"My Last Choice for My Life"

5 1 0
                                    


Author's PoV

On The Street.

01.30 PM

Hujan. Lagi. Cuaca di Seoul memang benar-benar tidak bisa ditebak. Terkadang hari sedang cerah, tiba-tiba hujan turun dengan lebatnya tanpa memberi aba-aba. Dan yang dilakukan adalah berlari dengan cepat untuk mencari tempat berteduh. Sama seperti seorang gadis yang tengah berdiri dipinggir jalan menunggu kendaraan yang berlalu-lalang mulai berkurang dan memberinya kesempatan untuk menyebrang ke halte sebelum pakaiannya basah karena air hujan, walau nyatanya ia sedang berdiri dibawah pohon berdaun rindang yang tidak sepenuhnya membuat gadis itu terhindar dari hujan.

Tiba-tiba, seorang pria berdiri disampingnya dengan payung yang juga ikut meneduhi gadis itu. Tampan, batinnya. Tapi sayangnya ketampanan pria itu tidak membuatnya buta atau lupa akan dimana ia berpijak. Ia masih bisa merasakan gravitasi, bahkan masih dapat menyadari jika kendaraan mulai mengurang dan itu artinya ia siap untuk menyebrang. Pria itu juga mengikutinya hingga sampai di halte dan menutup payung biru dengan motif bunga-bunga berwarna putih. Ia heran, seorang pria mengenakan payung bermotif bunga? Tidakkah itu terlihat tidak normal? Biasanya kan pria tidak suka mengenakan payung dan memilih membiarkan pakaiannya basah kuyup karena hujan. Mungkin, pria yang ditemuinya kali ini berbeda.

"Terimakasih untuk payungnya," ujar gadis itu sembari mengibas-ngibaskan tangannya ke lengan bagian kanan kaus panjang warna putih yang dikenakannya dari butiran hujan. Pria itu hanya tersenyum dan menatap lurus kedepan dengan dahi yang berkerut.

"Apa ada yang aneh?" tanyanya saat melihat sekilas ekspresi pria itu, masih sibuk dengan membersihkan baju dan tasnya yang basah.

"Ah, tidak," jawab pria itu datar. Tanpa senyum sedikitpun.

"Kau ke arah mana?"

"Aku menunggu jemputan," ujar pria itu masih dengan nada yang sama. Datar.

Oh, jadi dia menunggu jemputan. Gadis itu berujar dalam hati.

"Bis nya sudah datang. Aku duluan. Ah, ya, sekali lagi terimakasih untuk payungnya." Gadis itu berpamitan dan langsung menaiki bus dengan meninggalkan pria itu yang memasang ekspresi datar namun terlihat seperti... ada sebuah keanehan saat ia bertemu gadis itu. Bagaimana bisa gadis itu terlihat biasa-biasa saja saat melihatnya?

****

Kyunghee University.

07.30 AM

'Dia tampan sekali~' 'Oh my God!' 'Aku ingin sekali menjadi kekasihnya.'. Yah, begitulah kalimat yang selalu keluar dari para mahasiswi di kampus saat pria itu berjalan dengan coolnya didepan mereka. Tak ayal jika sesibuk apapun mahasiswa yang tengah berdiri didepan loker mereka dan ketika pria itu hadir, akan ada saja waktu yang mereka buang hanya untuk menatap wajah tampan yang dirasa sudah kelewat batas itu. Contoh buruknya, para mahasiswi itu mengabaikan kehadiran dosen mereka yang secara tidak sengaja lewat bersamaan dengan pria itu. Oh, murid macam apa mereka sebenarnya?

Cho Kyuhyun. Pria tampan dengan sejuta pesona yang dapat menarik satu wanita cantik hanya dengan senyuman yang tidak ada manis-manisnya. Tentu saja, senyuman itu tidak berarti apa-apa, hanya sebuah senyum untuk menarik wanita saja. Tidak ada tulus-tulusnya. Jika saja ia tidak dilahirkan dengan wajah tampan dan memikat itu, mungkin kini hidupnya akan terasa normal-normal saja, seperti kebanyakan pria lainnya. Tapi itu juga bukan salahnya. Tuhan memang sangat baik dan memberinya wajah setampan malaikat juga semengerikan setan.

Pria sejuta wanita, begitu julukannya. Kata apalagi yang tepat untuk kelakuannya yang sering berganti-ganti wanita itu? Sebut sajalah Playboy. Dan kasihanlah mereka yang masih saja terpesona meskipun imej pria itu terbilang... buruk. Bahkan, ada seorang gadis yang sangat terobsesi untuk memilikinya dan membuat gadis itu melakukan operasi plastik hanya untuk didekati oleh Cho Kyuhyun. Dan yah, gadis itu beruntung, obsesinya terwujud meski hanya menjadi kekasih Kyuhyun selama dua hari.

Kumpulan FF One ShootTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang