Palu sama paku dimana?" tanya Mora sambil mencari disekitar Aldi.
"Tadi dipake Heri," jawab Aldi tanpa menatap Mora. Cewek itu mengangguk lalu berjalan mendekati Heri yang sedang membuat meja kecil ditengah Taman untuk meletakkan pot-pot mini.
"Udah selesai? Gue mau make palu juga," kata Mora sambil memperhatikan Heri yang sibuk memaku beberapa bagian dari meja yang hampir jadi itu.
"Dikit lagi. Palu satu ada disamping gergaji, pake aja itu." kata Heri tanpa mengalihkan pandangannya.
"Paku?"
"Butuh berapa?"
"Emm... 15 deh."
"Ambil aja dikresek. Tadi Akmal sama Aira baru abis beli kebutuhan lagi." kata Heri. Mora hanya menjawab Oh sebagai respon.
Saat mendapatkan apa yang dia cari, Mora membuat paku tersebut seolah melilit dipohon besar itu.
💋💋💋
"Gila. Jangan ngerobek kertas bege!" kata Mora yang sudah ada didepan Tirta, si tukang rusuh.
"Paan sih, Ra. Gue lagi ngeramal masa depan ini," kata Tirta membela diri. Mora melongo mendengar jawaban Tirta.
"Ck, semenjak ada Dilan semua orang beralih menjadi peramal KW," kata Mora sambil menggeleng pelan. Cewek itu merampas kertas yang ada ditangan Tirta dan membuangnya ditempat sampah.
"Ah Mora gak bisa liat gue seneng elah," kata Tirta sambil membuang muka seolah merajuk.
"Astaga, Ta. Sadar woii. Cowok elah, kek cewek aja lu pake acara ngambek segala," kata Mora sambil berkacak pinggang. Tirta hanya tersenyum memperlihatkan giginya yang tersusun rapi.
"Lagian lu kek mak tiri aja, Ra. Pms lu?" tanya Tirta sambil menyandarkan punggungnya disandaran kursi.
"Yee si bego. Kepo aja lu. Udah jangan nyampah. Lu tau kan di Sekolah ini kita dianggap sampah, udah gak usah nyampah. Nambah beban aja sih," kata Mora sambil terkekeh pelan. Tirta mengernyit mendengar kata-kata Mora.
"Gak usah dengerin kata mereka, Ra. Kita bisa sukses dengan cara kita sendiri. Yang penting sekarang kita bahagia dulu karna punya temen yang lebih setia dari mereka," kata Tirta sambil tersenyum.

KAMU SEDANG MEMBACA
Amara Zamora
DiversosAmara Zamora. Cewek sederhana yang memiliki pesona tersendiri.Menyukai perubahan yang membuat semua orang bangga berada didekatnya. Namun, saat dia dalam mode buruk, cewek itu menjadi sangat menyebalkan. Mengalami pasang surut dalam kehidupannya. H...