| d e l a p a n |

3.7K 582 32
                                    

Masih terjebak dalam hari yang sama, entah mengapa hari ini —bahkan detik ini— terasa berjalan amat lambat. Memandangi awan, menggigiti kuku, memainkan poni rambut, hingga menghapal beberapa rumus listrik statis sudah Renjun lakukan guna menunggu pembukaan yang dilakukan oleh Kak Doy selaku pelatih.

Namun, tak kunjung usai kak Doy berbincang, membuat dirinya sendiri bingung, apakah ini ekskul menyanyi atau ternyata ekskul berbau sastra? Entahlah.

Mulai dari awal kak Doy dipilih menjadi pembina, lomba tahun-tahun lalu, lagu yang akan dibawakan kali ini, hingga biaya yang harus dikumpulkan untuk membeli partitur dan pula menyewa kostum.

Ditambah dengan Chenle yang sejak lima menit lalu ditarik oleh Haechan untuk duduk disampingnya, tepat di barisan belakang Renjun, membuat Renjun mau tak mau kini bersampingan dengan Chaca.

Ajak bicara?

Ah tidak

Ah ajak aja deh

Ah engga engga, kan kita jadinya ga kenal

Ah tapi bagus, cari topik baru

Ah jangan-jangan, aneh

Ah ta—

"Kak."

Lagi-lagi lamunan Renjun terbuyar begitu saja oleh panggilan, namun kali ini cukup membuatnya lebih terkejut dari sebelumnya.

"Eh kenapa?"

"Ini, isi absen dulu." Chaca menyodorkan dirinya secarik kertas putih beserta pulpen hitam yang memang di gilir satu-persatu anggota.

Renjun mengangguk lalu mengambil kertas itu, "ahh oke, makasih ya."

"Eh? Ya sama-sama."

"Oiya, ini pulpen lo bukan?" Ucapnya pada Chaca setelah mengoper kertas itu kepada Haechan.

"Eh bukan kak, itu kayanya pulpen si itu deh." Chaca menunjuk salah satu siswa yang terletak di barisan paling depan kanan.

Renjun mengangguk santai, "ohh, berarti digilir ke belakang juga ya, ini?"

"Iya, kak."

"Haha, gausah pake kak, aneh." Sahutnya membuat Chaca sedikit tersentak, tetapi tak dihiraukan olehnya.

Sungguh, hawa saat ini terasa sangat amat dingin pula canggung, padahal beberapa menit yang lalu Renjun mengipasi dirinya menggunakan tangan kosong —dengan jemari yang dirapatkan.

Berbeda dengan hawa di belakang punggung Renjun, lebih tepatnya hawa di sekitar Haechan yang sedari tadi tak berhenti memukul gemas paha Chenle.

——

"Okeii hari ini cukup sampai disini saja. Jangan lupa selasa depan pulang sekolah kita latihan lagi," seru kak Doy mengakhiri pertemuan hari ini, disusul sahutan serta anggukan dari anggota.

"Inget, jangan makan gorengan, jangan minum air es ataupun air yang berasa segala macem. Air putih aja gausah ngadi-ngadi lo semua! Dah, gue balik ya!" Lanjutnya kembali sebelum dirinya tepat meninggalkan ruangan.

Selekas kepergian Kak Doy, kini Haechan kembali maju ke depan kelas, meletakkan kedua tangannya tuk melingkari sekitar mulut sembari berteriak lantang

"JANGAN LUPAA ITU PARTITUR 40 RIBU, SEWA KOSTUM 150 RIBU DIBAYAR!!! KALO BISA CICIL DARI SEKARANG KE KAK HEEJIN."

Begitu teriaknya, disusuk oleh teriakan Heejin pula, "AYOO YANG MAU BAYAR SEKARANG BISA YAA!!!"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 02, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Rajut Rasa ; RenjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang