CHAPTER #2 ANGIN

27 9 1
                                    

Davian,...nama itu sekarang ada diingatanku. Hmm,. Semoga saja dia juga akan menjadi sahabatku.

Dretttt,.dretttt,...poselku bergetar diatas meja belajar. Oh itu pesan dari Dinda,
"Rein, sini ke taman. Ajak Lintang juga ya" . dengan sedkit berpikir akupun membalas "ok". Sebelum bersiap aku mengirim pesan pada Lintang dulu.

"Li, dinda mengajak ketaman." Balas Lintang dengan cepat "iya, tadi dinda juga udah ngasih tau. Tunggu gua jemput" . "ok" balasku cepat lalu segera bersiap.

......................................................
Terlihat dari kejauhan Dinda bersama seseorang, setelah lebih dekat kulihat oh itu Davian. "Rein,..."teriak Dinda sambil melambaikan tangan.
Aku dan Lintang bergegas menghampirinya.

"eh Dav, lu juga ikut"sapa Lintang sambil menepuk pundak Davian. Seketika otak ku berpikir memutar, ternyata lintang mengenalnya. Dari mana?sejak kapan?bagaimana ceritanya? Banyak sekali pertanyaan di kepalaku.

Pikiranku terhenti saat Davian menjulurkan tangannya. Aku berpikir mungkin yang lain belum tahu aku sudah berkenalan jadi aku mengulanginya.

"gua Reina" ucapku sambil menggapai tangannya. Dia langsung menatapku dan berkata "udah tau". Mendadak dingin itu menyergapku, dan seketika akupun membisu.

Obrolan dimulai dengan berbagai cerita dari Lintang, aku tak henti hentinya tertawa. Yang lainpun sama, terlihat menikmati perbincangan ini. Apalagi sekarang aku menemukan Davian yang lain, dia bertingkah konyol dan humoris. Tak dingin seperti biasanya.

....................................................
"Assalamualaikum,...bundaa aku pulang"teriakku pelan. "waalaikumsallam"sahut Bunda yang sepertinya ada di dapur. Aku langsung saja kekamar dan merebahkan badanku.

Hmm,..ternyata dari obrolan ku dengan mereka tadi, aku baru tahu Lintang itu sudah bersahabat dengan Davian sejak SMP pantas saja Davian terlihat sangat cocok dengan cerita cerita Lintang tadi. Baiklah jika Dinda dan Lintang adalah sahabat Lintang, aku juga ingin menjadi sahabatnya.

......................
Semenjak hari itu, aku , Dinda dan Lintang lebih sering berkumpul bersama Davian. Dan disekolahpun sering bersama walau berbeda kelas, ngobrol dikantin, didepan kelasku, bahkan diperpustakaan. Dengan otomatis aku sudah menjadi sahabatnya. Bahkan sekarang Davian sering kekelasku sepulang sekolah, tapi untuk mencari Dinda tentunya.

Tetttt,tetttt, bell pulang sekolah berbunyi. Saat melihat ke pintu ternyata Davian sedang menunggu. Ya, dia menungguku karena Dinda membawa mobil jadi tak pernah bisa pulang bersamanya. Alhasil akulah yang pulang bersamanya karena kebetulan rumahku searah dengan rumah Davian. Tetapi aku tahu pasti yang diharapkan Davian adalah pulng bersama Dinda.

...................................
"udah Rein?"tanya Davian yang sudah menyalakan motor. "iya udah Dav, duluan ya din,..."teriakku pada Dinda dengan lambaian tangan. Dinda yang memang selalu berjalan keparkiran bersamaku dan Davian. Namun diwajahnya selalu terlihat rasa sedih saat aku bersama Davian.

........................................
Sore hari dengan hujan rintik rintik aku berada dikamar dengan sebuah buku novel yang sedang kubaca.
Dretttt,.....drettt poselku bergetar,ternyata pesan dari Dinda "Rein, aku ada didepan rumahmu". Sudah tak aneh karena Dinda memang sering kerumahku tiba tiba. Aku segera menemuinya dan mengajaknya ke kamarku.

"Bunda lagi kemana, Rein?"tanya Dinda. "katanya mau kerumah temannya"jawabku. terlihat dari wajah Dinda sepertinya dia punya banyak hal yang akan diceritakan.

"tau ga Rein, ternyata banyak cewe cewe yang suka sama Davian. Dan bahkan mereka tuh ngechat Davian, minta kontak nya Davian coba ke gua. Apalagi paling sebel itu sampe ada yang perhatian banget sama dia."kata Dinda dengan ekspresinya.
Aku hanya diam mendengarkan ceritanya itu dengan selingan jawaban seadanya.

"dan ternyata ya Davian tuh dikelasnya dimusuhin gitu, karena guru guru suka ke dia yang pinter. Jadi temen kelasnya pada sirik gitu. Gua juga tau dari Davian sendiri yang cerita."katanya lagi.

Ternyata begitu keadaan dikelasnya ya, aku baru mengetahuinya.
"eh ada satu hal lagi yang dia Cuma cerita sama gua, katanya dia sekarang tuh tinggal sama om tantenya dan orangtuanya tinggal dibandung. Dia juga punya adik disana"tuntasnya.

....................................................
Setelah pembicaraan tadi sore, aku mengetahui banyak hal tentang Davian. Senang, aku bisa lebih mengenalnya lagi. Tapi entah kenapa terasa sesak dada ini begitu mendengar semua nya dari Dinda dan yang ada dikepalaku hanya kata "mengapa".

...................................................
Dibawah pohon rindang ini memang tempat yang pas untuk membaca buku disekolah. Hembusan angin itu seakan mendayu dayu.

"Rein, lagi baca apa?tanya seseorang yang tak kulihat wajahnya berdiri didepanku dengan tubuhnya yang condong mendekati kepalaku.
"oh ini novel yang gua pinjem dari perpustakaan."jawabku sambil tetap membaca.
"apa kamu tak terganggu angin"ucapnya pelan dan terasa begitu dingin.

Davian, sentakku langsung berhenti membaca. Lalu aku menengadah, dan matanya yang bertemu dengan mataku. Namun dia masih tetap pada posisinya. Entah mengapa angin itu tiba tiba terasa berhembus kencang sampai menerpa rambutku. Belum sempat aku menjawab pertanyaannya, terdengar teriakan seseorang dari kejauhan

"Dav,...sini deh,...."akupun langsung mencari sumber suara itu, dan Davian melangkah pergi mendekatinya.
"iya, angin itu mengganggu" jawabku dalam hati. Sambil tetap melihat kearah Davian hatiku berkata
"ya, dia angin itu. Dinda".
.................................................

MendungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang