"Gitta?" Panggil mami dari ruang tv yang bisa kudengar dari dapur.
"Iya mi? Ada apa?" aku menghampiri mami segera.
"Tern, minta buatin susu sama bawain cemilan."
"Iya, mi." Aku pergi menuju dapur untuk membuat susu dan menyiapkan cemilannya.
"Oh iya, bikin dua ya? Sekalian antar ke kamar Ten juga."
Seketika aku menjadi gugup. Katakanlah minggu lalu aku sedang beruntung, aku disuruh kekamar Ten ketika Ten sedang tidak ada. Dan sekarang?
Bukankah aku sudah bilang jika aku takut bertemu dengan anak laki-laki majikanku?
Oh ayolah, laki-laki semacam Chittaphon yang tidak kuketahui seluk beluknya saja bisa membuatku bergetar. Lalu bagaimana dengan laki-laki seperti Ten, anak majikanku yang sangat kaya raya itu? Jelas, Ia pasti terlihat elit dan menawan.
Awalnya aku bingung, kekamar siapa dulu? Namun akhirnya aku memilih ke kamar Ten lebih dahulu. Alasannya? Biar cepet selesai dan bisa mampir sebentar di kamar mbak Tern.
Tok tok! Aku mengetuk pintu kamar Ten.
"Masuk!" Perintah seseorang dari dalam sana.
Aku mengatur napasku, menenangkan diri agar tidak gugup. Aku berdoa dalam hati supaya aku tidak melihat wajahnya.
Aku membuka pintu dan masuk. Hanya sampai di dekat pintu aku berhenti, menunggu perintah darinya buat naroh susunya ini.
"Taroh meja dekat ranjang situ aja!" katanya pelan, bisa kudengar.
Aku mencari sumber suara, menoleh kecil-kecilan.
Untunglah, dia ada disudut kamar dengan posisi membelakangiku. Sehingga aku tidak bisa melihat wajahnya. Tidak apa-apa, aku tidak kepo. Dia sedang asik dengan game di pc nya.
Aku meletakkan susu dan cemilannya pelan di meja, sesekali melirik menelusuri suasana kamar ini.
"Sudah saya taroh di meja, saya permisi." Pamitku sebelum akhirnya keluar dari kamar itu.
"Thankyou." jawab Ten menggunakan bahasa inggris, tanpa menoleh sedikitpun kearahku.
Aku meringis.
Biar kujelaskan, begini,
Kalau kamarnya mbak Tern itu Feminim tapi Elegan.
Sedangkan kamarnya Ten itu Manly tapi Alay.Bisa bayangin? Di kamar laki-laki banyak sekali potret diriya sendiri di tempel di dinding-dinding. Awalnya kupikir itu potret seorang idola, ternyata potret dirinya sendiri yang jumlahnya nggak bisa dihitung!
Haduh, asli aku ngakak dalam hati.
Setelah dari kamar Ten, aku menuju kamar mbak Tern yang nggak jauh dari kamar Ten. Kamar mereka berseberangan.
Aku mengetuk pintu kamar mbak Tern. "Masuk aja."
Akupun segera masuk dan melihat mbak Tern sedang sibuk dengan laptopnya. Aku hendak meletakkan susu dan camilannya di meja, namun segera dicegah sama mbak Tern.
"Langsung bawa sini aja," perintahnya.
Aku mendekat, memberi segelas susu yang lagsung diminum olehnya.
"Pelan-pelan mbak, minumnya." Kataku.
Mbak Tern mengangguk. "Kamu lagi apa? Sibuk?" tanyanya.
Aku menggeleng.
"Yaudah sini aja nonton film sama aku, mumpung besok libur."
---
KAMU SEDANG MEMBACA
High Society [TEN NCT]
Fanfiction"Tanpa diperingatkan pun aku tahu, aku sadar, bahwa kelas kita berbeda. Meskipun begitu, aku tetap memilih untuk mencintaimu."