Chapter 16

2.3K 108 6
                                    

" Kalau lo pernah nangis karena cinta, itu artinya suatu saat nanti akan ada kebahagiaan cinta yang pasti bisa lo dapatin "

" Kalau lo pernah gagal berjuang dan mempertahankan cinta, itu artinya lo punya rasa ikhlas yang besar untuk ngelepas cinta lo "  

" Jangan pernah bangga, hanya karena lo mudah untuk berpaling dari satu hati ke hati lain. Tapi berbangga hatilah, disaat lo mampu bertahan, lo mampu berjuang, lo mampu nahan sakit, lo mampu mengalah, lo mampu berkorban, cuma demi satu hati. Satu orang. Satu kepribadian. Itu, arti setia " Falling in love with badgirl.

*** 

Hari ini, hari libur. Itu artinya, segala kegiatan di kampus pun diliburkan. 

Sudah sejak tiga jam yang lalu, matahari menampakkan wujudnya dilangit biru. Dan sudah sejak tiga jam yang lalu, jam weker yang berdering itu tak henti-hentinya berteriak untuk membangunkan sang empunya. Quinsha, gadis itu masih pulas dibalik selimut tebalnya. 

Dilantai bawah, Fara tengah menyiapkan sarapan pagi untuk Quinsha dan dirinya. Kalau dihitung, sudah berhari-hari hubungan kakak dan adik ini merenggang. Fara lelah, dan tak ingin lebih lama lagi seperti ini dengan Quinsha. 

" Nah, udah beres deh semuanya. Semoga dengan ini, Quinsha mau maafin gue " Dengan percaya dirinya, Fara melepas baju masak yang dikenakannya. 

Fara berdiri dibalik salah satu kursi makan. Bibirnya tersenyum, dan hatinya sedang berharap. 

" Ini emang nggak seberapa. Tapi seenggaknya, aku udah coba untuk perbaikin semuanya " Ucap Fara. 

Setelah cukup bangga menatapi beberapa makanan yang ada dimeja makan, Fara bergegas untuk membangunkan Quinsha. 

TOK! TOK TOK! 

Tiga kali lagi, pintu itu diketuk. Namun, tak ada balasan sama sekali dari dalam. 

" Masa iya belum bangun? " Fara bertanya pada dirinya sendiri. 

Tanpa bertanya untuk kedua kalinya, Fara langsung membuka handle pintu kamar Quinsha. Setelah terbuka, Fara melangkahkan kakinya kedalam kamar Quinsha. 

" Beneran masih tidur "

Fara mengambil posisi duduk ditepi ranjang. Fara menurunkan sedikit selimut itu, sampai wajah polos Quinsha benar-benar terlihat. Fara tersenyum kecil, ia bangga memiliki adik seperti Quinsha. 

" Maafin semua kesalahan gue, dek. Maafin hati gue, karena terlalu munafik untuk nggak mau akui semua. Maafin perasaan gue, yang terlalu ingin untuk memiliki Albi. Padahal gue tau, lo sayang banget sama Albi "

" Dari semua cerita yang pernah lo ungkapkan ke gue, gue bisa lihat, segimana senangnya berada didekat Albi. Dari tatapan mata lo, gue bisa tau, segimana besar perasaan lo buat Albi. Tapi, semua yang pernah lo rasain buat Albi, itu juga gue rasain. Perasaan kita seimbang " 

" Gue sering menangis. Menangisi hal ini. Ya, kenapa harus gue, lo, dan Albi yang terlibat? Dari sekian banyak manusia, kita bertiga yang terpilih untuk menjadi peran utama pada cerita ini. Kenapa harus Albi, satu-satunya cowok yang kita sayang? Kita ini kakak adik. Tapi, seakan-akan kita sedang berjuang, bersaing, untuk bisa dapatin Albi " 

" Sampai akhirnya gue menang, dan lo... " 

Ucapan Fara menggantung, saat kedua kelopak mata Quinsha mulai terbuka perlahan. 

Dan ternyata, Quinsha belum terbangun, dan kembali terpejam. 

" Quin, bangun. Sarapan dulu, yuk. Gue udah masakin sarapan khusus buat lo " Fara mengusap lembut pipi Quinsha, berusaha untuk membangunkan gadis itu dari tidurnya. 

Falling In Love with Badgirl (Ending)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang