Suamiku meletakan tas bayi tole disebuah meja, sedang pandanganku melihat berkeliling, ini jauh dari harapanku.
Tiga bulan lalu gempa menggetarkan Bantul, saat itu aku hamil anak pertama kami, syukur Alhamdulillaah saat itu aku sedang berada di solo.
Dan syukur Alhamdulillaah pula Allah menjaga suamiku yang saat itu sedang berada di Bantul.
---- $$$$ -----
PoV Prayitno
Aku melihat wajah kecewa Hani, dia canggung duduk di pinggir ranjang.
Pondok ini memang terlalu sederhana untuknya, selaksa gubuk di banding rumah keluarganya.
Sebagai laki - laki hatiku pun terasa perih merasa tak sanggup memuliakannya seperti janjiku dulu.
Setelah meletakan bawaannya, aku melihat wajah pulas anak pertama kami, memegang tangan istriku yang masih diam dengan canggung.
"Hani, istirahatlah dulu"
Dengan ragu dia merebahkan tubuhnya diatas kasur, disamping putra kami yang terlihat pulas karena kelelahan.
----- $$$$$ -----
"Masak apa ay?" Aku menengok ke arah suaranya
"Masak air buat mandi tole, kamu juga mau mandi air hangat?" Dia menggeleng, duduk di satu - satunya kursi yang masih utuh.
"Kita masak pakai kayu?" Tanyanya canggung, dan aku terkekeh mengangguk.
"Nanti ay deh yang coba nyalain kayunya, mau diajarin?" Aku berharap dia mengangguk bersemangat, tapi ternyata wajahnya menunjukan Kurang minat.
Suara tangis tole mengagetkan kami, sepertinya ini saatnya tole mandi.
----- $$$$$$ -------
"Susu tole habis" Lapornya.
Aku menghembuskan nafas sambil memandang bintang, duduk di bekas reruntuhan rumah simbah.
"Besok coba ay berutang dulu ke warung ya Hani" aku menggeser dudukku ketika dia duduk disampingku.
"Kenapa Allah menghukum kita seberat ini ya ay?" Aku melihat bulir air yang tertahan di matanya, tahukah hani, air matamu sangat melukaiku.
"Allah tidak menghukum, dia menegur, menguji, merindui kita untuk mendekatinya
Bukankah kita akan menegur seorang anak karena cinta kita yang begitu dalam.
Atau kita lebih suka dibiarkan saja, tidak ditegur? Seringkali ketika tidak ditegur kita lupa mendatangi NYA"
Kemudian kami berdua terperangkap oleh pikiran kami sendiri - sendiri, hening.
----- $$$$ ------
Sambil menjaga tole Hani asyik dengan bukunya, dia sedang menulis puisi.
Aku tahu dia sangat suka menulis, malah, hal yang membuat aku jatuh cinta adalah tulisan - tulisannya.
Apalagi aku mengenalnya lewat sosial media, membaca tulisannya saja bisa membuatku merasakan optimisme nya.
---- $$$$$ ----
PoV Hani.
Aku melirik suamiku yang sedang mengaduk semen dan pasir, hari ini giliran rumahku yang "nyambat" warga desa bergotong royong membangun rumah yang runtuh.
Tubuhnya yang hitam dan liat menyiratkan kerja kerasnya, keringatnya bercucuran bak berlian di tempa cahaya matahari.
Dia memandangku, tersenyum, menghentikan sejenak pekerjaannya dan menghampiri kami.
"Tole sudah tidur? Sedang menulis apa?" Tanyanya, sambil mencium wajah tole yang pulas di sampingku, kemudian melongok ke buku tulisku.
"Bikin puisi, ada lomba menulis puisi untuk ibu, nanti puisi ini bisa dibukukan" Jawabku antusias.
Dia hanya tersenyum, mengacak rambutku dan kembali ketempat kerjanya.
Aku kecewa tidak mendengar satupun komentarnya, aku tutup bukuku dan membawa tole masuk ke pondok bambu kami dengan kesal.
Tidak tahukah dia, bahwa kedatanganku kesini adalah pengorbananku yang terbesar agar selalu bisa disampingnya?
Bersambung.