Serendipity (2)

48 13 0
                                    


#KNJ

"..., bisa kau ulangi?" nada bicaraku terdengar bodoh. Apa dia sengaja melucu di depanku?

"Aku suamimu, kita sudah menikah hampir setahun yang lalu." Ulangnya serius.

"Ahjussi, aku tidak gila untuk menikahi pria yang jauh lebih tua dariku!" nada bicaraku sedikit meninggi. Walaupun lelaki di depanku ini luar biasa menawan, tapi aku yakin dia pasti lebih tua dariku, seorang mahasiswi 19 tahun.

"Ahjussi? Hei, Kim Seon Ha, usia kita tidak berbeda jauh!" dia terlihat putus asa meyakinkanku.

"Kau tahu namaku? Ya Tuhan, kau ini siapa sebenarnya?"

"Tentu saja aku tahu namamu, kau bercanda?"

Baru saja aku akan membalas perkatannya, tiba-tiba bel rumah berdering.

"Itu pasti orangtuamu. Dengar, kita sudahi permainan konyol ini. Jangan membuat orang tuamu khawatir, Sayang!" katanya lembut. Tangan besarnya meraih pergelangan tanganku pelan, menggandengku ke pintu depan. Dengan bodoh aku menuruti apa yang dia ucapkan. Aku berpikir bahwa ini adalah kesempatan bagus buatku, orang tuaku pasti akan menolongku dari ahjussi ini.

"Eomma!" seruku saat melihat sosok wanita yang aku kenal berdiri di depan pintu. Aku berhambur memeluk ibuku erat. Selama beberapa bulan ini aku juga belum sempat pulang ke rumah orang tuaku karena tugas akhirku tidak memungkinkan itu.

"Kau sudah sehat? Ah, Eomma benar-benar khawatir saat suamimu menelpon semalam!" kata ibuku di sela-sela pelukan kami.

"Suami?" baiklah, ini tidak berjalan sesuai dugaanku. Aku melepas pelukanku dan menatap ibuku lekat. Ibuku terlihat bingung dengan pertanyaanku.

Tiba-tiba aku merasakan tangan besar melingkar di pinggangku erat. Astaga, aku tidak bisa bernafas, aku tahu tangan itu milik Kim Namjoon, pria yang mengaku suamiku. Aku menoleh padanya, dia tersenyum sangat manis.

"Maaf, Eommo-nim, sepertinya Seonha masih belum terlalu sehat, jadi kata-katanya sedikit melantur. Silahkan masuk dulu, Eommo-nim, Abo-nim!" telapak tangan Namjoon tepat berada di depan perutku sebelah kiri sedangkan tangan kanannya mengelus lengan kananku lembut. Gerakannya menyiratkan kekhawatiran sekaligus isyarat buatku untuk tutup mulut.

Orangtuaku tersenyum senang mendengar penjelasan Namjoon. Bahkan ayahku menepuk pelan bahu Namjoon. Tidak bisa ku percaya, ayahku yang tidak pernah senang dengan teman laki-lakiku manapun, kini tersenyum sangat lebar pada Namjoon?

"Tidak perlu, Eomma dan Appa hanya mampir sebentar melihat keadaan kalian. Kita harus segera pergi ke acara pernikahan teman Eomma." Kata ibuku. Tanpa aku sadari, mulutku cemberut mendengarnya. Aku memang belum mengerti situasi yang aku hadapi sekarang, tapi aku tetap merindukan kedua orangtuaku.

Ibuku maju memelukku. Namjoon melepaskan tangannya dariku. Dalam pelukan hangat ibu, beliau membisikkan sesuatu yang hanya bisa kudengar.

"Seonha-ya, Ibu tahu kau khawatir karena pernikahanmu yang sudah setahun ini belum memiliki keturunan, ..."

"Keturunan? Anak?" aku masih kaget, ibuku kini sudah bicara tentang anak.

Ibuku mengangguk pelan. Aku bisa merasakan beliau saat ini tersenyum kecil. "Benar, jangan pikirkan apa kata orang. Kalau kau belum memiliki keturunan sekarang, berarti Tuhan belum bisa menitipkannya pada kalian. Nikmati saja masa-masa berdua kalian setelah menikah ini. Eomma tidak mau kamu terlalu memikirkan ini sampai kau sakit seperti sekarang!" ibuku melepas pelukannya dan tersenyum hangat sambil mengelus lenganku.

Sweeter Than Sweet (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang