PROLOG

46 18 16
                                    

“Andai kamu bisa mendengarkan sejenak, maka aku takan pergi ke sana. Dengan satu kata yang menahanku disini.”

Kata itu yang selalu kuingat, yang diucapkan olehnya saat itu, Davian. sosok dingin yang selalu ingin ku gapai, ya aku adalah hujan. Namun angin tak pernah membiarkan dingin itu kugapai. Semakin dekat nya aku dengan dingin,angin itu berhembus semakin kencang.

Tapi akupun memiliki hangat, yang selalu datang walau yang ku butuhkan dingin. Hangat itu tak mau aku sakit karena dingin. Mungkin aku terlalu bodoh karena selalu mendambakan dingin namun aku takan pernah menyerah.

mengapa aku peduli, mengapa aku memikirkan ada apa atau mengapa, sedangkan dia saja tak memintanya bahkan dia tak memerdulikannya.

Lalu aku,  berusaha keras untuk membuatnya merasakan apa yang dia mau, tapi dia hanya mengabaikannya dan tak pernah menyadari apa maksudnya,  Setelah aku tak menyerah walau dia mengabaikan, tetap saja aku tak pernah bisa menggapainya,  karena dia sudah mendapatkan apa yang dia mau, walaupun aku berharap aku yang berada diposisi itu, selalu menyaut "tidak mungkin" dari dalam diriku.

Karena dia lebih mengenalnya, lebih tahu banyak hal tentangnya, lebih sering bersamanya, bahkan akupun mengetahui banyak hal darinya,  tapi mengapa aku masih berusaha.

Aku iri dengannya, sangat iri. Karena dia bisa menggapainya semudah itu, berbanding denganku yang berusaha walau tau akan gagal akhirnya.
“Mungkin dingin itu akan tetap memilih angin walau hujan menetes  dengan derasnya.”

MendungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang