Chapter 18

1.9K 102 3
                                    

" Kalau lo sayang sama dia, lo bakalan rela nunggu sampai kapanpun itu. Tapi kalau dia emang sayang sama lo, dia nggak akan biarin lo untuk nunggu " 

" Perempuan kuat itu, mampu untuk tersenyum sekalipun 'dia' yang menjadi alasannya untuk tersenyum, malah menyakiti hatinya " Falling in love with badgirl.
 

**** 

Reza dan Quinsha sama-sama menatap langit biru yang membentang luas. Hari itu, cukup cerah. Deru angin terasa dipermukaan kulit. Quinsha tersenyum simpul, saat melihat banyak burung berterbangan diatas sana.

" Gue ingin hidup seperti burung. Akan terus terbang tinggi, walaupun terkadang sayapnya luka. Akan terus berusaha, walau seringkali sayapnya patah, tapi mereka gak akan jatuh. Dan gue sadar, gue nggak sekuat burung-burung itu "  Ucap Quinsha. 

Reza yang berbaring disamping Quinsha hanya diam. Sepasang matanya, masih fokus menatap langit. 

" Tapi sekarang, gue udah seperti burung. Burung yang sisa waktunya hanya sedikit. Burung yang matanya sudah tak bisa melihat jauh, dan burung yang sayapnya sudah tak ada. Burung yang berusaha untuk bangkit, tapi nyatanya tetap terjatuh " Sambung Quinsha. 

Reza menarik panjang nafasnya, lalu membuangnya. Quinsha melirik Reza yang berbaring disampingnya, dan ternyata Reza sama sekali tak membalas tatapannya. 

" Sekarang lo maunya apa? " Tanya Reza, tanpa membalas tatapan Quinsha. 

Quinsha mengangkat kedua bahunya, lalu menggeleng. 

" Gue nggak tau. Kehilangan Albi, sama rasanya kayak kehilangan nafas. Kehilangan semangat hidup " ucap Quinsha. 

Reza tertawa kecil. 

" Sampai kapan lo mau lebay kayak gini terus? Mau sampai kapan lo mengharapkan sesuatu yang nggak bakalan mungkin untuk kembali lagi? " Tanya Reza. 

" Entah Za, harus sampai kapan "

" Lo harus berubah. Lo harus lupain Albi. Emang lo mau terus-terusan nyimpan rasa yang nggak akan terbalaskan? Emang lo mau, terus-terusan sakit cuma karena harus ngeliat Albi bahagia sama orang lain? Iya? " Tanya Reza. 

Quinsha menghela nafasnya. Ada benarnya juga ucapan Reza. Mau tidak mau, Quinsha harus secepatnya melupakan Albi. Tapi, bagaimana caranya? Tidak semudah itu. 

Reza kembali menatap langit biru. Tiba-tiba, Quinsha menyandarkan kepalanya disana. Dan Reza pun tersenyum kecil. 

" Gue butuh lo untuk buat gue bisa lupain Albi. Bantu gue, Za " Ucap Quinsha. 

" Tapi gue nggak bisa janji buat lo berhasil lupain Albi seutuhnya. Semua butuh proses. Harus pelan-pelan " Balas Reza. 

" Berapa lama pun prosesnya, cuma lo yang bisa nentuin " sahut Quinsha. 

" Kenapa harus gue? " Tanya Reza. 

" Karena cuma lo, yang bisa ngertiin keadaan gue. Cuma lo, yang bisa paham sama apa maunya hati gue " Jawab Quinsha. 

" Bersabarlah, sampai gue benar-benar bisa menghapus Albi dari hati gue " lanjut Quinsha.

" Lemah banget sih lo jadi cewek. Cowok kayak Albi aja, diperjuanginnya mati-matian " Balas Reza. 

" Karena sebelum ada lo, nggak ada satu pun laki-laki yang bisa buat gue senyum dan tertawa selain Albi. Sebelum lo datang, nggak ada satu pun laki-laki yang melindungi gue dari segala ancaman bahaya "

" Butuh waktu yang nggak sebentar untuk gue bisa bener-bener sayang sama Albi. Albi selalu bilang sama gue, nggak perlu takut sama hari esok. Karena hari esok, punya bahagia dan kesusahannya sendiri. Albi selalu bilang sama gue, hidup itu dibawa senyum aja. Karena lewat senyuman, orang bisa nilai kepribadian kita. Albi selalu tersenyum, saat gue lelah untuk tersenyum. Albi selalu ada, saat gue butuh ketenangan " ucap Quinsha. 

Falling In Love with Badgirl (Ending)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang