| s a t u |

7.1K 979 172
                                    

"Jun," Sapa pria berkulit tan yang baru saja menaruh tas selempang kesayangannya di atas meja. Namun, si empunya nama hanya terus menulis tanpa menghiraukan sapaan.

"Maaf ya," ujar dia kembali seraya menduduki kursi yang tepat berada di depan Renjun, menghadap wajah tegas pria itu secara seksama. Tentu dengan raut mendukung.

Renjun hanya sekadar berdeham disela-sela ia menulis catatan fisika, tak merespon lebih permintaan maaf temannya yang kini sudah pusing tujuh keliling itu.

"Jun, gue cuma bercanda kemarin, gue ga nyangka lo bakal semarah ini."

Klek

Pria itu kini meletakkan penanya, menatap lekat mata Haechan dengan tatapan membara.

"Lo tau kan? Gue paling gak suka bahas masalah asmara kaya gitu. Lagipula, untuk manusia umur 17 tahun kaya lo, seharusnya lo paham sama yang namanya privasi, ngerti?!" Cukup dengan sekali hentakan Haechan sukses dibuat bergetar olehnya, ditambah dinginnya AC pagi ini, lengkap sudah membuat haechan berkeringat dingin.

"Ta-tapi, gu-gue cuma nanya ce—

"Dih baper banget! Oiya gue juga jadi penasaran jun, lo belum pernah pacaran, ya?!" Sela Jaemin.

Renjun yang sedari tadi menatap dalam netra Haechan kini mengalihkan pandangannya, tentu pada siapa lagi kalau bukan Jaemin dengan mulut nyinyirnya?

Jaemin yang sadar bahwa dia baru saja melakukan kesalahan besar pada temannya satu ini hanya bisa menatap Haechan yang sedari tadi tak berhenti meneguk saliva. Niat hati meminta bantuan, yang dipinta hanya menggeleng pasrah.

Sekian detik berlalu, Renjun nampaknya jengah, ia kembali mengalihkan padangan, tentu saja kini dengan raut muka penuh amarah lalu berdiri seraya merapihkan alat mencatat yang berserakan di mejanya.

"Lo mau kemana?!"

"Perpus, males gue disini bareng orang gak punya masa depan kaya kalian."

Iya, bukan Renjun namanya jikalau tidak mengeluarkan kalimat menusuk kalbu, sekali ia coba berbicara.

Haechan dan Jaemin hanya terdiam membeku melihat aksi ngambek Renjun yang memang sudah sering mereka lihat.

"Eh gimana lur?"

"Gatau anjirrr, ngambek mulu tuh orang, kaya cewe."

"Eh iyadah, cape gua lama-lama sama dia."

"Siapa yang ngambek?" Tanya Jeno yang baru saja sampai, "ohh, jangan bilang Renjun lagi?" Tebaknya disusul oleh anggukan kedua sahabatnya itu.

"Kok lo tau?!"

"Lah, tadi pas masuk kelas gua liat dia keluar gitu sama muka sewotnya, kenapa lagi kalau bukan karena ngambek?!"

"Iyaa, aneh emang dah gitu doang ngambek." Sahut Jaemin yang kini menopang dagunya di atas meja dengan mimik wajah yang sudah amat mendukungnya menjadi bagian ibu-ibu rumpi depan komplek.

"Lo pasti bahas masalah kemarin?!"

Haechan kembali mengangguk, "iyaa, gue cuma minta maaf. Tapi ini nih, kecoa satu ini malah nanyain lagi sambil ngatain baper, goblok emang." Balasnya seraya menunjuk Jaemin.

"Kok lo nyalahin gue?! Mana gue tau bakal ngambek!"

"Nih kan tolol kan, udah tau gue minta maaf, alias nanyain kaya gitutuh salah, lo malah nanya lagi!"

"Idih, emang gitu doang salah? Renjunnya aja goblok yang terlalu sensitif, childish!"

Jeno menghela nafasnya, teman-temannya itu memang absurd semua, yang satu sangat sensitif, yang satu selalu menyalahkan, yang satu lagi tak pernah mau disalahkan, aneh.

"Udah dah, lo kejar aja renjun sana, minta maaf. Gue tau lo berdua juga kesel sama sifat kekanakkannya, tapi lebih baik kita ngertiin dia."

Kedua pria itu lagi-lagi saling bertatapan sebelum mereka berdua mengalihkan tatapan tersebut pada sosok Jeno yang berdiri diantara mereka.

"Kejar?"

"Apa gak kaya doi tuh, segala dikejar kalau ngambek, wkwkwk."

"BENER LUR!!!" Sorak Jaemin diselingi tawaan, "tapi ayolah, gabut juga gua disini."



○○○



Kedua sejoli ini baru saja keluar dari kawasan kantin, menenteng satu kantong plastik penuh berisi soyjoy dan pocari sweat, makanan favorit Renjun. Niatnya mereka akan menyogok Renjun dengan jajanan ini untuk memulihkan suasana hati pria itu.

Jujur, mereka akui memang susah untuk berteman dengan pria moodyan seperti Renjun. Mereka harus selalu mengertinya, disaat ia terkadang tak mengerti mereka. Harus selalu mengalah dan siap disalahkan bilamana suasana hatinya sedang kacau. Walau mereka hanya bernapas di depan Renjun, jikalau suasana hati Renjun tidak baik, itu salah!

Mereka berjalan secara perlahan, menikmati lantunan musik yang mereka dengar bersama melalu airpods milik jaemin —dibagi dua— yang menemani mereka hingga di depan lorong perpustakaan.

"Stop!!" Haechan tiba-tiba menghentikan jalan seraya menahan Jaemin untuk tetap berjalan.

"Ap—

Haechan menutup mulut jaemin, "shh, pelan!! Itu, lo liat itu! Itu renjun sama siapa?!" Haechan menunjuk pria yang sedang bersama seorang wanita di depan pintu perpustaakan.

"Hah, itu renjun??" Jaemin segera memakai kacamata, "lAH IYA RENJUN." Teriaknya dalam bisu.

"Samperin jangan?"

Jaemin menggeleng, "kita nguping aja! Ayo maju, tapi hati-hati ketauan." Bukan Jaemin namanya jikalau tidak senang melakukan hal ekstrem seperti ini.

Mereka berdua melanjutkan langkah dengan amat perlahan menuju rak sepatu, lalu memanfaatkan sebidang lantai yang tertutupi rak sepatu tersebut seraya menajamkan indera pendengaran.

Namun nihil, beberapa menit menunggu mereka berdua hanya saling berdiam diri saling bertatap.

Kalau kata Haechan, ini lagi mode .jpeg

"It's been a while since the last time we meet, right?" Suara berat milik renjun memecah hening di antara keduanya.

"Permisi kak, maaf tadi sempat menghalangi jalan" Balas Gadis itu santai cukup berhasil membuat Renjun kehilangan akalnya.

Renjun seketika menahan lengan wanita itu, "Ca, i'm sorry, caa."

"Kak, maaf saya ingin belajar, saya bodoh."

"Chaa deng—

Bruakkkk

"AH GOBLOK LU JAEMIN KAKI GUA LO INJEK."

Renjun menghampiri kedua sahabatnya itu yang kini sedang bertengkar hebat, memang, sahabatnya ini senang sekali membuat onar.

"Lo semua ngapain disini?!"

Renjun merasa bagai oknum kosan yang sedang di grebek polisi jika begini kondisinya.

"Eh?" Haechan mendongakkan kepala, "hehehe, nih gue bawain lu soyjoy sama pocari." Balasnya diiringi cengengesan bersama jaemin.

"Ya nih jun, terima ya! Maaf juga tadi kita udah buat lo ngambek." Jaemin segera bangkit, merangkul pundak renjun seraya memberi keresek tersebut.

"Lo dari tadi nguping, ya?!"

"Ngggg, tadi kita mau minta maaf sebenernya." Balas Jaemin.

"Iya!! terus kita berhenti dulu, nunggu lo selesai ngomong sama cewe itu, makanya diem disini, hehe." Tambah Haechan, kini ikut berdiri seraya membersihkan celana abunya yang terkena debu.

Renjun refleks menoleh ke arah belakang saat haechan menyinggung obrolan tadi, dilihatnya gadis itu telah hilang dari posisi sebelumnya. "Ah ilang kan!"

"Siapa?"

"Ya cewe itu!!"

"Hah? Emang dia siapa?"

"Mantan gue."

"HAH?!"

Rajut Rasa ; RenjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang