Chapter 24

2.1K 91 3
                                    


" Cinta yang baik, adalah cinta yang tulus. Cinta yang bisa nerima kekalahan. Kalah untuk membiarkan yang lain menjadi pemenang atas cinta yang udah lo perjuangin mati-matian "

" Cinta itu membangun, bukan menjatuhkan " 

" Cinta itu siap mengukir senyum dibalik rasa sedihnya. Cinta itu siap membuka mata, disaat tak ada lagi keinginan untuk melihat kenyataan " Falling in love with badgirl.

**** 

Reza menghentikan motornya tepat didepan gerbang rumah Quinsha. Quinsha turun dari motornya, dan melepaskan helm yang menutupi kepalanya. Reza mematikan mesin motornya, dan turut melepas helm yang dipakainya. 

" Makasih untuk hari ini " Ucap Reza, dengan senyum yang terlukis dibibirnya yang merah. 

Quinsha cukup terhanyut oleh manisnya senyuman Reza. Jarang-jarang, seorang Reza bisa senyum semanis itu. 
Quinsha mengangguk "Sama-sama. Makasih juga untuk hari ini, Za " sahut Quinsha. 

" Maaf kalau gue sengaja antar-jemput lo pakai motor. Tadi, mood gue lagi nggak enak banget. Tapi, ya jujur setalah lo nemenin gue buat habisin malam ini, gue seakan punya mood yang baik " Ucap Reza. 

Quinsha tersenyum, lagi dan lagi Reza membuatnya tersipu. 

" Iya, sa... "

" Jangan pede dulu lo. Ini bukan berarti gue muji lo, atau ngerasa nyaman ya kalau ada didekat lo. Ini tuh, cuma sekedar ucapan terimakasih biasa aja. Nggak usah terlalu dibawa ke hati. Nggak penting juga ucapan gue barusan " Baru saja Quinsha ingin membalas 'Sama-sama' atas ucapan terimakasih Reza, Reza kembali membuatnya jengkel. 

Seperti ini lah Reza. Makhluk astral paling aneh yang pernah Tuhan ciptain. Cowok yang nggak punya pendirian sama sikap. Cowok yang nggak pernah konsisten sama perasaan. Sebentar-sebentar baik, perhatian, nyenengin. Sebentar lagi nyolot, nyebelin, nggak banget lah. Quinsha cepat-cepat menghapus senyum yang sempat ia ukir. Kalau ada kamera cctv didekatnya, mungkin Quinsha udah angkat tangan. Nyerah deh sama Reza. Soalnya, nggak jarang-jarang ucapan Reza itu nyakitin hati. Ya, kayak sekarang lah. 

" Bilang aja lo seneng ada didekat gue. Elah, gitu doang pake ngeles " sahut Quinsha.

Reza mengerutkan alisnya " Kata siapa? Pede amat "

" Kata gue, barusan. Kenapa, nggak suka?! " Tanya Quinsha. 

" Nggak suka lah. Dan satu lagi, itukan kata lo, bukan kata gue. Dan semua omongan lo, ucapan lo, kata-kata lo nggak penting buat gue " Balas Reza. 

" Mending lo balik. Nggak penting banget lo lama-lama disini " Quinsha mulai kesal. 

Reza mengangguk, lalu memakai kembali helm-nya yang berwarna hitam. Reza menghidupkan kembali mesin motornya, dan melirik ke arah Quinsha yang raut wajahnya sudah tampak kesal. 

" Gue balik " Ucap Reza, dan dalam hitungan detik sudah menancap gas dan hilang dari pandangan Quinsha. 

Quinsha mengusap lembut dadanya, pertanda ia harus lebih sabar lagi untuk menghadapi Reza. 

" Dasar makhluk astral! " 

Quinsha pun berbalik dan melangkah memasuki halaman rumahnya. Quinsha mengunci gerbang rumahnya, dan beranjak menuju pintu utama rumahnya. 

****

Sepuluh menit berlalu. Tepat sepuluh menit yang lalu, Shakila pemit sebentar untuk membeli beberapa kebutuhan untuk seminggu kedepan. 
Di ruang tengah ini, hanya tersisa Shakira dan juga Nata yang sama-sama sibuk dengan kegiatan masing-masing. Shakira sibuk menonton televisi, dan Nata sibuk memetik senar gitarnya. 

Falling In Love with Badgirl (Ending)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang