CHAPTER #4 DINGIN

7 5 2
                                    


Sudah tiga hari semenjak ujian nasional dimulai, aku tak pernah bertemu Dinda ataupun Davian. Hanya Lintang yang ada bersamaku, tapi sudahlah lagi pula memang mereka beda kelas denganku dan mungkin punya kesibukan masing masing. Dan besok hari terakhir ujian, jadi pasti akan baik baik saja.

........................
Tiba tiba saja dinda bilang ada didepan rumahku. Memang sudah biasa tapi entah kenapa kali ini terasa sangat berbeda. Aku jadi bingung harus bagaimana saat bertemu Dinda. Tapi sudahlah, Dinda sahabat baikku jadi aku harus bisa biasa saja. Aku segera menghampiri Dinda lalu mengajaknya masuk kekamar.

“udah lama ya Din lu gak main kesini” ucapku setengah tersenyum.

Dinda dengan wajah yang sama seperti hari itu, pasti dia akan menceritakan Davian.

“iya Rein,sorry ya gua sibuk ,hehe”ucapnya sambil menyeringai.

Dan dia mulai bercerita tentang Davian,

“Rein, masa coba pas upacara terakhir banyak cewek yang minta foto sama Davian kan ngeselin banget udah mah sok manis banget cewek ceweknya hih”katanya dengan ekspresi kesal.

Aku hanya menyimak ceritanya, tiba tiba dinda terdiam dengan wajah yang sedih.

“Rein, sebenernya gua semenjak upacara terakhir itu gak temuin lu gara gara gua belum siap, gua butuh banyak waktu”katanya lagi sambil menatapku dalam dalam.

“belum siap?butuh waktu?untuk apa din?”tanyaku bertubi tubi pada Dinda. “kamu kemana saat upacara terakhir?”tanya Dinda dengan nada pelan.

belum sempat aku menjawab, Dinda langsung memberikan penjelasan dengan tuntas”saat hari itu, gua nyamperin Davian yang duduk ditaman depan kelas. Dia megang setangkai mawar, gua senyum senyum sendiri ngeliatnya. Tapi gua liat muka Davian gak ceria, dan bahkan dia cuma liatin mawar itu dengan pandangan kosong.”.

kenapa apa yang kulihat berbeda, saat itu Davian terlihat sangat ceria dan bersemangat tapi,...

”gua nanya ke dia sambil bercanda biar dia berubah raut mukanya. Dav, lu kenapa?kok diem aja bukannya tadi banyak yang minta foto?terus bunga itu, buat siapa?. dan dia bilang mau kasih bunga itu buat lu, dia mau kasih tau kalo dia bakal pergi ke Bandung karena dia bakal tinggal sama orang tuanya lagi setelah ujian nasional selesai. Terus dia juga bilang kalo dia sayang sama lu, disitu gua langsung diem entah kenapa sakit banget rasanya. Gua langsung nyuruh dia nyari lu, tapi dia gak nemuin lu dimana mana sampe bell pulang sekolah dia gak nemuin lu.”.

Aku langsung tersentak mendengarnya terdiam membisu dengan air mata ku yang seketika membanjiri wajah.

.......................
Hari ini aku tak menemukannya dimanapun, aku keruangannya sebelum ujian dimulai tapi dia tak ada. Kemana dia, kemana Davian si dingin itu.

Setelah ujian aku langsung berlari ke ruang ujian Davian berharap dia masih ada diruangan. Namun tak ku temukan juga, bagaimana jika dia pergi ke Bandung. Tapi hari ini memang tak ada harapan untuk bertemu dirinya, semoga aku masih bisa bertemu sebelum kepergiannya.

.......................
Drettttt,...dretttt,..getaran ponselku yang membangunkan ku, aku hiraukan saja. Karena pikiranku sedang entah kemana, memikirkan dimana Davian sekarang.

Namun aku berpikir kembali untuk membacanya setelah beberapa menit berlalu.

“jam 10 pagi,di stasiun kereta express rein. Kejarlah!”pesan dari Lintang itu membuka mataku lebar lebar. Kenapa dia bisa tau aku mencari Davian, bagaimana bisa?dia memang sahabat terbaikku. Aku harus segera bersiap untuk menemuinya, setidaknya sebelum dia pergi ke Bandung.

.....................
Sudah kuhabiskan dua botol minuman dingin sedari tadi aku duduk disini. Dimana dia, aku tak tahu dia akan bertemu ku dimana. Tapi aku akan tetap menunggu, didepan tempat naiknya penumpang kereta tujun Jakarta-Bandung.

Sekarang sudah pukul 10.20 a,m , apa dia benar bisa kutemui?apa aku yang terlalu berharap disini. Waktu berlalu dengan cepatnya,
sekarang pukul 11.00 a.m sepertinya dia sudah pergi kesana dan aku akan pulang.

Beranjak meninggalkan tempat duduk itu,..

”rein,..” dingin sangat dingin terdengar suara itu dari belakang.

Sentak aku langsung membalikan badan, ternyata Davian sudah berdiri sangat dekat didepanku sampai aku hampir jatuh saat melihatnya. Matanya sayu dengan dingin yang menyelubunginya, kemana saja kamu dingin hujan merindukan mu.

“dav,...”belum sempat selesai aku bicara, Davian memelukku dan berkata

“andai kamu bisa mendengarkan sejenak,maka aku takan pergi ke sana. Dengan satu kata yang menahanku disini.”.

aku langsung terdiam mendengarnya namun dingin itu semakin terasa. Air mata ini spontan saja jatuh satu persatu, dan pelukannya semakin erat.

“maafkan aku Dav, maaf. Aku sudah salah paham”kataku dengan nada pelan diiringi getar karena tangisan.

“tidak apa apa Rein, kamu tak perlu minta maaf”katanya pelan.

Tangisanku semakin menjadi jadi dan akupun langsung mengungkapkan bagaimana perasaanku.

“dav,...aku sudah lama sayang sama kamu. Tapi aku selalu berpikir itu adalah rasa sayang pada sahabat, ternyata aku salah. Tolong, jangan tinggalkan aku disini.”kataku.

Davian melepaskan pelukannya dengan perlahan dan berkata

“maaf rein,terlambat. Aku akan tetap pergi”.

Aku terdiam lalu memberanikan menatap matanya, aku bertanya

“kenapa?”.

“tidak bisa kujelaskan, tunggu saja rein”katanya sambil menepuk kepalaku pelan dengan diiringi senyum simpul yang menenangkanku.

“aku pergi dulu” ucapan perpisahan yang singkat itu mengakhiri segalanya, dia tak berada disini lagi.

Aku hanya bisa terduduk diam menunduk saat dia pergi, andai saja aku tak menyimpulkan hari itu pasti akan baik baik saja.

Davian,”dingin” yang telah meninggalkan hujan.

Bersambung...
Final chapternyaa ditunggu yaa

MendungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang