12 - Pilihan Terbaik?

1.8K 133 12
                                    

Hari esok itu akan datang tanpa harus ditunggu, hanya saja yang memiliki kesempatan untuk membuka mata di pagi hari berikutnya sudah ditentukan.

Baekhyun sudah memulai aktivitasnya setengah jam yang lalu. Jam sudah menunjukkan pukul 06.00 KST. Ia sedang mengenakan perlengkapan yang seharusnya digunakan oleh seorang guru pada umumnya. Setiap melangkahkan kaki ke ruang tengah, tidak dapat dipungkiri bahwa didalam benaknya tersimpan hasrat untuk menuju ke arah pintu.

Sesekali ia membuka pintu apartemennya untuk memantau Irene. Namun, pintu apartemen milik gadis itu masih tertutup rapat. Hal ini memicu perasaan Baekhyun. Hatinya meradang mencemaskan Irene.

Beberapa menit berlalu, Baekhyun sudah siap bergegas menuju SOPA. Sebelum membuka pintu sejenak ia menyelipkan sebuah harapan,

"Semoga Irene keluar dari apartemennya saat aku membuka pintu apartemen."

Terdengar konyol memang, namun sejak memutuskan untuk menjauhi Irene tidak ada sedikitpun yang mempengaruhi Baekhyun untuk berubah. Ia tetap ingin melindungi Irene sebagai mana mestinya. Apalagi setelah melalui pertemuan tadi malam di balkon. Batin Baekhyun terguncang untuk meneruskan perjuangan yang membuat dirinya seolah-olah tidak perduli lagi pada Irene. Menjaga jarak dengan gadis itu tidaklah mudah saat Baekhyun mulai menyadari ada sesuatu yang aneh.

Perlahan, Baekhyun melangkah keluar. Ia tersenyum cukup lebar saat telinganya menangkap bunyi yang tidak hanya ditimbulkan oleh pintu apartemennya saja.

Senyuman itu perlahan memudar saat tatapan Baekhyun bertabrakan dengan pemilik apartemen yang berhadapan dengan apartemennya.

"Apakah seperti ini anak muda sekarang menatap orang yang lebih tua, eoh? Tatapan liar milikmu itu sungguh menjijikkan, dasar mesum!" gertak ahjumma yang terkenal killer di kawasan apartemen yang Baekhyun tempati. Pria itu meneguk ludahnya sendiri kemudian menatap heran bekas bayangan ahjumma yang baru saja masuk kembali ke dalam apartemennya.

"Dia selalu marah tanpa alasan, kalaupun aku ini diposisikan didalam maksud perkataannya tadi maka aku tidak akan berniat meliriknya meski hanya satu detik! Apa dia pikir dirinya itu seksi? Mungkin dia perlu melakukan program diet untuk mewujudkan halusinasinya," cibir Baekhyun sambil mendengus setelah menutup pintu apartemennya. Ia menoleh, tidak tercium tanda bahwa Irene akan segera keluar.

"Sepertinya dia kesulitan menyesuaikan diri dengan kesendirian," gumam Baekhyun sambil mendesah pelan kemudian memutuskan untuk melangkah masuk ke dalam apartemennya. Seusai dengan kegiatan yang dianggapnya perlu, ia kembali keluar dengan satu paket makanan lengkap ditambah dengan obat Irene. Tadi, setelah menatap arloji ia memantapkan niatnya untuk pergi ke rumah sakit sekedar membeli persediaan obat Irene.

"Syukurlah belum terlambat," ujar Baekhyun sambil bernafas lega. Keberadaannya saat ini tepat didepan pintu apartemen Irene.

"Sepertinya aku tidak mungkin menekan bel, lebih baik aku taruh saja didepan pintu apartemennya," gumam Baekhyun setelah berpikir panjang. Bertepatan dengan tangannya yang baru menaruh perhatian untuk Irene, ia tersentak saat pintu apartemen Irene terbuka.

"Aaaa!" kaget Irene yang terlihat panik setelah membuka pintu apartemennya. Matanya mengerjap beberapa kali menatap Baekhyun yang terlihat seperti orang yang baru tertangkap basah hendak melakukan sesuatu.

Sial, Baekhyun belum sempat melangkah menjauh. Kalau sudah begini bagaimana caranya untuk menjelaskan. Ia paling benci bersikap naif.

"Aku hanya ingin memberikan semua ini. Eum, jangan lupa obatmu!" jelas Baekhyun sambil mengusap tengkuk lehernya.

"Gomawo, oppa!" balas Irene dengan nafas tersengal-sengal sambil membawa nampan yang berisi makanan dan obatnya ke dalam apartemen.

Baekhyun menghela nafasnya kemudian tersenyum tipis dan baru bisa melangkah pergi. Namun, matanya membulat sempurna saat Irene yang berlari kecil menyalip langkahnya begitu saja.

Sincerity [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang