Part 4

3.9K 255 3
                                    

Happy Reading ,
Vote n Comment yaa ^^

-

Selamat malam,
Maaf jika saya mengirimkan pesan seperti ini.
Saya dokter Caca,
saya ingin meminta maaf secara langsung atas perlakuan kasar saya tadi siang.
Saya berharap, anda bisa memiliki waktu luang untuk bertemu.
Caca.


Sean tersenyum melihat pesan yang baru saja diterimanya, dia sudah menduga bahwa cewek tadi akan meminta maaf lagi padanya. Siang tadi Sean hanya mengertak Caca dan para dokter lainnya, ia hanya menjahili mereka saja. Sean memang sedikit marah saat Caca menyiramnya, tapi melihat ketakutan Caca membuat Sean malah senang untuk terus menjahilinya. Ekspresi gadis itu sangatlah manis.

Yap! Caca masih seorang gadis menurut informasi yang diberikan Arnold padanya. Usia Caca delapan tahun lebih besar darinya, sebentar lagi Caca juga sudah akan meninggalkan usia 20-an. Tahun depan Caca akan berusia 30 tahun dan Sean merasa tidak salah menyebut Caca sebagai tante. Mengingat jarak usia mereka yang cukup jauh. Tapi Sean hanya ingin menggodanya saja dengan sebutan ‘tante’ , bagaimanapun wajah Caca masih sangat cantik dan tidak terlihat akan segera di usia 30-an.

Sean belum berminat untuk membalas pesan dari Caca, sedangkan di tempat lain Caca tampak gusar karena belum mendapatkan balasan apapun. Bahkan Caca mengecek berkali-kali apakah nomer yang diketiknya berbeda dengan nomer yang diberikan oleh Rio siang tadi.

Akhirnya Sean memutuskan untuk tidak membalas pesan dari Caca, dia berpikir untuk mengunjungi rumah sakit besok. Mungkin saja dia bisa bertemu gadis itu dan melihat ekspresi gadis itu lagi.

***

“Ca.. Caca..” Teriak Tika memasuki ruang khusus tempat istirahat mereka.

“Ha? Kenapa? Berisik banget sih lu..” Sahut Caca sambil sibuk memakan mie instan yang baru saja di masakknya.

“Duh, itu si Sean. Adiknya dokter Arnold.. Ada di kantin.”

“Ha??? SERIUSAN??”  Tika mengangguk mantap, saat tadi ingin membeli camilan di kantin ia tidak sengaja melihat Sean berada di sana bersama Arnold dan ayah mereka.

“Gue ke sana..” Kata Caca sambil bergegas keluar sambil menggenakan jas dokternya.

“Eh.. Ca.. Tapi... Ishh, tu anak langsung aja pergi. Gue kan belum bilang kalau Sean lagi sama dokter William. Udah deh, biarin aja tuh anak.. Main tinggal aja sebelum gue selesai ngomong.” Ujar Tika, Tika melihat mie instan yang di tinggal Caca di atas meja dan memilih untuk memakan mie itu dari pada mengejar Caca.

-

Caca berlarian agar segera sampai di kantin, ia bahkan dengan tergesa-gesa mengenakan jas dokternya. Caca tidak ingin melepaskan kesempatan untuk meminta maaf pada Sean hari ini, sejak semalam dia tidak mendapatkan balasan apapun dari Sean.

Membuatnya tidak bisa tidur semalaman karena berpikir Sean benar-benar marah padanya dan membuatnya takut di pecat dari rumah sakit.

Caca tersenyum lebar saat dirinya menemukan sosok yang dicarinya, dengan cepat Caca menghampiri meja tempat Sean berada. Tanpa melihat dua orang yang sedang duduk di depan Sean.

Caca terkesima saat melihat Arnold dan William yang sedang berbicara dengan Sean. Sean tampak tersenyum saat melihat tingkah kikuk Caca saat menghampirinya.

“Ee.. Selamat siang dokter William dan dokter Arnold.” Sapa Caca akhirnya.

“Selamat siang..” Balas keduanya.

“Dokter Caca, sebaiknya anda merapikan jas anda. Kerahnya terlipat.” Kata William tegas.

“Oh.. Iya dok, maaf.” Caca segera memperbaiki jas dokter miliknya.

“Ada apa? Apakah ada masalah sehingga anda buru-buru menghampiri kami? Apa anda ada perlu dengan saya atau dokter Arnold?” Tanya William setelah melihat Caca merapikan jasnya.

“Ehmm...” Caca tampak berpikir, beberapa kali ia melirik Sean yang juga menatapnya.

“Dia ada perlu dengan aku, pa..” Kata Sean tiba-tiba.

Sean bangkit dari kursinya, berjalan menuju kesamping Caca dan memeluk pinggang gadis itu dengan sebelah tangannya. Caca menoleh pada Sean dan menatapnya dengan kaget, Caca sama sekali tidak bisa berkata apa-apa.

“Kalian... Saling mengenal?” Ujar William.
“Tentu saja pa.. Kenalkan pa, dia Caca. Pacar Sean. Calon menantu papa.” Kata Sean.

Arnold tersedak saat sedang meminum air putih miliknya, ia menatap penuh tanya pada Sean. Sean hanya memberikan kedipan kecil pada Arnold dan menyuruh pria itu untuk diam saja. Sedangkan William menatap Caca dan Sean bergantian mencari kebenaran dari wajah mereka berdua. Tampak Caca yang berusaha melepaskan rangkulan Sean, tapi Sean malah semakin mengeratkannya. Membuat Caca hanya bisa pasrah, sesekali Caca menggelengkan kepalanya saat melihat William meminta kepastian dari Caca.

“Sean, lepaskan dokter Caca.” Kata William.

“Kenapa Sean harus melepaskan kekasih Sean, pa?” Tanya Sean tak terima.

“Ini tempat kekasih kamu bekerja, seharusnya kamu bisa menjaga sikap. Kamu tidak melihat beberapa rekan kekasih kamu sedang memperhatikan kalian. Kalian bisa bermesraan di tempat lain nanti.” Jawab William.

Caca mengambil kesempatan untuk melepaskan tangan Sean saat lelaki itu tengah lengah, Sean hanya menghela nafas saat melihat beberapa orang tampak memperhatikan mereka. Sebenarnya Sean tidak peduli walaupun seluruh dunia memperhatikan mereka, tapi demi kebaikan Caca ia merelakan ketika gadis itu melepas rangkulannya.

“Bergabunglah bersama kami..” Ajak Arnold, meski tampak ragu Caca akhirnya memutuskan untuk duduk bersama mereka.

***

28 - 04 - 2018

Hello Brondong! ( SUDAH TERBIT DI GOOGLE PLAY BOOKS )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang