Note : awas ada yang buat kaget :(
Akhir-akhir ini, Irene terlalu sering berdo'a sampai-sampai tak memikirkan kondisinya sendiri. Bahkan, Tiffany sering menemukan Irene tertidur di depan altar karena terlalu banyak berdo'a.
Namun, untuk yang sekarang sepertinya Irene benar-benar jatuh sakit saat Tiffany merasakan suhu tubuh gadis itu sangat tinggi.
Perlahan-lahan Irene membuka matanya kemudian tersentak kaget saat dirinya sudah dikelilingi oleh para biarawati lainnya beserta Tiffany.
"Jeongmal mianhada, bunda Fany, aku benar-benar tak sadar kalau tidur di sini," jujur Irene.
"Hm, kamu bahkan sering melakukannya," balas Tiffany lirih kemudian membawa Irene ke ruangannya untuk berbicara empat mata.
"Ada apa denganmu, Irene?" tanya Tiffany setibanya di ruangannya.
"Entahlah, bunda. Akhir-akhir ini aku sulit mengontrol diri sebab merindukan suamiku," lirih Irene kemudian tertunduk dalam sembari menghela nafasnya.
Tiffany berusaha tersenyum, "Tapi, kamu terlalu memaksakan diri. Lihat sekarang, kamu demam."
Irene berulang kali mengutarakan permintaan maafnya karena tak bisa membantu Tiffany mengurus para jemaat hari ini.
"Gwaenchana, pergilah sekarang untuk menghilangkan rasa rindumu itu dengan caramu," kata Tiffany sehingga membuat Irene tertegun di tempatnya.
Tiffany menganggukkan kepalanya seraya tersenyum, "Hmm, pergilah jika itu bisa membuatmu merasa lebih baik," tambah Tiffany, mendengar itu tiba-tiba saja air mata Irene jatuh. Ia berulang-ulang kali mengucapkan ribuan terima kasihnya.
-o0o-
Siap dengan kopernya, kini Irene memandang aktivitas yang memenuhi bandara Incheon. Ia menghela nafasnya berulang kali sebelum melakukan check-in ke Amerika, khususnya California. Sesudahnya, Irene menarik kopernya memasuki bandara tersebut.
Beberapa jam berlalu, Irene akhirnya tiba di bandar udara San Francisco. Melangkahkan kakinya menuju pintu keluar bandara tersebut. Setibanya di lobby utama bandara, kedatangan Irene sudah di tunggu oleh Jennie. Melihat gadis itu, membuat Irene berlari cepat ke arahnya sekedar memeluknya erat-erat.
"Jennie!" isak Irene di pundak gadis itu, sedangkan Jennie berusaha menenangkan Irene setelah tahu kejadian yang sebenarnya. Ia senantiasa mengusap-usap punggung gadis itu. "Kenapa bisa begini?" lirih Jennie yang meresapi kesedihan sahabatnya ini.
Setelah menenangkan Irene, Jennie membawa gadis itu ke kedai kopi yang tak jauh dari bandara. Irene lebih banyak termenung saat melihat kegiatan yang di lakukan oleh para barista di bartender kedai ini. Gadis itu hanya menggenggam kopi di tangannya.
"Kenapa dari banyaknya tempat, kau harus membawaku kemari?" gumam Irene seperti orang bodoh.
"Ada apa? Kau tidak menyukai tempat ini?" panik Jennie.
"Bukan, aku suka kopi, sangat menyukainya. Tapi, dia pernah menjadi seorang barista," curhat Irene sambil tersenyum hambar. Mendengar itu, otomatis Jennie hendak membawa Irene ke sebuah resto yang sering ia kunjungi, setidaknya gadis itu harus mengisi perutnya setelah melalui perjalanan panjang menuju Amerika.
"Oh, ya, apa yang membawamu kemari?" heran Jennie setelah mendapat penolakan dari Irene untuk pergi dari sini secepatnya, katanya gadis itu tahu kalau Jennie pasti sangat menyukai kopi di sini justru itu Jennie membawanya kemari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sincerity [✔]
Teen FictionSejak kecil kehidupan Bae Irene sudah menderita karena menerima kenyataan keluarganya membuangnya ke paviliun. Semua itu terjadi karena ia bukanlah anak yang diinginkan oleh keluarga Bae. Parahnya lagi posisinya digantikan oleh Kim Jisoo yang merupa...