02 : pindah

164 28 1
                                        

Musibah memang datangnya tidak bisa di duga. Seperti yang sudah terjadi padaku beberapa hari lalu. Nenekku, sudah meninggalkanku karena penyakit yang dideritanya.

Sungguh, aku tidak sanggup. Nenekku lah yang selama ini merawatku dari kecil hingga dewasa, bukan orang tuaku.

Namun aku sadar, aku tidak bisa berlama-lama larut dalam kesedihan ini. Cara terbaik yang bisa kulakukan untuk nenek adalah, mendoakannya.

"Barangmu sudah semua?" tanya ibuku.

Aku mengangguk.

"Hanya itu?"

Aku mengangguk lagi.

"Barangmu sangat sedikit, nak.."

"Aku tidak pernah punya uang untuk membeli barang yang tidak penting, bu."

Aku hanya berbicara jujur tanpa ada maksut apapun. Tetapi ibuku tiba-tiba memelukku.

"Maafkan ibu, nak.. ibu sudah membuatmu menderita.."

"Nggak apa-apa.." jawabku mencoba menenangkan.

Hari itu, aku meninggalkan negaraku. Meninggalkan segala kenangan indah yang sudah aku ciptakan dengan nenekku.

***

"Kita naik taksi ya nak.."

"Nggak dijemput ayah?"

"Ayah lagi ada kerjaan.."

Jadi, aku menuju rumah majikan orang tuaku dengan taksi.

Orang tuaku diberi tempat tinggal disana. Sehingga mereka tidak perlu untuk menyewa tempat tinggal lagi. Mereka bersyukur, itu artinya mereka tidak perlu mengeluarkan uang lagi. Uangnya bisa ditabung.

Dan rumah nenekku, sudah dijual.

Uangnya untuk biaya aku dan ibuku pergi ke negara ini. Sisanya ditabung.

Itulah kenapa ayahku tidak ikut untuk mengantarkan nenekku, karena keterbatasan uang. Jika rumah nenek tidak dijual, aku tidak bisa datang kesini.

Sudah bisa diduga rumah majikanku sangat mewah. Tidak heran, mereka sangat kaya karena mereka pengusaha.

Dan tempat tinggal orang tuaku, tidak kecil tetapi tidak besar. Sedang-sedang saja. Sudah lebih dari layak.

Saat aku dan ibuku hendak menuju kamar, aku bertemu dengan ibu-ibu yang cantik dan terlihat muda. Ibuku menyapa hormat orang itu. Dari gerak gerik ibuku, sepertinya orang itu majikannya. Aku ikut hormat kepadanya.

"Sudah datang?" tanyanya yang sedang menyiram bunga di taman.

"Chi khrap." (Iya bu.) jawab ibuku.

Aku mengerti, aku bisa bahasa Thailand. Aku mempelajarinya sendiri selama ini.

"Anakmu sangat cantik.." pujinya, ibu itu mengamatiku.

"Kobkun krab.." jawabku.

Ibu itu terlihat kaget karena aku menjawabnya.

"Sudah bisa bahasa thailand?"

"Sudah," jawabku.

"Hmm.. kata ibu kamu seumuran sama Tern?"

Pada akhirnya, kita bertiga ngobrol tentang banyak hal di taman. Tentangku, dan tentang anaknya.

Nyonya itu mengasyikkan, kukira majikanku mungkin jahat seperti yang ada di sinetron. Faktanya tidak sama sekali.

Aku hingga lupa, bahwa koperku belum ku taroh di kamar.

"Bu, aku mau naroh koper dulu." pamitku ke ibu.

"Ayo sama ibu, ibu juga mau beres-beres."

Lalu kita pamit dengan Nyonya, pergi ke kamar. Nyonya beranjak dari duduknya, kembali ke taman.

"TEEEEENNNNN BANTUIN IBU POTONG RUMPUT!" teriak Nyonya itu tiba-tiba.

Kemudian aku bisa mendengar langkah kaki mendekat.

Rupanya, itu anak laki-lakinya yang bernama Ten.

-1010-

Jangan bosen, pengenalan emang membosankan.

Heh.

High Society [TEN NCT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang