2. Pertentangan

326 21 0
                                        

"Apa pun yang kamu impikan, berdo'alah, jangan terhasut dengan apapun, lakukan dan percaya diri dengan potensi yang kamu punya. Tanpa mereka, kamu hanya sebatas sehelai daun yang tertiup angin, yang sama sekali tak ada arah tujuan yang jelas."

A  D R E A M  &  Y O U

A  D R E A M  &  Y O U

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


==========

TING TONG!

Radit yang mulanya tengah berbaring sembari membaca komik Naruto di ruang tamu sontak berlari ketika mendengar bel pintu rumahnya berbunyi nyaring. Radit sudah memprediksi dari semalam bahwa seorang kurir akan datang pada pagi ini.

Benar saja. Kurir tengah berdiri di depan gerbang dengan senyum ramahnya beserta kotak paket berukuran jumbo di tangannya. Radit pun membalas senyuman itu serupa ketika tangannya menerima paket itu.

Setelah menerima paket itu, Radit terbirit-birit masuk ke ruang makan. Tangannya dengan cekatan membuka berlapis-lapis plastik hingga barang yang ia inginkan pun ditemuinya.

Sebuah coffee maker. Benda yang ia inginkan sejak kelas 2 SMA akhirnya terealisasikan. Cowok kurus itu memang menyukai kopi, bahkan semua jenis kopi yang kamu sebutkan pun dia suka. Makanya, Radit rela mencari berbagai resep kopi-kopi klasik hingga kekinian dan mencatatnya di buku hariannya.

Setelah membaca sebuah panduan yang telah disediakan dari dalam kotak, laki-laki kurus itu membuat kopi susu sebagai uji coba pertamanya.

"Ngapain kamu?"

Suara yang menyelinap dari arah pintu dapur seketika menyita perhatiannya.

"Papa mau kopi?"

"Jadi barang yang kamu pengenin itu 'ini'?" Tanya Papa mengalihkan pembicaraan. Alisnya tertaut, seolah tak percaya dengan benda yang Radit beli.

Radit memilih tak menjawab pertanyaan dari pria paruh baya itu, perhatiannya pun kembali ke kopi yang tengah ia racik. Sementara Papa mengambil segelas air putih dari dispenser. Kedua matanya menyorot tajam ke arah benda itu. "Buang-buang duit aja."

Radit masih saja bungkam. Membiarkan Papa yang terus mengoceh sembari duduk di kursi makan. "Mendingan uang tabungannya kamu kumpulin buat uang jajan kuliah kamu nanti. Daripada beli gituan. Ribet-ribetin aja. Bikin kopi tinggal rebus air atau air panas dari dispenser kan bisa."

Setelah kopi yang Radit buat selesai tersajikan, ia duduk berhadapan dengan Papa. Senyum tipisnya ia tujukan kepada Papa, berusaha menghargai semua yang barusan beliau bicarakan.

A Dream & YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang