Begin

631 73 3
                                    


KEGELAPAN

Satu-satunya yang mampu dilihat oleh Hinata hanyalah kegelapan.

Sebuah ruangan berbentuk kubus, pemuda itu duduk bersandar pada sisi dinding.

Sesak napas melanda, seolah sesuatu tengah berusaha merengut jiwanya. Serpihan kaca entah kenapa sudah berada di tangan.

Kehilangan waras, Pemuda 18 tahun itu menggores pergelangan tangannya dengan serpihan kaca.

Cahaya datang, melalui kilat yang saling menyambar dari balik jendela kaca yang besar.

Hujan badai melanda, dingin menusuk bagaikan ribuan jarum. Kedua manik mata membulat lebar menatap darah yang mengalir pada pergelangan tangannya sendiri.

Hinata tertawa.

Keras, sangat keras hingga ia merasa pita suaranya hampir putus.

Hujan masih berlangsung, hantarkan pemuda itu pada roma dingin yang semakin mendingin seolah tengah membekukan jiwa dan raganya.

Air mata yang mengalir melewati tulang pipi, darah yang mengalir melewati pergelangan tangan.

Hinata menangis.

Ditatapnya selembar foto, lalu kemudian beralih ke lembar foto lainnya, dan berakhir dengan mengacak-acak geram tumpukkan foto di hadapannya.

Semua foto itu berpusat pada subjek yang sama, orang yang sama, wajah yang sama meski diambil pada waktu dan tempat yang berbeda.

Semua foto itu hanyalah diisi dengan obsesinya sendiri.

Orang itu, wanita itu, senyuman itu.

Dan sekarang, subjek pada foto tersebut berada di dekatnya. Tergeletak kaku dengan wajah pucat serta leher yang meninggalkan bekas jeratan dan seluruh tubuh yang dipenuhi luka goresan.

(Full Name)

Hinata Shouyo menangis menatap mayat kekasihnya yang baru saja ia bunuh.

Ini hanyalah sebuah awal, petir menyambar seolah mengatakan itu semua.

"Tidak, jangan pergi. Jangan hanya diam saja. Maafkan aku."

Penyesalan datang, tetapi disaat bersamaan kepuasan batin menyerang alam pikiran pria itu.

"INI SALAHMU!'

Hinata Shouyo tertawa dalam isak tangisnya.

***

"The

dawn

before

the

sunrise

is

the

darknest"

WINGS || KarasunoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang