Pria dengan surai hijau tosca berjalan santai mendekati sebuah komputer yang menggunakan 3 monitor. Sebuah keyboard, atau lebih tepatnya virtual keyboard muncul di depannya yang sedang duduk di depan komputer tersebut.
Leonardo Saputra, itulah sosok yang kini duduk di depan komputer. Dia adalah pria berusia 24 tahun yang hanyalah lulusan SMA, tapi dengan kemampuan otaknya yang melampaui kata jenius dia telah berhasil melampaui orang-orang diluar sana yang sudah menyandang gelar S3. Ilmu Komputer, Sains, Bahasa, Matimatika, Mesin, Management, dan masih banyak lagi kejuaraan yang dia ikuti dan mengalahkan pemegang gelar S3, disamping itu bahkan dia menguasai ilmu Politik.
Monitor perlahan menyala dan menampilkan program menggunakan bahasa pemrograman yang mungkin orang lain tidak akan memahaminya, bahkan untuk seorang IT sekalipun, karena bahasa pemrograman tersebut adalah buatannya sendiri. Sulit untuk orang lain, tapi mudah untuknya, itulah yang dia terapkan disetiap mahakarya ciptaannya.
Kenapa dia melakukan itu? Alasannya cukup mudah, supaya tidak menjadi bumerang untuknya. Leo bukanlah orang bodoh, terlebih lagi sudah banyak contoh diluar sana 'Oranglain dapat lebih mahir menggunakannya dibandingkan dengan penemu.' contoh seperti itu sudah sangat banyak, maka dari itu Leo lebih memilih menyimpan untuknya dibandingkan menjadi bumerang baginya.
Jari-jari tangannya perlahan mengetikan sesuatu di virtual keyboard. Kecepatan jari-jari tangannya perlahan meningkat dan terus meningkat hingga kecepatan jari-jari tangannya melampaui kata normal.
20 menit Leo mengetik tanpa henti dengan kecepatan abnormal, dan akhirnya harus dia akhiri dengan menekan tombol enter. Monitor yang sedang menjalankan bahasa pemrograman itu kini menampilkan sebuah instalasi di bawah hasil coding yang dia ketik tadi selama 20 menit tanpa henti.
Leo memundurkan bangkunya, melihat instalasi berjalan cukup lambat, Leo berdiri dari bangkunya dan berjalan kearah freezer yang masih berada satu ruangan dengan komputernya.
Meminum minuman kaleng yang dia ambil, Leo melirik sesaat monitor yang menampilkan instalasi baru berjalan 23%. "Huh..." Leo menghela nafas panjang.
Ting!!!
Leo mengalihkan pandangannya kearah lain, lebih tepatnya kearah suara bel rumah berbunyi. "Ya." Leo meletakkan kaleng minumannya, dan berjalan kearah asal suara. "Siapa?" Dia membuka pintu.
"Yo!" Pria bersurai blonde dengan mata emerald menatap santai Leo.
"Huh... Ternyata kau." Leo menatap tenang lawan bicaranya. "Lebih baik kau masuk, aku tak mau harus menghabiskan waktuku dengan berdiri di depan pintu." Lanjut yang segera kembali ke dalam diikuti oleh tamu-nya dari belakang. Leo berhenti sesaat. "Tolong tutup pintunya!" Ujarnya santai.
----------xxx----------
Leo membuka lemari es dan melemparkan sekaleng kopi yang dia ambil untuk tamunya dan ditangkap dengan mudah. "Jadi, kau sudah menyelesaikan perjalananmu?" Tanya Leo membuka pembicaraan.
Tamu Leo membuka minuman kalengnya. "Bisa dikatakan seperti itu." Merogoh saku celananya dia melemparkan sebuah kristal berwarna merah marun pada Leo. "Aku menemukan apa yang kau minta." Ujarnya yang segera meminum minuman kalengnya.
Leo menangkap kristalnya. "Kau tau, ini adalah harta karun milik panglima besar pada Zaman Dinasty?" Tanya Leo.
"Tidak. Tapi aku tau itu benda yang sangat berharga, mengingat aku menemukannya ditempat yang mewah, ditambah dijaga oleh 5 prajurit, walaupun masih kelas bawah."
"Kau mencuri ini dari orang kaya?" Tanya Leo menatap lawan bicaranya.
"Hmm, bisa dikatakan seperti itu. Dan karena kau yang meminta aku yakin kristal itu sebuah benda berharga."

KAMU SEDANG MEMBACA
Playmaker
FantasyIblis? Malaikat? Malaikat Jatuh? Dewa? Yōkai? Siapa yang mengatakan mereka tidak ada? Mereka adalah ekstensi nyata bahkan Naga, Titan, Zombie, Vampir dan yang sebagainya adalah ekstensi nyata di Dunia yang luas ini. Leonardo Saputra hanyalah seorang...