Syukur.

88 8 0
                                    

Aku mengorek orek kardus susu tole, tinggal tiga sendokan terakhir, aku mwnghela nafas.

Hatiku terasa hancur setiap susu tole habis, apalagi ketika tak sepeserpun uang kami miliki.

Sepertinya suamiku akan terpaksa berutang lagi ke warung om Godeg, warung yang pemiliknya sangat murah hati.

Tole dengan riang menyambut botol yang ku elungkan, dia langsung mengeyotnya dan pelan - pelan tidur.

Rasanya aku tidak bisa memberikan kenyamanan untuk tole runtukku.

Suamiku sedang asyik membuat gambat denah rumah, memperhitungkan biaya termurah, katanya bentar lagi bantuan tahap dua akan turun.

Aku duduk di sampingnya "Ay, bagaimana jika kita tidak bisa memberikan kehidulan yang baik untuk anak - anak"

Suamiku menengok wajahnya penuh dengan selaksa kesedihan, mungkin dia jauh lebih hancur jika membayangkan tidak bisa memberikan kehidupan yang layak untuk kami.

------ $$$$ ------

Qarun sebelumnya adalah sahabat Harun saudara Musa, ketika dia dalam kemiskinan dia adalah seorang ahli ibadah.

Hampir tiap malam dia berdoa meminta kehidupan yang layak untuk keluarganya.

Hingga suatu ketika dia mengeluh pada Musa tentang hidupnya yang serba kekurangan, dia berjanji jika berharta dia akan lebih rajin beribadah.

Musa yang berhati lembut pun berdoa agar Allah memberikan kehidupan yang jauh lebih layak untuk Qarun.

Tapi apa yang terjadi?

Kekayaan membuat Qarun lupa akan janji yang telah diucapkan.

Harta, kekuasaan dan keterkenalan juga adalah ujian, ujian yang melenakan, dan manusia sering gagal ketika mendapatkan ketiganya.

Qarun mengusir setiap orang yang diutus Musa meminta zakat untuk kekayaannya.

Bahkan dia pongah menganggap Musa menjadi iri karena harta yang dimilikinya.

Dan ketika manusia mencapai dosa tertinggi yang membuat Iblis dilempar ke neraka, maka Allah mencabut nilmatnya ikhlas dalam dirinya

Hidup ini adalah rentetan ujian, bahkan ketika kita merasa tidak diuji, itupun adalah ujian

---- $$$$$ -----

"Apa semua orang berharta itu adalah istidraj?" tanyaku setelah mendengar kisah Qarun

"Tentu tidak sayang, ingatkah kau pada Nabi Sulaiman? Kekayaannya ternyata tidak melalaikannya, bahkan menjadi jalannya berdakwah ketika berhadapan dengan ratu Bilqis"

"Jodoh, umur dan Rizki kita sudah tertulis di Lauhul Mahfudz, yang kita ikhtiari sekarang adalah berkahnya.

Menjauhkan atau mendekatkan kita pada yang memberikanNYA,

Maka seorang muslim memiliki dua sifar, Bersyukur dan bersabar, keduanya saling melengkapi"

Aku meletakan kepalaku di bahunya, dia mengusap rambutku sekilas.

Dan lagi - lagi kami terdiam dalam heningnya malam..

Bersambung..

Kisah sebuah perangkoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang