Two (2)

36 10 0
                                    

"Kau mau aku yang menjelaskan?" tanya Joe

Syara mengangguk.

"Seharusnya kau yang menjelaskan padaku. Tentang cincin yang melingkar di jarimu itu" kata Joe

"Ini hanya cincin koleksi. Ya, koleksi!" jawab Syara

Joe mengangkat sebelah alisnya dan tersenyum miring.

"Kau fikir aku tak tahu, apa yang terjadi minggu lalu. Oh ya, apa kau lupa? Jika Ayahku diundang di pesta pertunanganmu itu" kata Joe

"Joe.. Joean, aku.. Meminta ma-af padamu" ucap Syara

"Setelah semua yang kau lakukan padaku. Kita sudah menjalin hubungan lebih dari 3 tahun. Tetapi 1 tahun terakhir kau menjalin hubungan dengan pria lain dan memutuskan untuk bertunangan dengannya" ucap Joe penuh penekanan

"Ka-u ta-hu?" tanya Syara gugup

"Sudahlah. Lupakan. Lebih baik kita akhiri saja hubungan ini." kata Joe dingin walaupun sebenarnya hatinya terasa sangat sakit

Joean langsung pergi lagi meninggalkan Syara. Langkahnya sampai ke taman di depan aula. Sebenarnya dia risih berada disini karena banyak sekali orang yang memanggil-manggil namanya.

Joean, ah kau tampan sekali..

Aku mencintaimu, Joe

Joe, kau hanya milikku!

Hei, dia milikku..

Kau berkhayal terlalu tinggi girl, dia itu calon ayah dari anak-anakku..

Joean Steve Handoko, pria tampan pewaris tunggal perusahaan Handoko Corp. Handoko Corp adalah perusahan milik ayahnya. Pria yang sedang menjalani kuliahnya di semester 6 itu tipikal orang yang dingin kepada semua orang tetapi tidak pada sahabat dan keluarganya. Karena di keluarganya, ia adalah sosok yang sangat penyayang, perhatian, dan bertanggung jawab.

Joe yang jengah dengan ucapan mereka, memilih duduk di bangku taman itu. Tapi matanya melihat seorang gadis yang duduk di bangku itu juga. Sudahlah, semua bangku sudah penuh, hanya di samping gadis yang belum ia ketahui namanya itu yang masih kosong.

"Boleh aku duduk disini" kata Joe

"Silahkan" ucap Ale

Gadis itu belum menyadari siapa yang sedang berbicara dengannya. Seketika dia kaget saat melihat ke arah samping. Dan langsung beranjak dari tempat duduknya. Tetapi disaat dia akan melangkah pergi, tangannya seperti ada yang menahan dari belakang. Ia tahu siapa yang menahan tangannya. Siapa lagi kalau bukan Joe, seniornya yang terkenal dingin dan tadi pagi ia tak sengaja menabraknya di koridor. Jujur Ale takut jika Joe akan memarahinya walau ia tahu Joe tadi sudah meminta maaf padanya.

"Mau kemana kau? Duduk saja di sini." kata Joe

"Aku akan ke.."

"Sudahlah, temani aku disini. Aku tak akan memarahimu tentang tadi pagi. Lagi pula aku yang salah" ucap lelaki itu

Ale melongo mendengar perkataan Joe yang panjang itu. Joe seperti tahu apa yang di pikirkannya.

Hening.

Tak ada pembicaraan di antara mereka berdua. Sampai akhirnya Ale memberanikan diri untuk membuka pembicaraan.

"Joe" panggil Ale yang hanya di jawab dengan Joe yang menoleh

"Apa kau masih menjalin hubungan dengan Syara?" tanya Ale

Fakta sebenarnya, Ale adalah salah satu orang yang mengagumi Joe. Lebih tepatnya Ale sudah mencintai Joe sejak pertama kali ia bertemu dengannya. Tetapi ia memilih untuk menjadi secret admirer. Ia selalu mencari tahu semua tentang Joean, bahkan Ale tahu semua nama mantan Joe.

"Mengapa kau menanyakan hal itu?" tanya Joe dengan ekspresi dinginnya

"Ah tidak, abaikan saja" jawab Ale

Ah, bodoh sekali kau Ale.. Mengapa menanyakal hal itu. -batin Ale

"Boleh ku tahu namamu?" tanya Joe

What the f.. Dia tak tahu namaku? Plak -batin Ale lagi

"Alezza Airi Cahya Putri, kau bisa memanggilku Ale" jawab Ale

Alezza. Nama yang cantik seperti orangnya. Hei, aku bilang apa tadi? -batin lelaki itu

"Boleh aku memanggilmu Lezza?" tanya Joe yang membuat Ale terkejut

"Aku tak terbiasa dengan nama itu" jawab Ale

"Kau akan terbiasa saat aku memanggilmu dengan itu, Lezza" ucap Joe

Blushh..

Pipi Ale memerah saat Joe mengatakan itu tadi, sampai-sampai ia menggigit bibir bawahnya dan menunduk untuk menyembunyikan rasa malunya itu. Ada perasaan hangat yang menjalar ke seluruh tubuh Ale saat Joe memanggilnya dengan sebutan itu. Ditambah lagi degup jantungnya yang berdetak lebih cepat seperti sedang lari marathon yang membuatnya semakin gugup.

"Ahh, hampir saja aku lupa! Kelasku akan segera di mulai. Aku akan pergi ke kelas sekarang. Kau tak apa sendiri disini Lezza?" tanya Joe tiba-tiba

Ale mengangguk

"Tak apa Joe. Lagi pula kelasku ada di samping aula. Jika aku mulai bosan, aku akan pergi ke kelas" jawab Ale

Joe langsung melenggang pergi menuju kelasnya. Tanpa Joe sadari, ia telah berbicara banyak pada gadis itu. Entah mengapa, didekat gadis itu Joe sulit bersikap dingin seperti biasanya. Dia juga merasa nyaman jika berada didekat Alezza.































Holaa.. Pendek lagi? Takdir😌 Bintang pojok kanan bawah pencet dungs😂 Next chapter 3

JanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang