3. Liburan

270 20 1
                                    

"Rasa gelisah dan rindu yang selama ini bersarang di hatiku kini terkikis ketika kamu menyapaku lewat tatapan matamu."

A  D R E A M  &  Y O U

*******

Rencana liburan mereka seminggu yang lalu akhirnya terlaksana pada hari ini. Hari Minggu yang sangat cerah dengan semilir angin sejuk yang menyapa. Pertama-tama mereka akan mengunjungi sebuah panti asuhan yang sudah ditargetkan oleh Yudha sebelumnya, lalu lanjut pergi jalan-jalan ke Dufan.

Radit sudah rapi dari Subuh. Memakai setelan kemeja berwarna hitam, navy ripped jeans, beserta kacamata bulat yang bertengger di hidungnya. Tak lupa rambutnya yang sudah panjang ia sisir agar terlihat lebih baik. Waktu sudah menunjukkan pukul 7.30, namun batang hidung teman-temannya belum juga tiba di rumahnya. Padahal dari semalam mereka sudah janjian bahwa tepat jam 7 pagi mereka harus sudah on the way dari rumah Radit.

Namanya juga warga +62. Kebiasaan ngaret.

Radit pun keluar kamar dengan satu kardus besar bekas tempat TV tabung milik Bi Sum yang berisi mainan-mainannya semasa ia kecil dan beberapa jaket bagus yang sudah tak muat olehnya. Melihat Radit yang nampak sibuk itu membuat Bi Sum yang berada di dalam dapur terheran.

"Mau kemana, Dek?"

Radit malah tersenyum. "Mumpung libur sekolah. Mau jalan-jalan."

"Kok segala bawa banyak barang?"

"Iya, Bi. Rencananya mau ke panti asuhan dulu mau nyumbangin barang-barang aku ini. Lumayan masih pada bagus. Daripada menuh-menuhin tempat mending kasih ke orang-orang yang lebih membutuhkan."

"Alhamdulillah," Bi Sum tersenyum lebar mendengar ucapan respect dari anak majikannya itu seraya menaruh segelas susu putih ke meja. "Yaudah, sini sarapan dulu, Dek."

Radit menurut. Ditaruh kardus dan tote bag-nya di atas meja makan lalu meminum susu putih buatan wanita tua yang telah mengasuhnya sejak bayi itu.

"Papa kemana ya, Bi?" Radit mengalihkan pandangannya ke pintu kamar Papanya yang masih tertutup rapat. Tumben sekali Papa belum bangun jam segini.

Bi Sum menjawab di sela-sela ia menyalakan kompor, hendak membuat nasi goreng. "Barusan pergi katanya ada urusan kantor."

Ketika Bi Sum ingin menuangkan minyak ke wajan, ia teringat sesuatu yang tergeletak di atas meja dapur. "Dek, barusan Papa nitip ini ke Bi Sum."

Radit menerima apa yang Bi Sum berikan. Ternyata sebuah brosur pendaftaran kuliah tahun ajaran baru di sebuah universitas elit. Bibirnya mengerucut seraya tangannya ia tangkupkan di dagu. Ternyata Papa sampai sebegitunya ya, menyuruh Radit masuk ke jenjang yang lebih tinggi. Cowok kurus itu membaca isi keseluruhan brosur tersebut dengan teliti, terutama di bagian biaya.

Radit mengeluh dalam hati. Baru uang gedung saja sudah memakan hampir 35 juta.

"Dek Radit minat gak kuliah di situ?" Tanya Bi Sum seraya tangannya yang giat mengaduk-aduk nasi goreng di wajan.

"Gatau, Bi," Radit menaruh brosur itu dengan asal seraya dirinya menghela napas panjang. "Aku aja juga belum tentu mau kuliah atau gak."

A Dream & YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang