05 : ajakan

116 19 6
                                        

Sepulang sekolah, aku segera mandi dan menunaikan kewajibanku. Setelah itu aku membantu ibuku memasak untuk makan malam keluarga ini.

"Nggak ada masalah kan nak? Sekolahnya?" tanya ibuku disela-sela memasak.

"Enggak, bu."

"Disekolah banyak yang ganteng nggak?" canda ibuku.

Aku tertawa. "Banyaakk banget bu!"

"Masa? Ada yang demen sama kamu nggak nih?"

"Nggak ada!"

Aku dan ibuku tertawa.

Tidak ada yang spesial tentang pria disini menurutku. Kecuali satu, pria yang kutemui tadi sore. Chittapon.

Setelah keluarga ini selesai makan malam, tugasku adalah mencuci piring. Aku menyuruh ibuku untuk beristirahat saja, biar aku yang menggantikan.

Aku mendengar derap kaki mendekat. Aku menoleh, ternyata mami. Ah ya, aku sudah tidak memanggil Nyonya lagi tetapi Mami. Mami sendiri yang minta, katanya "panggil mami aja ya biar kekinian, jangan panggil nyonya kesannya saya tua." begitu.

Aku menurut.

"Mami butuh sesuatu?" kutanya, aku masih mencuci piring.

Mami menggeleng. "Mami mau minum aja kok," mami membuka kulkas.

"Mau saya bantu mi?"

"Nggak usah, kamu masih cuci piring gitu,"

Aku mengerti.

"Oh ya, tolong nanti ambilin baju Ten yang kotor di kamarnya ya? Terus taroh di tempat biasanya."

Aku terkejut. Jujur saja aku takut. Aku sudah disini sekitar tiga bulan, tapi aku belum pernah bertemu anak laki-lakinya yang bernama Ten itu.

Kenapa aku takut? Hanya saja, bagaimana jika anak laki-lakinya itu sangat tampan dan aku jatuh cinta dengannya?

Oh jangan sampai! Pikirkan saja tentang Chittaphon yang sudah membuat jantungku berdebar tadi sore!

"Jangan takut, kebetulan Ten nggak ada dirumah, lagi nginep dirumah temennya."

Syukurlah.

***

Sore itu, aku sengaja untuk tidak mampir di tempat biasanya. Aku takut bertemu Chittaphon dan aku disangka berharap bertemu dengannya.

Padahal sesungguhnya, aku berharap bertemu dengannya. Hanya saja aku tidak ingin membuat semuanya terlalu jelas bahwa aku mengharapkannya.

Aku ragu ketika aku berjalan melewati mini market itu. Bagaimana jika ada Chittaphon disana?

Aku melangkahkan kakiku dengan cepat. Kemudian berjalan santai ketika sudah melewati tempat itu.

"Gitta?!" teriak seorang tiba-tiba dan menarik tanganku.

Karena kaget aku segera menepisnya.

"Chittaphon?" aku menutup mulutku tak percaya.

"Kenapa kamu nggak mampir? Aku udah nungguin kamu dari tadi tau!" dia seperti kesal.

"E-eh aku-"

"Kamu nggak mau ketemu sama aku lagi?"

"Nggak gitu-"

"Yaudah ayo!" belum selesai aku ngomong, dia langsung menarik tanganku membawaku ke tempat yang sebelumnya aku lewati.

Bukan menarik, lebih tepatnya menggandeng.

Dibelakangnya aku tersenyum, dan merasakan getaran jantung yang tidak biasa.

"Duduk," dia menyuruhku.

Aku menurut.

"Mau minum apa?" dia bertanya, "Oh, teh rasa apel." dia menjawabnya sendiri.

Wah, rupanya dia juga memperhatikan apa yang selalu aku minum. Tanpa alasan aku tersenyum.

Tidak lama dia kembali dengan membawa dua botol minuman, yogurt dan beberapa snack.

Dia membuka tutup botol minuman itu kemudian memberikannya padaku.

"Makasih," ucapku lalu meneguknya.

Sedangkan dia memakan yogurtnya.

"Kamu nggak mau ketemu sama aku?"

"Nggak gitu,"

"Terus gimana?"

"Aku malu aja hehe." kataku sambil tertawa.

'Sejujurnya aku gugup, bukan malu'

"Kenapa?"

"Nggak apa-apa, malu aja." jawabku asal.

Dia mengangguk-angguk. Lalu hening, hanya terdengar suara kres kres karena memakan keripik.

"Kamu tinggal sama siapa?" dia bertanya untuk memecah keheningan.

"Majikan. Itu rumah majikanku, aku tinggal disalah satu ruang dirumah itu sama ibu dan ayahku."

Dia ber oh-ria.

"Kamu nggak kaget?" kutanya.

"Kenapa?"

"Karena aku anak pembantu."

"Apa yang salah dengan anak pembantu?"

"Yaa kali aja, kamu nggak suka temenan sama kelas rendahan."

"Semua sama aja kok," dia tersenyum kemudian melanjutkan, "justru kamu yang jangan kaget,"

"Kaget kenapa?"

"Ya jangan kaget aja. Siapapun aku, kamu jangan menjauh."

"Kenapa?"

"Aku nggak mau aja jauh dari kamu,"

"Apaan sih!" Aku memukulnya dengan botol minuman yang sudah kosong.

"Aku serius."

"Hmm.."

"Kamu punya pacar?"

"Enggak,"

"Yaudah, kita pacaran."

"HAH?!"

-1010-

Mau tanya komen dong,

Lebih enak pakek bahasa;

aku, kamu, tidak

Atau,

Lo, gue, enggak


Aku cuma pengen bahasanya enak dan santai gitu, gimana dong?

High Society [TEN NCT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang