Orang yang selalu cari masalah itu, tandanya kurang diperhatiin.
💋💋💋
Mora berjalan santai menuju Perpustakaan. Disampingnya Fara terus mengungkapkan pemikirannya tentang berbagai hal baru yang akan dia lakukan. Mora hanya berdehem saat cewek itu meminta pendapatnya.
"Mor, liat deh." kata Fara sambil menunjuk arah jarum jam tiga. Mora menoleh kearah yang ditunjuk Fara, beberapa detik kemudian cewek itu tersenyum saat melihat Alan yang berjalan mendekatinya.
"Ish, sebenarnya bukan dia yang gue maksud," kata Fara sambil memutar bola matanya. Mora menatap Fara bingung.
"Trus siapa?"
"Noh, dibelakangnya."
Mora menoleh kebelakang Alan. Dan disana, bisa terlihat jelas jika Kak Fitra sedang tertawa lepas bersama teman-temannya. Cewek itu berdecak pelan saat melihat Fara tertawa kecil melihat ekspresinya.
"Mau kemana?" tanya Alan saat sudah berada didepan Mora. Cowok itu berkacak pinggang seolah Mora baru saja melakukan kejahatan dan tertangkap basah.
"Perpustakaan," jawab Mora sambil menatap Fara yang menatap Alan tak suka. Mora tau, Fara benci Alan karna cowok itu mempunyai julukan si tukang modus. Mora terkekeh pelan membuat dua orang didepannya heran dengan sikap aneh Mora.
"Lu kenapa dah?" tanya Fara dan Alan kompak. Mora tertawa pelan melihat kekompakan dua orang didepannya ini.
"Udah ah. Gue mau ke Perpustakaan aja. Babay kalian," kata Mora sambil berlalu meninggalkan Fara dan Alan. Fara menatap Alan tak suka, cewek itu berdesis lalu kembali menatap punggung Mora.
"MORA!" teriak Fara dan Alan.
💋💋💋
Mora tersenyum geli mengingat dua orang yang tidak bisa dipertemukan harus dibiarkan berdua dengan sengaja. Fara dan Alan itu bagai magnet yang kutubnya sama, akan selalu saling menolak jika berdekatan.
Bruuk
"MORA!"
Senyum yang tercetak dibibir Mora seketika menghilang digantikan wajah datar dengan tatapan dingin.
Teriakan Fara dan Alan yang terlalu mendramatis membuat Mora ingin tertawa jika tidak mengingat didepannya ada Sindi, si tukang cari masalah.
Mora bangkit dengan santainya seolah tidak terjadi apa-apa. Padahal cewek itu ingin menjambak rambut Sindi dan mencakar wajah menjijikkannya karna sakit yang tercipta karna dia jatuh tadi.
Sabar. Bidadari gak boleh marah. Nanti cantiknya ilang lagi. Batin Mora.
"Ternyata lu lebih lemah dari si Cupu," kata Sindi sambil berkacak pinggang. Mora menggeleng pelan dengan kepercayaan diri Sindi yang salah tempat.
Sekali kena tonjokkan gue, lu pasti pingsan, gilaa!. Batin Mora.
"Ck. Bahasa emang gitu, gak punya sopan santun dan payah," kata Sindi. Cewek itu berharap jika Mora tidak buka suara, cewek itu terlalu takut mendengar suara Mora yang tenang dan rendah.
"Seberapa hebat sopan santun yang lo punya?" tanya Mora dengan suara rendah. Tak mempedulikan semua tatapan mata yang menatapnya.
"Lo tau, ada beberapa orang yang kurang perhatian sampe cari masalah buat diperhatiin," lanjut Mora. Cewek itu memasukkan tangannya didalam saku roknya.
"Apa lo termasuk salah satunya? Kalo ya, gue biasa aja---" Mora mendekati Sindi, sedangkan cewek itu hanya diam saat tubuh Mora mendekat kearahnya.
"Malah gue bisa bantuin lo supaya dapet perhatian lebih dari ini," lanjut Mora lirih, sehingga hanya dapat didengar oleh Sindi saja. Cewek itu terpaku, mata Mora terlihat begitu menarik didepannya.
"Mata gue emang gitu, terlalu langka buat orang yang gak pernah sadar kebahagiaannya dimana kayak lo," kata Mora seolah tau apa yang dipikirkan Sindi. Setelah mengatakan itu, Mora kembali melangkahkan kakinya menuju Perpustakaan.
"Gila, Mora emang selalu keren dah," kata Fara yang berada disamping Alan. Cowok disampingnya berdesis tak suka melihat gaya Mora yang seperti laki-laki.
"Selalu aja gak sadar kelamin, ck." kata Alan sambil meninggalkan Fara yang menatap cowok itu tak mengerti.
Cewek itu menghela nafas pelan, dia bingung kenapa bisa membenci Alan yang tidak pernah menyakitinya seinci pun. Dia hanya kesal karna Alan sering mempermainkan hati hampir semua siswi SMA Satu Bangsa.
Fara mengangkat bahu tak peduli. Toh Alan tidak pernah mengusiknya sedikit pun. Cewek itu melangkahkan kakinya menyusul Mora.
Sedangkan Sindi masih terpaku ditempatnya. Pikirannya melayang jauh memikirkan kata-kata Mora. Baru Mora yang berani bicara seperti itu didepannya, seolah jiwa sarkastik yang dimiliki tidak membuat Mora terusik sedikit pun.
Sindi menghembuskan nafas pelan, cewek itu melangkahkan kakinya meninggalkan tempatnya berdiri. Mengabaikan berbagai tatapan mata dari semua orang yang berada disana.
"Lo gak pa-pa, Si?" tanya Amel. Cewek itu mendekat kearah Sindi seolah ingin memastikan jika Sindi sedang baik-baik saja. Sindi mengangguk pelan, membuat Amel menarik nafas kasar.
Langkah kakinya terhenti saat melihat sosok Alan didepannya. Cowok itu berdiri sambil menatapnya datar. Ada ruang hati Sindi yang berteriak tidak terima saat tatapan Alan yang dulunya hangat kini berubah tak berekspresi.
"Mau lo apa?" Tanya Alan tanpa basa basi. Sedangkan Amel yang berada disamping Sindi menyentuh tangan dingin cewek itu.
"Gak mau apa-apa," suara Sindi terdengar pelan. Dia takut jika Alan semakin marah kepadanya.
"Trus maksud lo nyakitin Mora apa?" Suara Alan terdengar sarkas. Sindi menelan salivanya kasar. Ada rasa sesak saat Alan lebih peduli kepada Mora dibandingkan dirinya lagi.
"Gue... Gue cuma gak suka lo ngasih perhatian lebih kedia dibanding gue!" Alan menyeringai sambil menatap Sindi rendah.
"Emang lo siapa gue?"
"Gue peringatin sama lo, Sin. Gue gak suka lo nyakitin Mora. Kalo lo tetap nyakitin dia, jangan salahin gue kalo gue berlaku kasar sama lo." Kata Alan sambil melangkah pergi meninggalkan Sindi dan Amel.
Cewek itu meringis saat merasa sesak. Ingin rasanya Sindi berteriak dan mengungkapkan jika dia ingin memiliki Alan lagi.
Ada penyesalan yang dia rasakan saat dengan bodohnya meninggalkan Alan demi Alex dulu. Amel yang berada disamping Sindi langsung memeluk cewek itu saat melihat air mata mulai membasahi pipi Sindi.
"Gue bego ngelepasin dia, Mel. Gue emang bego." Amel menatap Sindi yang frustasi. Cewek itu mengusap air mata Sindi.
"Udah, Sin. Gak usah masalahin itu lagi. Sekarang buat dia sayang sama lo lagi, dan buat lo bahagia kayak dulu lagi."
![](https://img.wattpad.com/cover/145385398-288-k660005.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Amara Zamora
RastgeleAmara Zamora. Cewek sederhana yang memiliki pesona tersendiri.Menyukai perubahan yang membuat semua orang bangga berada didekatnya. Namun, saat dia dalam mode buruk, cewek itu menjadi sangat menyebalkan. Mengalami pasang surut dalam kehidupannya. H...