Chapter 5

1.5K 133 4
                                        

Warning: Typo, Acak-acak, alur kecepetan, boring dll

Hinata benar-benar lelah hari ini. Ia sangat mengantuk dan ingin segera tidur. Kerja part time memang sangat melelahkan. Walau ia memakai sepeda, tak ayal kakinya juga terasa pegal.

Ia menggoeskan sepedanya dengan perlahan karena tidak mau jatuh nanti kalau menggoeskannya terlalu cepat. Apa lagi matanya sudah buram begini.

Saat sedang asik-asiknya menguap, Hinata mendengar teriakan wanita dan umpatan pria. Jalanan yang sepi membuat suara seperti itu terasa menakutkan. Seperti di film-film.

Sontak rasa kantuk yang tadi ditahan nya hilang sekejap. Ia memberhentikan sepedanya di sebuah jalan menuju gang yang diyakini sumber dari suara teriakan tadi.


Hinata sebenarnya tidak mau ke tempat gelap seperti itu tapi rasa penasaraannya menguat. Ia takut akan ada tragedi pembunuhan atau pemerkosaan. Kalau masalahnya darurat ia pasti akan menelpon 110 segera. Dengan begitu ia menepikan sepedanya dan turun berjalan kearah gang itu.

Dengan menghendap-hendap Hinata berjalan ke lorong gang yang sepertinya buntu. Suara umpatan-umpatan kasar dan suara teriakan tertahan semakin terdengar.

Ia mengintip dari belokan lorong dan matanya membulat. Melihat dua gadis dalam kungkungan dua pria juga. Ia bersyukur kedua gadis itu belum dilecehkan dan masih memberontak.

Hinata kenal kedua gadis itu. Mereka biasa di sebut Duo Pirang atau Duo Ratu Fasion. Bersahabat dari kecil dan sekolah bersama di KIHS. Mereka juga dari kalangan-kalangan atas.

Ino dan Shion.

Seketika ardenalin Hinata bermuncak untuk menolong kedua gadis malang itu. Kalau di kira-kira kedua orang pria itu kurus, tidak seperti preman-preman dengan tubuh kekar dan bertato seperti di dorama-dorama.

Hinata rasa ia bisa mengalahkan mereka dengan jurus bela diri yang telah dikuasainya selama ini. Terima kasih pada Hanabi. Hinata tersenyum meningatnya. Seakan-akan ini memang persiapannya agar bisa hidup sendiri tanpa mereka.

"Hey kalian!" Teriak Hinata lantang.

Keempat orang itu menoleh kearahnya. Si Duo Pirang menatap Hinata dan mengingat bahwa mereka satu sekolah. Ino dan Shion tidak terlalu kenal dan memperhatikan Hinata walau mereka satu kelas. Dan hal yang terjadi tentang bully yang selalu disematkan untuk Hinata pun mereka tidak ikut-ikutan. Mereka tidak membantu juga tidak menolong. Tapi mereka pernah melihat wajah Hinata di majalah KIHS sebagai salah satu anak paling berprestasi.

"Hyuga-san."Ucap Duo Pirang itu dengan suara serak.

"Huh, aku kira kami bertemu Wonder woman disini, ternyata hanya kelinci kecil."Ucap salah satu dari mereka.

"Hahahaha. Hey nona mari bergabung." Sengut yang lain.

"Lepaskan mereka!" Teriak Hinata, tidak memperdulikan hinaan tadi.

"Oh jangan jual mahal manis..." Hinata melotot, jijik.

"Ku bilang lepaskan mereka brengsek!" Ucap Hinata mulai jengah.

Merasa terhina karena di jelekan oleh gadis kecil seperti Hinata, mereka pun menyerang Hinata satu persatu sementara yang lain menghadang Ino dan Shion agar tidak kabur.

Hinata menyiapkan kuda-kuda. Dengan kepalan tangan kuat, Hinata meninju tepat di hidung pria brengsek itu. Merasa puas saat bunyi 'kretek' terdengar dari hasil tinjuannya.

MisunderstandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang