Princess Hours Fanfiction Part 3

754 40 4
                                    

Sudah dua hari penuh Chae-kyeong tidak berselera makan. Dia terbaring di atas tempat tidurnya seperti nenek-nenek tua yang sedang menunggu ajalnya tiba. Menurut Chae-kyeong apa yang sedang dilakukannya tidaklah berbeda dengan menunggu ajal. Dia tidak punya semangat lagi untuk bangun dan bicara. Walau sesekali Wang Hoo mama (Ibu Shin) datang untuk menengok keadaannya yang semakin lama memburuk, Chae-kyeong tetap tidak mengijinkan siapapun menyentuhnya saat ini.

Para dayang bersihkeras ingin masuk, tapi berulang kali Chae-kyeong berteriak dan mengusir mereka dengan melempar barang ke pintu. Chae-kyeong benar-benar sedang kacau. Dia nyaris gila.

"Shin akan membayar semuanya," katanya di dalam hati.

Chae-kyeong sering tidur. Dia jadi semakin giat untuk tidur dan membenamkan semua kekacauan dan isi hatinya. Kadang-kadang dia suka menangis di dalam tidurnya.

Hari ini harusnya Shin pulang ke Korea. Dia berencana membeberkan semua gosip buruk yang beredar belakangan ini kepada Chae-kyeong. Tapi rencananya gagal setelah mendapat telepon pribadi dari Putri Hye-myung, kakaknya. Shin kaget. Dia benar-benar tidak menduga Chae-kyeong akan mengalami kondisi buruk seperti ini. Dia memutuskan untuk pulang lebih pagi dan sampai di Korea pada siang harinya.

Sekarang sudah siang, dan Chae-kyeong sedang duduk di atas tempat tidur sambil memegang ponselnya. Dia ingin bicara. Dia ingin mengatakan sesuatu kepada orang lain. Dia letih dan ingin semuanya cepat berakhir. Jadi dia memutuskan untuk menelepon Lee Kang-hyun, teman SMA-nya yang paling bijaksana.

"Yoboseyo," sapa Kang-hyun.

"Yoboseyo. Apa kau sedang sibuk?" Chae-kyeong tidak mengeluarkan semangat seperti biasanya.

"Ada apa, Chae-kyeong? Kau bukan Shin Chae-kyeong, ya?"

"Aku harus bagaimana?" Chae-kyeong memulai kesedihannya. "Aku tahu kamu pasti ngerti apa yang aku maksud. Jangan coba sembunyiin apapun sama aku. Kamu bukan orang yang sama kayak orang-orang kerajaan, bukan begitu?"

"Aku lagi di dalam bus. Kita bisik-bisik saja, ya? Aku takut orang-orang di sampingku menguping."

"Lee Kang-hyun. Aku mau kamu serius dan engga nyembunyiin apapun. Aku capek dibuat begini terus sama Shin. Dia pikir aku ini barang yang bisa ditukar—atau mungkin dia memang mau menukar aku dengan Hyo-rin?" Chae-kyeong mengelap hidungnya dengan tisue dan kembali bicara, "Setelah lulus sekolah Shin jadi semakin perhatian, tapi apa benar dia tidak bisa melupakan Min Hyo-rin? Secepat inikah kisah cinta Shin Chae-kyeong akan berakhir?"

"Bukankah Shin akan segera pulang? Kau harus menanyakannya setelah dia pulang. Kurasa satu-satunya cara terbaik adalah bicara dengan suamimu itu.

"Lee Kang-hyun, kau tidak sedang bercanda? Kan seharusnya aku tertawa mendengar kata-katamu barusan, tapi kenapa aku setuju—Ah, sudahlah. Aku sudah lelah bicara. Kuputus ya."

Chae-kyeong melempar ponselnya ke atas tempat tidur. Dia tidak sedang bermimpi, kan? Dia sendiri bingung sebenarnya semua ini hanya mimpi atau kenyataan?

Chae-kyeong mengambil boneka Shin dan melemparnya menubruk sofa. Bahkan kalau dia bisa, dia ingin melempar Shin yang sesungguhnya. Kapan Shin akan pulang? Kapan Chae-kyeong harus bersiap menendang pria itu? Kapan waktu yang tepat?

"Pi Koon Mama, Putera Mahkota datang berkunjung," kata salah seorang pelayan.

Chae-kyeong terlonjak kaget. Dengan otomatis dia berdiri dan menemukan Shin sedang menatapinya lekat-lekat. Chae-kyeong berusaha membuang mukanya, tapi pria itu telah menariknya mendekat dan kemudian memeluknya erat.

"Percayalah padaku, bahwa aku tidak akan berbuat jahat padamu. Percayalah padaku, bahwa aku tidak pernah melakukan hal buruk di belakangmu. Percayalah padaku, bahwa aku tidak bisa hidup tanpamu, Shin Chae-Kyeong. Percayalah padaku, bahwa aku tidak pernah menyukai gadis lain. Percayalah padaku—bahwa aku mencintaimu," kata Shin, semakin mempererat pelukannya.

Princess Hours FanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang