Part 3

4.4K 252 0
                                    

Happy Reading^^

Vote n Comment yaa, Thanks^^

-

“Oh, selamat siang dokter Arnold.” Kata dokter yang bernama Rio, diikuti para dokter lainnya yang menyapa Arnold dengan sopan. Semua pekerja di rumah sakit ini tentu saja mengenal Arnold yang juga merupakan anak dari pemilik rumah sakit ini selain jabatannya sebagai dokter di sini.

“Iya, siang. Ada masalah apa ini?” Tanya Arnold.

“Oh, hai brother!” Sahut Sean, membuat para dokter yang berada di sana kaget dengan penuturan Sean.

Bro.. Brother?” Gumam Caca yang masih dapat terdengar oleh Sean. Sean tersenyum tipis, dia bisa membalas Caca sekarang!

“Ada masalah apa ini?” Tanya Arnold pada Sean.

“Entahlah, tiba-tiba aja dokter ini nyiram gue. Gue juga enggak tau salah gue apa, dia tiba-tiba emosi dan berbuat seenaknya. Apa gue perlu lapor ke papa ya...” Kata Sean, Caca menatapnya dengan sengit. Sedangkan dokter lainnya terlihat tegang ketika Sean akan melaporkan salah satu rekan mereka pada atasannya.

“Kita bicarakan ini di ruangan saya saja, dokter Caca ikut saya ke ruangan.” Kata Arnold, setidaknya dia harus mendengarkan penjelasan Caca. Arnold sangat memahami karakter Caca yang cukup keras, tapi Arnold juga yakin adiknya pasti bertingkah nakal sehingga Caca bisa menyiram Sean seperti itu di depan umum.

-

“Bisa jelaskan apa yang terjadi sebenarnya?” Ucap Arnold di depan Sean dan Caca.
“Maaf, dok. Saya tidak tau jika dia adalah adik anda. Saya minta maaf atas perlakuan kasar saya.”
“Ohh, mentang-mentang gue adik dokter Arnold terus elo baru minta maaf? Dari tadi kemana aja elo.” Sindir Sean.

“Sean..” Peringat Arnold.

“Kak, gue bener kan? Seandainya gue bukan adik elo, paling enggak dia harus mikir gue mungkin aja salah satu pasien di rumah sakit ini atau keluarga dari salah satu pasien di sini kan. Setidaknya dia harus bersikap baik, iya kan?”

Arnold tidak bisa menyalahkan perkataan Sean, memang benar Caca seharusnya bisa menjaga sikapnya. Tapi paling tidak dia harus tau ujung permasalahannya terlebih dahulu. Dia tidak bisa memarahi Caca karena dia juga tidak tau apa yang membuat Caca sampai bertindak seperti itu.

“Iya, memang benar. Tapi setidaknya biarkan saya tau apa masalah kalian dulu.” Ujar Arnold.
“Saya... Saya tidak terima dikatakan tua, dok.” Kata Caca dengan hati-hati.
“Oh, jadi adik saya ini mengatakan dokter Caca tua?” Caca mengangguk.
“Sean, minta maaf sama dokter Caca. Kakak tidak pernah mengajarkan kamu bertingkah kurang ajar.” Ucap Arnold formal dan tegas.

Sean menghela nafas kasar, tapi dia harus menurut pada kakanya itu. Bagaimanapun Arnold adalah orang yang paling berpengaruh dalam hidup Sean, semua keperluan Sean selama ini selalu dipenuhi oleh kakaknya. Selain kedua orangtua mereka, Sean sangat patuh pada Arnold.

Oke, gue minta maaf dokter Caca. Tapi gue tetap merasa tidak bersalah. Karena menurut gue dia memang sudah tua, dari segi umur pun gue tetap lebih muda kan. Jadi gue juga menolak di panggil bapak sama dia. Jika gue mengambil alih rumah sakit ini, gue pastikan untuk memecat orang-orang yang memanggil gue dengan sebutan bapak. Oh, satu lagi.. Gue juga akan memecat para karyawan yang berisik meskipun itu di jam istirahat mereka. Gue cabut kak..” Kata Sean sambil berlalu dari ruangan Arnold.

Kegeraman Sean bertambah kala dia menatap kumpulan dokter yang tengah menguping di depan ruangan Arnold, bahkan terlihat ada juga dua orang suster yang turut serta.

“Kak, seharusnya elo juga membereskan karyawan yang suka menguping seperti ini.” Kata Sean dari depan pintu, tampak kegugupan dari seluruh orang yang menguping itu. Mereka semua tidak menyangka jika Sean secepat itu keluar dari dalam, sehingga mereka tidak memiliki waktu untuk berpura-pura tidak mendengarkan pembicaraan yang ada di dalam.

Arnold menghela nafas, jika Sean melaporkan tingkah para dokter itu maka Arnold tidak akan bisa membantu mereka. Ayah mereka sangatlah tegas dan profesional dalam bekerja. Jika ayah mereka mengetahui para dokter yang menguping seperti ini sudah di pastikan mereka akan terkena teguran dan Arnold tidak akan bisa berbuat apapun untuk membantu mereka semua. Arnold juga berharap adiknya itu tidak bercerita apa-apa pada ibu mereka. Ibu mereka selain memanjakan Angel yang sudah di anggap sebagai anak sendiri, beliau juga sangat memanjakan Sean yang merupakan anak bungsu. Semua yang Sean inginkan selalu dipenuhi oleh ibu mereka. Dan jika Sean menceritakan tentang tragedi hari ini, pasti ibu mereka akan menyuruh ayah mereka untuk menghukum Caca dan para dokter yang menguping ini. Arnold berharap para dokter ini memanjangkan doa mereka demi kesalamatan mereka sendiri.

“Dokter Caca, saya minta maaf atas kelakuan nakal adik saya. Dia masih remaja, jadi cara dan gaya berpikirnya belum terlalu dewasa. Tapi saya juga berharap dokter bisa menjaga emosi, bagaimanapun sikap dokter kali ini cukup kelewatan.” Caca hanya bisa menunduk.

“Dan untuk kalian... Saya berharap ini terakhir kalinya kalian menguping seperti ini. Kalian sangat mengenal ayah saya bukan? Dia tidak akan membiarkan para pekerja yang bersikap seperti ini. Semoga adik saya tidak melaporkan kejadian hari ini pada ayah saya. Sekarang kalian semua kembali bekerja, anda juga dokter Caca.”

-

“Ca!! Lo gila ya? Lo bermasalah sama anak pemilik.” Kata Tika.

“Gue mana tau kalau dia anak dokter William.” Ucap Caca, Caca mengusap tengkuk kepalanya, stress!

“Tapi bukan cuman Caca yang bermasalah, kalian enggak denger kata dokter Arnold tadi? Kalau adiknya bisa saja melaporkan kita semua ke dokter William.. Habis kita semua kalau kejadian hari ini dilaporkan!” Ujar Franky.

“Ya ampun!! Gue belum mau di pecat guys! Gue baru aja nyicil apartement, kalau gue di pecat gimana nasib cicilan gue????” Pekik Gina.

“Udah-udah.. Gue yakin adik dokter Arnold enggak akan melaporkan kita.” Rio berusaha menenangkan mereka semua.

“Paling enggak, elo harus minta maaf sama anak itu Ca..” Ucap Tika.

“Iya, bener,,, Elo harus minta maaf sama dia, sekalian elo minta supaya dia enggak ngelaporin kejadian hari ini sama dokter William.” Tambah Gina.

“Ogah! Lagian gue juga udah minta maaf tadi di dalam.” Ujar Caca.

“Ya elah, Ca! Jelas-jelas tadi elo enggak ikhlas gitu minta maafnya. Ayolah Ca, demi kita semua..” Rayu Tika.

“Iya, Ca. Gue setuju sama yang lain. sebaiknya elo ketemuan lagi sama adik dokter Arnold dan minta maaf secara benar.” Kata Franky.

“Ish.. Tapi gue males banget harus ketemu tu bocah kurang ajar!” Ucap Caca.

“Ini demi keselamatan kita semua Ca, termasuk keselamatan elo yang udah nyiram dia. Elo bayangin kalau elo di pecat dari rs ini, elo mau kerja di mana Ca? Elo baru tiga tahun kerja Ca, pengalaman elo masih belum banyak.” Ucap Tika.

Caca terdiam, benar juga perkataan Tika. Dia baru saja bekerja tiga tahun, pengalaman yang dimilikinya belum terlalu banyak. Lagipula dia beruntung bisa diterima bekerja di rumah sakit seterkenal ini dan penghasilan yang diterimanya setiap bulan juga lumayan, meskipun Caca berasal dari keluarga berada tapi dia tidak ingin terus bergantung pada uang kedua orangtuanya.

“Gue harus cari bocah itu di mana?”
“Gue pernah denger kalau dokter Arnold itu tinggal bareng sama saudaranya. Berarti elo bisa nyamperin dia ke apartement dokter Arnold, Ca.” Kata Gina.

“Kalian gila gue nyamperin ke sana? Kalau di liat sama anak-anak sini, yang ada gue dikira mau goda dokter Arnold nanti. Lagian dokter Arnold baru aja nikahkan? Nanti istrinya malah mikir yang enggak-enggak lagi..”
“Ya udah, nanti gue coba minta nomer hpnya aja. Nanti gue coba tanya sama dokter Arnold.” Kata Rio. Caca dan yang lainnya setuju dengan pendapat Rio.

***

27 - 04 - 2018

Hello Brondong! ( SUDAH TERBIT DI GOOGLE PLAY BOOKS )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang