Part 6

3.9K 250 2
                                    

Happy Reading,
Vote n Comment sangat membantu utk author..
Thank u ^^

-

“Ck, kenapa elo di sini? Emangnya elo enggak ke kampus?” Tanya Caca, dia sangat gerah melihat Sean yang sudah mendatanginya pagi-pagi. Caca mengetahui tentang kuliah Sean dari bibir Sean sendiri yang nyerocos setiap menemuinya, padahal Caca  tidak pernah bertanya apapun tentang kehidupan Sean.

“Enggak, dosen gue sibuk hari ini. Lagian kenapa marah-marah sih? Mestinya elo seneng karena diapelin pacar pagi-pagi.” Jawab Sean.

“Pacar? Pacar gue yang mana?”

“Ini, yang di depan elo.”

Hello!!! Sejak kapan gue pacaran sama bocah kayak elo!” Gerutu Caca, Caca memilih untuk mengabaikan Sean, ia membolak-balik buku kedokteran yang ada di mejanya.

Sean tersentak mendengarkan ucapan Caca, memang selama ini Sean sangat membenci orang yang menyebutnya ‘bocah’ tak jarang ia bertengkar dengan saudara-saudaranya yang sering mengejeknya ‘bocah’. Sean juga pernah terlibat pertengkaran dengan suami Angel karena menyebutnya seperti itu. Tetapi saat Caca yang pertama kali bertemu dengannya dan menyebutkan kata itu, Sean merasa tidak terusik. Apapun yang diucapkan Caca  baginya sangat menarik.

Entah mengapa sejak pembicaraannya dengan Arnold semalam, membuat Sean terusik mendengarkan kata itu dari bibir manis Caca saat ini. Sean merasa jika perkataan Arnold benar, Caca mungkin akan risih dengan perbedaan usia mereka yang cukup jauh. Mungkin saja Caca tidak menganggapnya sebagai pria dewasa yang mampu untuk menjaga Caca.

Caca mengalihkan pandangannya dari buku yang dibaca, ia bingung mengapa Sean tidak menanggapi ucapannya. Biasanya cowok itu akan selalu membalas setiap ucapannya, sampai Caca pasrah dan memilih diam, membiarkan cowok itu selalu menang dalam setiap perdebatan mereka. Caca memikirkan kembali perkataannya barusan, sepertinya tidak ada yang salah dari ucapannya. Ucapannya barusan, sudah sering ia lontarkan pada Sean yang sudah mengusiknya selama kurang lebih seminggu ini.

“Lo kenapa? Ada yang salah?” Akhirnya Caca berinisiatif untuk bertanya.

“Apa gue benar-benar terlihat seperti anak kecil?”

Caca sedikit bingung dengan pembahasan mereka, tapi ia memilih menganggukkan kepalanya untuk memberikan jawaban atas pertanyaan Sean. Menurut Caca, Sean memang masih seperti anak kecil dilihat dari tingkah lakunya dan usianya.

Sean mengusap wajahnya, “Denger baik-baik, gue bukan anak kecil. Apa elo enggak bisa melihat gue sebagai pria dewasa?”

“Pria dewasa?” Caca tertawa.

“Hei! Elo bahkan belum lulus kuliah, elo belum memiliki pekerjaan dan gue rasa dalam pikiran elo saat ini masih berpikir untuk bermain dan bersenang-senang, menikmati masa muda elo. Bagaimana elo mau dipandang sebagai pria dewasa?” Kata Caca meremehkan Sean.

“Jadi menurut elo, pria dewasa itu sudah harus bekerja?”

“Hmm, ya menurut gue itu salah satunya. Setidaknya jika seorang cowok sudah bekerja, itu berarti dia sudah mampu untuk bertanggung jawab akan hidupnya sendiri.”

Oke, jika menurut elo seperti itu maka gue akan bekerja. Gue akan segera bekerja di sini dan membuktikan sama elo kalau gue sudah pantas di pandang sebagai pria dewasa!” Ujar Sean tegas sebelum meninggalkan Caca yang terpaku dengan perkataan Sean.

“Ck, tu bocah salah makan ya? Kenapa dia harus ngomong pakai urat untuk bahasan enggak penting seperti ini.. Eh, tunggu-tunggu.. Tadi dia bilang akan segera bekerja di sini? Omaigat!!!! Yang ada dia ngerusuhin gue tiap hari!!” Gumam Caca.

***

02 - 05 - 2018

Hello Brondong! ( SUDAH TERBIT DI GOOGLE PLAY BOOKS )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang