Part 18

281 17 11
                                    

"Van." panggil seseorang yang tak lain adalah Kara.
Vania menengok untuk melihat siapa yang memanggilnya.
"Van jangan nangis," pinta Kara karena tidak tega dengan Vania, namun Vania tetap diam.
"Van jangan lo tangisi dia yang udah nyakitin lo, gue gak terima sahabat gue dibikin nangis." ucap Kara dengan emosi. Sebenarnya diantara ketiganya yang paling emosian adalah Kara, dia paling tidak suka  jika ada sahabatnya menangis. Kara beranjak dari duduknya.
"Gue gak terima Van, gue mau kasih pelajaran sama Arga!" tegas Kara.
Vania kaget dengan ucapan Kara, dia mulai mengejar Kara yang sudah jauh karena Kara berlari.
"Kara jangan!" teriak Vania, tapi percuma saja Kara tidak akan menurutinya.

Kara tiba di rumah Arga dengan napas ngos-ngosan. Dia berjalan menuju kamar Arga. Ari dan Ghea kaget dengan kedatangan Kara yang seperti akan mengamuk.

"Kar lo kenapa?" tanya Ghea bingung. Kara tidak menjawab melainkan naik ke kamar Arga yang dilantai dua. Setibanya disana, Kara menggedor dan mencoba membuka pintu kamar Arga. Abi tersentak kaget karena gedoran tersebut.
"Arga buka woy!" titah Kara yang masih menggedor gedor pintu. Abi bingung ingin membukanya atau tidak, pasalnya sekarang Arga masih pingsan dan dia juga penasaran kenapa Kara bisa seemosi itu. Akhirnya Abi memilih untuk membuka pintu, disitu sudah terlihat Kara dengan wajah merah padam dan dibelakangnya ada Ari dan Ghea.

"Dimana Arga?" tanya Kara, namun Abi masih diam mematung. Melihat Abi yang enggan menjawab membuat emosi Sarah bertambah. Akhirnya dia nekat nyelonong masuk karena Abi masih diam tak berkutik. Setelah menyadari Kara akan membentak Arga, Abi segera menahannya tapi apa boleh buat dia sudah masuk kamar Arga.

"Heh bangun lo, lo enak enakan tidur seolah gak bersalah. Di taman Vania nangis gara gara lo." ucap Kara menggebu gebu. Namun Arga masih diam tak berkutik, itu membuat Kara semakin marah.
"Arga kok lo diem aja? Bangun lo!" Kara menggoyang goyangkan tubuh Arga. Abi yang melihat itu segera menghentikannya.

"Lo apa apaan sih Kar?" Abi sudah tidak dapat menahan emosinya lagi.
"Kenapa? mau belain pengecut ini?" ucap Kara tak kalah emosi. Ari dan Ghea hanya bisa diam karena tak tahu harus berbuat apa.
"Kara cukup!" seru Vania diambang pintu, semua mata tertuju padanya. Vania mendekati Kara.
"Udah Kar." pinta Vania.
"Gak gue gak terima sahabat gue nangis kayak tadi, heh bangun lo pengecut!" teriak Kara disamping Arga.
"Kara cukup! Arga gak bakal bangun, dia... hmm dia pingsan" ucapan Abi membuat semuanya menatap Arga.
"Lo gak bohong kan?" tanya Ari sedikit terkejut.
"Ngapain gue bohong? perlu kalian semua tahu ka--" ucapan Abi terhenti karena erangan Arga.

Arga menatap sekelilingnya dengan pandangan bingung karena semua mata tertuju padanya.
Arga berusaha bangkit dari tidurnya dibantu dengan Abi.
"Arga lo gak papa?" tanya Abi.  Sedangkan Arga mengernyitkan dahinya karena rasa pusingnya masih belum hilang.
"Lo kenapa?" tanya Arga bingung melihat semua temannya berada di kamarnya.
"Lo yang kenapa? Lo udah buat Vania nangis tahu gak? Lo punya hati gak sih?" pertanyaan Kara membuatnya terkejut. Sebegitu kasarkah dia? Atau memang Vania saja yang lebay? Atau Sarah yang melebih lebihkan? ahh rasanya pusing sekali.

Azka memegang kepalanya karena rasa pusing yang kembali. Abi yang melihat itupun langsung memberinya obat serta air putih.
"Lo minum dulu obatnya biar gak terlalu sakit" tukas Abi.
Arga meminum obatnya dibantu Abi, sedangkan teman temannya hanya diam memerhatikan.
"Kenapa kalian balik lagi? Bukannya tadi udah pergi?" tanya Arga tanpa menatap mereka.
"Ihh lo tuh ya bikin gue kesel tahu gak. Lo tuh udah bikin Vania nangis dan dengan mudahnya lo mau ngusir kita lagi." geram Kara. Dia tidak habis pikir dengan Arga yang kelewat cuek.

Sebenarnya Arga hanya tidak ingin terlihat lemah didepan teman temannya. Dia bersikap seperti itu hanya untuk mengelabuhi teman temannya bahwa dia tidak apa-apa.
"Apa urusannya sama lo?" tanya Arga santai. Kara yang diperlakukan seperti itu semakin naik darah dengan kelakuan Arga.
"Lo tuh bener bener ya." Kara sangat gemas dengan tingkah Arga yang terbilang sangat cuek.
"Lo kenapa sih Ga? Lo kok jadi kasar gini sih? Lo tuh kalau ada masalah cerita sama kita." ucap Ari yang sudah muak dengan tingkah Arga.

Mereka semua memandang Arga dengan tidak percaya kecuali Abi pastinya. Wajah Arga sudah merah padam menahan emosi. Dia sudah menahannya daritadi agar tidak meluapkan emosinya kepada teman temannya.
Abi sadar jika Arga sudah mulai marah. Dia berinisiatif untuk mencairkan suasana.

"Eh guys gue ambil minum dulu ya" ucap Abi lalu berlalu pergi meninggalkan mereka.
"Lo kenapa? Salah gue apa sama lo? Maafin gue yang punya salah sama lo?" ucap Vania sambil terisak menahan tangis.

Lo gak punya salah Van, gue yang salah. Gue gak mau kalian semua tahu kelemahan gue. batin Arga berteriak.

Tiba-tiba kepala Arga berdenyut sakit lagi. Dia merasa bahwa dunianya berputar putar. Dia memegangi kepalanya, menjambak rambutnya guna meredakan rasa sakitnya tapi  malah membuatnya kesakitan. Teman temannya panik melihat Arga seperti itu.

"Arga lo kenapa?" ucap Ari panik. Dia tidak tega melihat sepupunya seperti itu padahal tadi dia juga memarahi Arga dan membentaknya. "Pergi!" ucap Arga. Dia tidak ingin disentuh siapapun tak terkecuali sahabatnya sendiri. Dia hanya butuh sendiri saat ini.
"Tap-" ucapan Ari berhenti karena lagi lagi Arga menyuruhnya pergi dengan menyentak tangannya.

Vania terkejut dengan perilaku Arga, dia tidak tahu harus berbuat apa. Dia tidak tega melihat Arga kesakitan seperti itu.

Brukk

Mereka semua terkejut dengan apa yang dilakukan Vania. Dia berlari kearah Arga dan memeluknya dengan erat. Dia tidak peduli dengan perkataan Arga. Vania mencoba menghentikan tangan Arga yang menjambak rambunya sendiri.

Arga pun sama terkejutnya, dia tidak menyangka Vania bisa senekat ini. Tapi ketika dia sadar dia ingin menjambak rambutnya lagi tapi terhentikan oleh tangan Vania.

"Please stop! Jangan sakiti diri lo, genggam tangan gue." ucap Vania.

Arga menurut, dia menggenggam tangan Vania sangat erat. Sedangkan Vania meringis ketika merasakan genggaman Arga yang begitu kuat. Dia yakin tangannya akan membiru setelah ini.

'Gue cuma mau lo gak sendirian untuk merasakan sakit ini Ga' batin Vania.

Hening.

Tidak ada yang ingin bicara.
Semuanya diam membisu.
Mereka tidak tahu ingin memulai dari mana.

Arga menatap Vania begitu dalam, begitupun sebaliknya. Mereka terhanyut oleh pandangan itu. Genggaman mereka pun tak ingin terlepas. Tatapan itu terhenti karena Arga sudah lebih dulu memutusnya. Dia sekarang sudah lebih baik dan butuh waktu sendiri. Dia melepas genggaman itu dengan berhati hati. Setelah genggaman itu lepas, dia bisa melihat betapa kuat cengkramannya ditangan Vania dan seketika rasa bersalah muncul. Vania memandang tangannya ngeri tapi sebisa mungkin dia terlihat biasa saja.

Abi muncul sembari membawa mangkok berisi bubur untuk makan Arga. Dia heran kenapa semua temannya diam dan dia terkejut melihat Vania sudah duduk diranjang Arga. Abi menghampiri Arga dan Vania, dia memberikan semangkuk bubur itu ke Vania sedangkan Vania heran kenapa dia yang dikasih bubur kan yang sakit Arga. Mengerti akan keheranan Vania, Abi pun langsung menoleh ke Arga pertanda untuk menyuapi Arga. 

"Ga lo makan dulu biar Vania yang suapin, gue sama anak anak mau makan juga dibawah" ucap Abi lalu melenggang pergi membawa teman temannya kebawah untuk makan.

Awalnya Kara menolak tapi ketika dibujuk berkali kali oleh Abi akhirnya dia menurut. Setelah kepergian teman temannya Arga dan Vania masih sama sama bungkam. 
Arga mengambil bubur ditangan Vania. Dan memakannya sedikit sedikit karena dia merasa mual ketika melihatnya saja.

"Sini biar gue suapin." tukas Vania dengan mengambil alih bubur ditangan Arga.
"Gak usah tangan lo sakit." ucap Arga dan dia menyodorkan buburnya kedepan Vania. Vania hanya bisa diam kenapa Arga malah menyuapinya.
"Makan! gue gak mau lo sakit." ucapan Arga sukses membuat dia terkejut tapi dia langsung tersadar. Vania membuka mulutnya untuk menerima suapan dari Arga dia juga sesekali menyuapi Arga. Mereka makan dengan nikmat.

'Makasih Van'

Pendek? iya banget 😂😂
Maaf ya udah lama gak update lagi sibuk sama sekolah nih.
Siapa nih yang masih nungguin Arga-Vania?

Semoga feelnya dapet ya:v
See you guys jangan lupa vote sama comment ya.

MencintaimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang