Part 5

3.8K 228 3
                                    

Happy Reading ^^
Vote n comment sangat membantu buat author..
Thank u

-

“Kenapa elo bilang gue kekasih elo?? Ha? Lo udah gila?!” Teriak Caca.

“Terus gue harus bilang apa, sayang? Apa seharusnya gue bilang ‘pa ini cewek yang kemarin nyiram aku di depan umum’ , iya seperti itu kalimat yang benar? “ Kata Sean cuek.

“Ya.. ya enggak gitu juga kali... Paling enggak, ehmm.. Elo bisa bilang gue temen elo.” Caca mencari akal.

“Tapi gue enggak mau jadi temen elo.”

“Ish, elo pikir gue juga mau jadi temen elo? Ogah gue temenan sama bocah kayak elo!”

“Barusan elo yang minta gue nyebut elo sebagai temen. Jadi yang bener gimana?” Sean memajukan badannya semakin mendekati Caca. Sedangkan Caca sudah tidak bisa berkutik lagi, badan Caca sudah menabrak pintu di sebelahnya dan dia sudah tidak bisa kemana-mana lagi.

Setelah mereka makan siang bersama tadi, Caca bergegas menarik tangan Sean setelah Arnold dan William sudah meninggalkan mereka berdua. Caca mencari-cari tempat untuk berbicara berdua dengan Sean, sayangnya gadis itu tidak menemukan tempat yang pas. Dirinya belum memiliki ruangan kerja pribadi, sehingga dia tidak mungkin membawa Sean ke ruangan tempat bekerja yang masih bergabung dengan dokter lainnya. Hingga akhrinya Sean menariknya menuju ke dalam mobil milik Sean. Bahkan Sean mengunci mobil itu ketika mereka sudah berada di dalam.

“Gue enggak mau jadi temen elo..” Bisik Sean, Caca memanas dengan kedekatan mereka.

“Tapi gue maunya, jadi kekasih tante..” Tambah Sean di telinga Caca. Caca mendorong tubuh Sean kembali ke kursinya. Sedangkan Sean tertawa terbahak-bahak.

“Lo! Dasar bocah kurang ajar!” Teriak Caca, bagaimana bisa cowok ini mempermainkannya dan menyebutnya ‘tante’!

Caca merengut kesal. Setelah puas tertawa Sean kembali menatap Caca.

“Sekarang kita udah ketemu, jadi elo mau bilang apa sama gue?” Kata Sean sambil menghapus air di sudut matanya karena terlalu banyak tertawa.

“Elo.. Lo baca sms gue tapi elo enggak balas?” Tanya Caca, Sean mengangguk mantap.

“Bocah tengik! Udah! Buka pintunya, gue udah malas bahasnya.” Jawab Caca kesal.

Bagaimana bisa Sean sengaja tidak membalas pesannya, semalaman ia menanti balasan dari cowok itu tapi ternyata cowok itu malah mempermainkannya.

“Duh, jangan marah-marah terus deh Ca. Entar cepet tua lo.”

“Ca? Gue lebih besar dari elo, seharusnya elo manggil gue kakak!”

“Mending tante aja, gimana? Lebih enak kedengerannya. Lebih sexy nyebut elo dengan sebutan tante..” Kata Sean sensual. Caca malah merinding mendengarnya.

‘Bocah mesum!’ Batin Caca.

“Udah, bukain pintunya. Gue mau balik kerja!” Caca mengalihkan pembicaraan.

Ok.” Sean membuka kunci pintunya tanpa perlawanan apapun.

Dengan cepat Caca membuka pintu di sampingnya, sebelum Caca beranjak keluar Sean menarik tangan Caca dengan cepat. Caca menoleh dan merasakan sesuatu yang basah menempel pada bibirnya. Caca membelakkan kedua matanya, Sean menciumnya!!

“Selamat bekerja, pacar.” Kata Sean setelah mencium Caca.

“Brengsek!” Ucap Caca sebelum keluar dari dalam mobil Sean.

***

“Elo kenapa usil sama Caca, ha?” Tanya Arnold.
“Habis dia lucu kak.” Jawab Sean sambil memamerkan senyuman khasnya.
“Ck, tapi elo bilang kemana-mana kalau kalian pacaran. Caca sampai malu setengah mati hari ini karena kelakuan nakal elo.” Arnold geleng-geleng kepala atas perbuatan Sean hari ini. Setelah kejadian seminggu lalu, Sean memang sering datang ke rumah sakit dan tak jarang Sean menghampiri Caca dan menggodanya di depan rekan kerja Caca yang lainnya.
Hari ini Sean berakting sebagai pasangan kekasih yang sedang berantem, Sean membawa sebuket bunga dan meminta maaf pada Caca. Sean juga meminta dukungan dari para pasien agar Caca mau memaafkannya dan mau menerima ajakan Sean untuk makan siang bersama. Karena kondisi yang terpaksa Caca akhirnya menerima ajakan makan siang itu dan memaafkan Sean seakan mereka benar-benar sepasang kekasih yang sedang bertengkar. Setiap tingkah laku Sean membuat Caca benar-benar pusing dan tidak tau harus bertindak seperti apalagi.

“Papa bahkan berpikir kalian benar-benar pacaran tau! Untung aja papa sama sekali tidak meributkan adegan konyol elo hari ini. Sebaiknya elo akhiri candaan ini Sean, kalau mama udah pulang dari Amerika dan mendengar berita ini bisa heboh nanti.” Ucap Arnold. Arnold hanya tidak ingin nantinya jika candaan Sean ini dianggap benar oleh kedua orangtuanya, bisa saja ibu mereka langsung ingin menemui Caca dan meminta mereka segera menikah, mengingat kegilaan Sean itu menurun dari ibu mereka.

“Gue benar-benar suka Caca, kak.” Arnold langsung menolehkan kepalanya pada Sean yang berada di sebelahnya sejak tadi. Arnold takjub dengan pernyataan adiknya barusan, ini pertama kalinya Sean mengungkapkan rasa sukanya pada seorang perempuan kecuali sepupu mereka-Angel.
“Lo serius?” Tanya Arnold meyakinkan pendengarannya barusan.
“Yap, gue serius. Gue sangat penasaran dengan Caca, kak. Menurut gue dia cewek yang unik dan lucu.” Jawab Sean mantap.
“Tapi... Perbedaan usia kalian cukup jauh, Sean.”
“Usia bukan masalah buat gue kak. Gue enggak peduli dengan hal itu.”
“Sean, mungkin elo enggak peduli dengan itu. Tapi enggak menutup kemungkinan kalau Caca mempermasalahkan perbedaan usia kalian kan? Perbedaan usia kalian yang cukup jauh itu tentu saja bisa menjadi sebuah rintangan untuk kalian. Caca itu gadis dewasa, sedangkan elo anak baru gede, pola pikir kalian sangat berbeda.”

“Sean.. Pikirkan baik-baik tentang ini, gue enggak mau elo terlalu jauh berharap nantinya. Dengarkan kakak Sean, kali ini saja.” Lanjut Arnold.
Sean menatap kakaknya, sepenuhnya ucapan kakaknya itu tidak salah. Dia mungkin tidak mempermasalahkannya, tapi Caca bagaimana? Bagaimana tanggapan keluarga gadis itu juga? Sean sudah jatuh hati pada Caca semenjak hari itu, dia tidak ingin melepaskan Caca. Sean akan mendapatkan Caca! Dia harus mendapatkan Caca, tidak peduli butuh berapa lama dan harus bagaimana mendapatkan gadis itu. Yang jelas dia tidak akan menyerah!

***


30 - 04 - 2018

Hello Brondong! ( SUDAH TERBIT DI GOOGLE PLAY BOOKS )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang