Part 20

5 0 0
                                    

Apapun yang terjadi.
Semuanya sudah tak lagi sama.

***

Pukul tujuh malam Kara dan Ghea pamit untuk pulang Dengan diantar oleh Abi. Mereka harus segera pulang karena sudah berjanji dengan kedua orangtuanya hanya menginap satu malam saja.

Arga masih setia dengan lamunannya di balkon kamarnya dengan gitar diperlukannya. Ari yang melihatnya pun merasa tak tega.

"Ga waktunya makan," ajaknya.

Namun tidak digubris sama sekali oleh Arga.

"Ga lo harus makan, ini udah malem dan lo cuma makan tadi pagi aja."

Ari masih setia membujuk Arga agar ikut bersamanya. Bukannya beranjak Arga makin mengeratkan pelukannya pada gitarnya.

"Lo gak lupa kan kalau punya maag, gak usah kayak anak kecil deh. Ribet banget sih!" ketus Ari.

"Gue emang ribet, kenapa? Mendingan lo pergi!" ucap Arga dengan nada dinginnya. Dirinya sedang tidak ingin diganggu oleh siapapun.

"Lo kok ngusir sih, gue sama yang lain tuh udah capek capek jagain lo,"

"Gak guna banget sih!" ketus Ari. Sedangkan Arga, wajahnya sudah pucat pasi mendengarkan ucapan Ari.

Gue gak berguna, gue ngerepotin.

Kalimat itu terus saja terngiang-ngiang di kepalanya. Dia membenarkan ucapan Ari atas dirinya. Ari yang menyadari perubahan dari Arga pun seketika langsung diam. Dia sadar dia sudah keterlaluan.

"Ka maksud gu-"

"Gue gak berguna, gue ngerepotin. Haha gue gak berguna, gue ngerepotin." Arga terus saja berkata seperti itu sehingga Ari pun bingung ingin berkata apa lagi. Sebelum Ari mendekatinya, Arga sudah terlebih dahulu beranjak dari duduknya pergi dengan tongkatnya. Dia menghampiri Ari.

"Pergi." ucapnya sambil menatap tajam manik mata Ari.

"Ka gue gak maksud bilang gitu, gu-"

"Pergi." lagi-lagi ucapan Ari dipotong oleh Arga. Ketika dia ingin berucap lagi, Arga sudah melenggang pergi ke kamar mandi. Ari bingung apa yang harus dia lakukan, dia segera menelpon Abi untuk segera pulang.

Sudah sepuluh menit berlalu tapi tidak ada tanda-tanda Arga akan keluar. Abi datang tergopoh-gopoh karena khawatir dengan apa yang terjadi.

Baru saja Abi masuk, pintu kamar mandi terbuka menampilkan Arga dengan wajah super dinginnya. Ari langsung mendekatinya hendak membantu pria itu berjalan tapi yang ada tangannya ditepis kasar oleh Arga. Abi mencoba mengerti apa yang terjadi tapi saat ini otaknya tidak bisa diajak kompromi.

"Kalian pulang." ucap Arga dengan suara pelan.

"Gak, kita mau nemenin lo," ucap Ari.

"Gue mau istirahat, kalian lebih baik pulang,"

"Gak ada penolakan." Arga mengucapkan kata tersebut sama sekali tidak menoleh, dia sudah berbaring di kasurnya dengan memunggungi teman-temannya.

Ari menghela nafas beratnya. Begitu sulit untuk membujuk Arga jika dia sedang marah seperti ini. Abi yang mengerti situasi pun mengiyakan kata-kata Arga walaupun dia sudah ditatap tajam oleh Ari yang tidak setuju akan tindakannya. Namun Ari juga tidak bisa berbuat apa-apa.

Setelah Ari dan Abi pulang, kedua orang tua Arga baru saja tiba dari perjalanan bisnisnya. Arga turun karena hendak makan, ternyata sudah ada kedua orangtuanya diruang tamu dengan keadaan saling menyalahkan. Arga bangkit dari kasurnya dan bergegas turun kelantai satu. Setelah menapaki anak tangga terakhir, dia bergegas menghampiri kedua orangtuanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 09, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MencintaimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang