Dimensi (2 - END)

70 16 0
                                    

#JJK

Jungkook, aku akan ingat aroma tubuhmu dan irama detak jantungmu!

---------------

Jungkook dan aku duduk di sebuah bangku besi panjang di bawah pohon besar. Di depan kami terhampar danau luas dan bangunan sekolah yang menjulang tinggi. Bangunan sekolah dan asrama berada di seberang danau, tapi terlihat cukup dekat dari sini.

Angin siang hari membelai lembut kulitku, angin juga yang menghantarkan aroma tubuh Jungkook ke indera penciumanku. Aku tidak menyadari aroma ini sejak tadi malam, hanya sekilas aku membaunya. Namun detik ini benar-benar terasa, aroma tubuh Jungkook sangat kuat.

"Katakan padaku kelak kalau kau sudah percaya pada takdir, aku akan menantikannya!" katanya sambil tersenyum tanpa menoleh padaku. Matanya menatap bangunan sekolah. Sebentar aku melihat wajahnya dari samping, satu hal lagi yang aku sadari selain senyum menggemaskannya dan aroma tubuhnya yang menggoda. Jungkook sangat, sangat, sangat tampan.

Sebelum meninggalkan sisi danau ini, aku sempat mengambil foto Jungkook yang membelakangiku dengan kamera ponselku. Punggungnya tegap dan bidang. Itu menggodakku untuk berlari ke arahnya dan memeluknya dari belakang. Mendadak aku mulai membayangkan perasaan nyaman jika bisa bersandar di punggungnya.

"Jungkook, nyanyikan aku sebuah lagu!" pintaku di sela-sela kesibukanku menggapai capung yang berterbangan di atas perahu, saat perjalanan kami kembali ke sisi lain danau.

Jungkook berhenti mendayung, ia menatapku. "Haruskah?" tanyanya ragu-ragu.

Aku mengangguk semangat. Jungkook menggaruk kepalanya, resah. Detik berikutnya aku mendengar suara Jungkook mengalun lembut. Bisa aku katakan ini pertama kalinya aku mendengarkan seseorang bernyanyi langsung di depanku.

Suara Jungkook lembut, indah, dan mengalir begitu saja. Setiap kata yang keluar dari mulutnya begitu teratur tapi menghanyutkan. Helaan nafasnya di sela-sela nyanyiannya membuat bulu kudukku berdiri. Ada sesuatu di suaranya yang terlalu indah untuk bisa aku deskripsikan. Seolah nyanyian Jungkook membawaku pergi ke dimensi lain, aku melupakan apapun yang saat ini tengah aku kerjakan. Hanya suaranya dan desahan nafas kecilnya yang terdengar di seluruh kepalaku.

"Cel?" aku merasakan kedua bahuku terguncang pelan oleh tangan Jungkook. Aku membuka kedua mataku. Dia sudah berhenti bernyanyi, kini duduk tepat di hadapanku. Sorot matanya mengatakan kekhawatiran.

"Kau kenapa? Sakit?" tanyanya cepat.

Aku tersenyum masam dan menggeleng. Ah, kenapa sudah selesai menyanyinya? Gerutuku dalam hati.

"Suaramu... seperti malaikat!" kataku kemudian. Senyum berbentuk bulan sabit terpasang di wajahnya.

"Tidak, kau berlebihan!" katanya pelan. Hanya sebatas kalimat itu yang bisa aku dengarkan selanjutnya dari Jungkook.

Pantulan sinar matahari senja dari permukaan danau lebih menyilaukan dari pada pagi hari tadi. Tapi ketika sinar jingga itu menyentuh wajah Jungkook, gambaran indah dari senja yang sempurna ada di depan mataku.

Aku menikmati goyangan lembut gelombang air danau yang mengenai perahu kecil ini. Lebih tepatnya aku menikmati pemandangan di depanku. Jungkook bercerita panjang lebar, tentang hal yang aku tidak bisa dengarkan sama sekali saat ini. Aku terlalu rakus menikmati wajah Jungkook.

"Bagaimana denganmu, Cel?" pertanyaan itu sampai di telingaku. Aku menggeleng kecil menyadarkan diri sendiri.

"Apanya?" tanyaku bodoh. Iya, aku pasti terlihat bodoh di depannya saat ini.

Sweeter Than Sweet (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang