Chapter 3

1.4K 122 3
                                    

Warning: Typo, Acak-acak, Alur kecepetan, Boring dll

Hinata merasa sedikit lega ketika Sasuke pergi begitu saja dan tidak mengganggunya. Dia tahu bahwa Sasuke tidak akan berhenti, dan Hinata harus mempersiapkan diri.

Bruk!


Karena terlalu memikirkan tentang Sasuke dan kesialannya sambil menunduk, Hinata sampai tidak sadar menubruk seseorang. Dan buku-bukunya berjatuhan dengan suara berdebum.


Hinata menengadahkan wajahnya dan kembali terkejut. Ini kedua kalinya Hinata bertemu dengan Gaara. Di ruang loker. Lagi.


"Ma-maaf. A-aku tidak se-sengaja. Sa-sabaku-san." Ucap Hinata terbata-bata.


"Hyuga..." Gumam Gaara pelan.


Gaara hanya melihat sekilas orang di depannya dan membungkuk untuk memunguti buku Hinata yang jatuh.


Hinata yang terkejut dengar perlakuan Gaara dengan mata terbelakak segera menghentikan Gaara.


"Ti-tidak perlu Sabaku-san. A-aku saja." Gaara tidak memperdulikan penolakan Hinata dan menyodorkan buku Hinata lalu pergi begitu saja.


Hinata memandang punggung Gaara yang menjauh. Tiba-tiba satu kesimpulan muncul di benaknya. Hinata pikir Gaara sebenarnya orang baik karena membantunya. Ia kira Gaara akan memakinya atau apalah yang terlihat lebih normal.


Menggelengkan kepalanya Hinata berjalan ke lokernya.


Hinata berpikir-pikir kejutan apa lagi yang akan menantinya. Apa akan ada bunga lavender lagi? Atau kue cinnamon roll? Atau bisa juga memo?


Sepertinya Hinata terlalu berharap sampai rasanya kenyataan ini memang menyakitkan.


Bukan bunga atau kue yang ada seperti perkiraanya. Tapi ia malah menemukan lokernya yang kotor dengan permen karet dan daun-daun busuk yang basah.


Bahkan bunga lavender yang diletakan di lokernya pun sudah rontok dan berbaur bersama daun-daun itu seperti pupuk.


Dan di pintu lokernya ada sebuah kertas yang ditempel dengan permen karet lengkap dengan kata-kata dari orang yang sangat tidak asing.


[TERIMA INI AKIBATNYA. U.K]


Rasanya ingin sekali Hinata berteriak pada siapa saja untuk menjadi pelampiasan emosinya. Tapi yang ia bisa hanya menangis dan bersabar.


Hinata tidak tahu kenapa Karin atau para komplotan nya selalu mengganggunya.
Ia bertanya-tanya apa kesalahanya selama ini. Tapi....

MisunderstandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang