Seokjin mempersilahkan Taehyung masuk ke dalam rumahnya. Rumah yang begitu megah dan terdapat banyak lukisan cantik ditempel dengan indahnya.
Taehyung masih mematung di tempatnya karena kagum dengan rumah Seokjin. Pantas Seokjin tidak sayang membuang uang banyak untuk menawar Taehyung karena ia orang kaya. Uang segitu hanya secuil dari harta yang ia miliki.
"Apa kau suka lukisan itu," ujar Seokjin seraya keluar dari dapur dengan segelas minuman di tangannya.
"Ne, ini sangat indah," ujar Taehyung yang masih memandang lukisan di depannya.
"Aku membelinya dua tahun yang lalu saat aku ke Paris."
"Waaa... Paris," ujar Taehyung dengan mata berbinar-binar. Seokjin mengangguk.
"Pasti menyenangkan berada disana. Aku ingin sekali bisa keluar negeri seperti itu," Taehyung mulai membayangkan dirinya berada di Paris lebih tepatnya ia sedang menatap menara Eiffel yang menajubkan tersebut.
Seokjin menatap Taehyung seraya memiringkan kepalanya. Ia nampak berfikir dan entah apa yang di fikirkan Seokjin. Sadar akan tatapan Seokjin membuat Taehyung susa payah menelan salivanya.
Ia ingat kalau ia sudah di beli oleh Seokjin untuk menemaninya. Namun ia malah cerita tentang keinginannya pada Seokjin. Pasti Seokjin akan marah padanya itulah yang di fikirkan Taehyung. Ia pun menunduk takut menatap Seokjin.
"Hey!."
Taehyung semakin takut saat ia mendengar suara Seokjin.
"Apa kau hanya akan berdiri di sana," lanjut Seokjin. Ia memutar tubuhnya untuk menatap layar Tv dan mengabaikan Taehyung.
Karena tidak mendengar suara lagi Taehyung memberanikan diri menatap Seokjin. Ia yakin sekarang Seokjin pasti benar-benar marah padanya. Begitulah pemikiran Taehyung saat ia melihat Seokjin memunggungi dirinya.
"Apa yang harus aku lakukan sekarang. Apa aku harus kabur dari sini?, tapi aku belum mendapatkan uang 200 juta ku. Kalau aku pergi dari sini belum tentu aku mendapatkan yang lebih banyak yang lebih kecil pasti," Pikir Taehyung.
Taehyung menatap Seokjin yang membelakanginya seraya menonton Tv. Taehyung mengambil nafas dalam-dalam dan mengeluarkannya pelan. Setelah memantapkan pikirannya ia mulai melangkah ke arah Seokjin dengan senyum.
"Mian sudah membuatmu menunggu Om," ujar Taehyung seraya duduk di pangkuan Seokjin.
Seokjin tak menggubris Taehyung wajahnya datar dan matanya tak teralih dari layar Tv miliknya.
Dengan takut-takut Taehyung membelai pipi Seokjin agar Seokjin mau menanggapinya atau sekedar menatapnya.
"Om mau sekarang atau nanti saja."
Seokjin masih diam. Taehyung menelan salivanya kembali saat ia membuka kancing atas kemeja Seokjin. Tangannya bergetar saat ia melakukan hal tersebut.
"Om kok diam saja sih, Om kan udah menawarku mahal-mahal. Om gak sayang pada uangnya," ujar Taehyung dengan nada menggoda.
Taehyung merasa aneh dengan sikapnya sendiri. Tapi Taehyung tidak perduli. Asalkan setelah ini dia mendapat uangnya tak masalah jika sekali saja seperti ini. Ia akan melupakan segalanya dan hidup sesuai dengan apa yang ia inginkan setelahnya.
.
.
."Siapa namamu," hanya kata itu yang keluar dari bibir Seokjin.
Taehyung yang mendengar pertanyaan Seokjin langsung menghentikan aksinya membuka kemeja Seokjin.
"Nama tidaklah penting Om, tapi Om bisa memanggilku V."
Kali ini Seokjin menatap Taehyung. Ia ingin menerima jawaban yang benar. Jawaban yang sesuai dengan keinginannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
16 Old
Fiksi PenggemarBerawal dari sebuah sandiwara dan berakhir manis. Seokjin >> top Taehyung>> Bottom JinV